Satu

2.9K 145 64
                                    

Hai~

Seperti yang pernah aku bilang sebelumnya, mulai hari ini Alif dengan terpaksa aku republish satu-satu karena ada sedikit perubahan. Jadi, mungkin yang udah baca sampai bab yang terakhir aku publish harus baca ulang :( Aku juga sedih, tapi maaf sekali lagi atas kelabilan aku :(

Insya Allah bakal aku update per hari jadi nggak bakal lama kok nunggunya. Makasih banyak untuk yang tetap baca dan ngikutin Alif. Kecup satu-satu :*

***

Apakah yang terlintas di pikiran kalian begitu menyebutkan tentang hari pengumuman kelulusan murid-murid SMA? Untuk murid yang baik-baik, mereka akan masuk ke kelas-kelas dan ruang guru untuk menyalami guru mereka dan berterima kasih, ada juga yang menangis dan tidak rela berpisah dengan guru mereka. Sebagian dari murid baik itu akan melakukan coret-coret seragam dengan pilok dan tanda tangan teman-teman satu sekolah. Lalu sebagian dari yang coret-coret itu akan melakukan konvoi dengan sepeda motor. Belasan motor akan berjajar rapi dan membuat kebisingan dengan suara knalpot mereka.

Itu semua berbeda dengan Alif. Cowok itu tidak berminat dengan acara coret-coret dan konvoi. Beberapa cewek di sekolahnya tadi sempat meminta Alif untuk menanda tangani baju mereka sebagai kenang-kenangan perpisahan. Namun Alif menolak. Begitu pengumuman kelulusan keluar, cowok itu langsung kabur dari sekolahnya. Bersama dengan teman-temannya yang bukan murid baik-baik, Alif memanjat pagar sekolah untuk merayakan kelulusannya dengan ....

"Belakang lo, Lif!"

Alif beringsut maju lalu berbalik untuk melihat apa yang membuat temannya memanggil dengan muka pucat. Seorang pria seumurannya dengan kemeja putih berantakan yang kancingnya sudah lepas, mengacungkan balok kayu panjang ke arahnya. Kalau saja Sam tidak meneriakinya, balok kayu itu sudah pasti mengenai belakang kepalanya dalam sekali ayunan.

Alif meludah. Dia sedang berada di tengah-tengah tawuran antara sekolahnya melawan SMA Purnama, musuh bebuyutan sekolahnya.

Pengecut! Banci semuanya, batinnya.

Menyusahkan saja, lawannya selalu saja mempersenjatai diri dengan tongkat, pisau, balok kayu, atau benda lain. Sementara Alif selalu datang dengan tangan kosong. Palingan ketika terdesak, ikat pinggang kulitnyalah satu-satu senjata yang dia pakai. Terdesak di sini maksudnya ketika lawannya membawa benda tajam yang berpotensi menusuk tubuhnya.

Kaki kanan Alif terayun ke depan dengan kecepatan kilat hingga lawannya tidak sadar kapan balok kayu yang tadi ada di tangannya terlepas. Sebelum kaki kanannya mendarat ke tanah, Alif menendang perut pria berwajah congkak di depannya dengan kekuatan penuh. Alif mendengus, meremehkan. Seringai mengejek tampak di mukanya ketika melihat lawannya menampilkan raut ketakutan. Jelas sekali pria itu takut tapi badannya masih berusaha maju melawan Alif. Sebelum pria itu sempat melangkah, Alif menendang wajahnya dengan kaki kanannya. Cukup sebelah kaki saja untuk menghadapi pria pengecut macam lawan kali ini.

"Rasain lo! Beraninya main belakang. Kagak tau kalau mata gue ada dua belas? Mati lo." Alif berteriak dengan berang. Dia paling benci dengan lawan yang menyerangnya dari belakang. Kalau berani serang dari depan.

Dengan kedua matanya yang melotot, Alif seakan menggertak lawan yang kini merintih dengan sebelah tangan memegang perut yang terkena sol sepatu Alif.

Lihat, hanya dengan sebelah kaki, Alif berhasil melumpuhkan lawannya. Alif sudah melatih kedua kaki dan tangannya sejak dia berumur lima tahun. Dia tercatat sebagai salah satu murid dengan ban hitam di klub karate. Jadi buat apa menggunakan senjata?

Kepalan tangan dan tendangan kaki Alif ini lebih tajam dari pedang, lebih garang dari bedil. Kalau kata Igor Saykoji.

Prinsip Alif, pria jantan itu adalah pria yang berkelahi dengan tangan kosong. Berkelahi bawa balok kayu? Sunat lagi aja, sana! Kalau perlu potong sampai habis. Kejantanan mereka perlu dipertanyakan.

Coffee with Sugar (Alif)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang