Prologue : Clouded Sky

463 49 20
                                    

Apakah ada yang mengerti apa itu cinta? Kasih sayang?

Tolong jelaskan padaku.

Aku ingin mengerti semuanya.

Nyatanya hidupku hanya sebatas angan tak berpintu.

Mengambang bebas seperti merpati, tanpa tahu kapan berakhirnya.

Aku tidak menginginkan semua kekayaan di planet biru ini.

Aku hanya mengangankan kebahagiaan, dan juga kejelasan dari semua perilaku keluargaku sendiri.

Aku sama sekali tidak memahami arti dari semua ini.

Lotus meninggalkan daun, chrysant meninggalkan tangkai, dan mawar meninggalkan duri.

Bukankah mereka telah meninggalkan keharuman serta keindahannya?

Dedaunan mulai menguning, ranting-ranting mulai menguruskan diri.

Apa yang selanjutnya harus dinikmati?

Hanya tinggal harapan setelah keindahan.

-REMINISCING-

Gadis bersurai cokelat itu adalah salah satu bagian dari keluarga Ahn. Dia bernama Ahn Na Ra. Jika dikatakan tua, sepertinya itu tidak sesuai. Walau usianya memang sudah cukup matang;24 tahun, dan dia juga sudah memiliki pekerjaan, wajahnya masih seperti usia 17 tahun dan terlampau cantik, serta imut seperti boneka mathryoshka.

Profesinya adalah sebagai seorang arsitek di sebuah perusahaan besar di Gyeonggi, Korea Selatan. Pekerjaan itu sudah ia geluti sejak dua tahun yang lalu. Ayahnya telah meninggal sejak ia masih berusia delapan tahun. Ibunya bekerja sebagai seorang guru di sekolah dasar di pinggiran kota, namun telah pensiun. Nara memiliki seorang kakak bernama Ahn Jaehyun. Jaehyun adalah salah satu sniper andal yang cukup disegani dan tak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam hal menembak. Dialah tulang punggung keluarga Nara semenjak ayahnya meninggal karena penghasilan sang ibu tak cukup untuk menghidupi keluarganya di tengah kerasnya kehidupan abad dua puluh satu ini.

-REMINISCING-

Aku menyelupkan kedua kakiku di kubangan air jernih nan dalam itu selagi ayahku mencari gingseng di dekat sini. Sesekali aku tertawa kecil melihat pantulan diriku sendiri yang meliuk-liuk lucu di dalam air karena pembiasan cahaya, setidaknya itulah yang kakakku bilang karena aku tak tahu sama sekali tentang hal itu. Entah dia hanya membohongiku atau tidak, aku tidak peduli. Kumainkan air danau itu sambil melemparinya dengan kerikil-kerikil kecil yang berlumut karena terlalu lama tersentuh air hujan. Aku menghirup aroma udara yang begitu menyejukkan dan seharum bunga kesturi yang mekar di tengah-tengah ribuan lebah madu.

Tak lama, ayah berjalan tertatih-tatih ke arahku sambil tersenyum penuh dengan segerumul aura bahagia.

"Nara-ya! Lihat ini! Ayah berhasil mendapatkannya!" seru ayah sambil menatap kedua bola mataku dan tak lupa tersenyum. Kulihat di dalam kedua genggaman tangannya, masing-masing terdapat sebuah gingseng yang cukup besar, yang kutebak itu sudah berusia puluhan tahun. Dan jika terkaanku benar, tentu saja gingseng itu tak ternilai harganya.

REMINISCING [Sehun EXO]Where stories live. Discover now