1 - PULPEN 🖋️

2.1K 384 388
                                    

🐣

Bola matanya menjelajahi seisi kelas dengan tatapan tajam, namun wajahnya terkesan datar. Para siswa bergidik ngeri melihat tatapan orang itu.

"Siapa yang curi pulpen gue?" tanya orang itu dengan nada datar namun terkesan dingin.

"Gu-gue!"

Saat seisi kelas dilanda keheningan, tiba-tiba saja salah seorang gadis dengan rambut sebahu mengangkat tangannya dan mengakui kesalahan yang telah ia perbuat.

Tidak seharusnya ia mengambil pulpen milik laki-laki yang notabenenya adalah manusia yang ditakuti, setelah guru BK.

Gadis dengan rambut sebahu itu pun hanya bisa menunduk malu. Sedangkan Arga, sang pelaku keheningan di kelas menatap maling pulpennya dengan datar.

"Kenapa lo ambil?"

Pertanyaan yang Arga lontarkan singkat. Namun, siapa sangka itu bisa membuat seorang gadis rambut sebahu itu merinding disko.

Gadis itu hanya menggeleng tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Arga.

"Lo gak punya pulpen?"

Mendengar pertanyaan Arga, gadis itu kembali menggeleng. Namun, beberapa detik kemudian ia mengangguk. "E-eh gu-gue punya pulpen kok," ujar gadis itu panik.

Karena tidak ingin memperpanjang aksi debatnya, dengan seorang Arga. Dengan cepat gadis itu menyodorkan pulpen curiannya ke hadapan Arga.

"Nih gue balikin," ujar gadis itu seraya memberikan pulpen berwarna hijau ke tangan Arga. Dengan segera gadis itu pergi dari hadapan Arga.

Baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba saja tangannya digenggam oleh seseorang. Dan orang itu adalah Arga.

Dengan jantung yang berdetak tidak karuan, ia memberanikan diri menoleh ke belakang, di mana Arga berada.

"Apa lagi?" tanyanya dengan keringat dingin mengucuri wajahnya.

"Nama lo siapa?"

Seketika satu kelas tercengang atas apa yang baru saja Arga tanyakan. Bagaimana tidak? Selama 4 bulan mereka berada di kelas yang sama, tetapi Arga tidak mengetahui namanya? Sungguh keterlaluan.

"Hah?" Detak jantung gadis itu semakin berdetak tidak karuan. Jatuh sudah harga dirinya di depan teman-temannya.

Selama ini, dirinya mengagumi seorang Arga, tapi doi malah tidak mengenalnya? Pupus sudah harapan gadis itu untuk bersanding dengan Arga sang pujaan.

"Nama lo siapa?" tanya Arga sekali lagi, tanpa ada niatan untuk melepas genggamannya di pergelangan tangan gadis itu.

"Na-nama gue Fee-ya iya Feeya, hehehe. Gue ke toilet dulu ya, eh bye!"

Tanpa aba-aba Feeya segera melepaskan diri dari Arga. Tidak peduli dengan tatapan aneh teman-teman sekelasnya. Yang ia pikirkan saat ini adalah, kabur.

Sampai di luar kelas, Feeya segera pergi ke perpustakaan untuk menenangkan dirinya sejenak. Ia tidak peduli bel pertanda istirahat telah usai sudah berbunyi.

An Idiot LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang