[34]

4.2K 440 82
                                    

Selain percakapan bersama Ayah dan Ibu, hari yang memalukan ternyata tidak berhenti sampai di penghujung sore itu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain percakapan bersama Ayah dan Ibu, hari yang memalukan ternyata tidak berhenti sampai di penghujung sore itu saja.

Setelah makan malam, kami semua berkumpul di ruang utama mansion. Ilse dan Jordan adalah dua orang yang paling bersemangat, sebab mereka akan membuka hadiah yang mereka peroleh dari acara pernikahan mereka.

Aku dan Martijn yang tidak kebagian sofa pun duduk bersebelahan di lantai, dekat Ayah yang memangku Ibu di salah satu sofa. Entah sebenarnya berapa orang yang memberi hadiah untuk Ilse, yang jelas tumpukan kado di dekat sofanya sungguh tidak bisa dibilang sedikit.

Di antara bungkusan-bungkusan hadiah itu, terselip hadiah dariku dan Martijn yang dibungkus dengan tidak menjanjikan. Aku berdebar mengamati benda itu di kejauhan. Pasalnya benda itu hanyalah sebuah kotak berbentuk segi empat yang dibungkus dengan kertas aluminium. Sangat kontras ketimbang hadiah-hadiah yang lain.

"Kau memberinya apa?" tanyaku pada Martijn setengah berbisik.

Martijn terlihat amat bangga, seolah ia membungkus uang sebesar lima miliar di dalam sana. "Oh, sepupumu pasti akan menyukainya. Lihat saja."

"Tidak aneh, kan?"

"Bukan aneh, tapi unik. Dia sendiri yang menginginkannya, kan?"

Aku tidak berbicara lagi setelah itu. Kalau hadiah itu ternyata aneh, well, aku akan beralasan kalau benda itu unik. Atau mungkin berpura-pura mati saja kemudian menceburkan Martijn ke kolam nanti.

Hadiah yang Ilse buka adalah hadiah dari Kakek dan Nenek. Benda itu dibungkus dengan kertas kado berwarna putih gading dan diberi pita berwarna emas. Ketika dibuka, isinya adalah pemanggang roti yang bisa menyala seperti lampu disko.

"Ini bagus sekali!" pekik Ilse senang. "Terima kasih, Kakek dan Nenek."

Kakek dan Nenek tersenyum. Jordan mengambil salah satu hadiah yang dibungkus dengan kertas warna-warni, kemudian membukanya. Mereka terlihat semringah saat melihat bahwa isinya adalah sepasang sepatu bayi.

"Bibi Vanessa? Oh, hadiah Bibi manis sekali! Aku pasti akan punya anak! Pasti!" seru Ilse bersemangat.

Jordan kembali mengambil salah satu hadiah, kemudian membukanya. Aku terbahak saat melihatnya yang kaget mendapat piring dengan gambar The Rolling Stones. Ia berterima kasih pada ibunya, yang ternyata memberikan itu padanya karena Jordan adalah pecinta The Rolling Stones.

"Ini dari Bibi Gertrude dan Paman Calgary," kata Ilse sambil memegang sebuah amplop berwarna krem. Ia tersenyum dengan tidak sabar. "Apa isinya ya? Mengapa seperti surat?"

Ketika Ilse mengambil isi di dalamnya, dia langsung menganga dan mematung. Semua orang terlihat ingin tahu, begitu pula aku. Ilse lalu menunjukkannya pada kami semua. "Liburan! Liburan selama sepuluh hari ke Hawaii! Ya Tuhan, terima kasih, Paman, Bibi."

Martijn terlihat syok di sebelahku. Ibu dan Ayah tersenyum, kemudian Ayah berkata, "Kami tidak bisa memikirkan hadiah yang lebih baik, jadi ...."

"Hadiah yang lebih baik?" pekik Ilse. "Ini lebih dari baik, Paman! Wow, aku sudah bisa membayangkan bagaimana kulitku akan berubah kecokelatan saat kembali dari Hawaii nanti!"

Boyfriend with Benefits Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang