Part 6 : First Meet

Start from the beginning
                                    

Baru saja datang untuk mengantri tiba-tiba saja, seorang wanita menabrakku tepat di dadaku. Ya tinggiku mencapai 188 cm. Dan wanita itu kira-kira 165 cm. Not bad.

BRUKK!!

"Hei, bajuku !!! Bajuku jadi kotor karena minumanmu"

"Ahh, saya minta maaf, saya benar-benar tidak sengaja...." ucap wanita tersebut

Tapi wanita ini cantik juga. Bukan cantik, lebih tepatnya manis. Berbeda dengan Yana, mantan pacarku. Yana cantik tapi wanita ini sempurna. Wajahnya tampak berseri, hidungnya mancung, dan bibirnya tipis merah muda. Dan berhijab, SEMPURNA. Ya sempurna. Bukan saatnya lagi mikirin pacar, tapi istri.

Ah, pikiranku.

"Maaf? Hah? Kamu tau bajuku jadi kotor gara-gara minumanmu itu" balasku

Kulihat matanya sedikit berkaca-kaca, ya mungkin dia sedikit kaget dan panik.

"Baiklah..." kataku sambil menarik tangannya dengan genggaman yang sangat erat. Dan entah kenapa aku membawanya pergi dari keramaian, ya aku menghindari keramaian tersebut yang hampir semuanya menatap kami. Tanpa sadar aku membawanya ke toilet pria, untungnya disana waktu itu kosong. Kurasa dia kaget dan berpikir yang aneh-aneh.

"Hei, ngapain bawa saya kemari, kamu waras gak sih?" tanyanya dengan berusaha melepaskan genggamanku

"Akkkghhh.... " ucapku kesakitan dan melepas genggamanku secara refleks

"Hei berhentii, jangan coba kabur" Tapi dia tak menghiraukannya.

Aku menatap cermin di toilet dan bajuku. Dan untungnya, aku memakai baju kaos hitam polos sebagai baju dalam karena waktu itu aku memakai kemeja. Terselamatkan.

Berusaha aku kucek bagian baju yang kotor tadi.

"Gak hilang lagi" umpatku

Namun umpatanku hilang, karena teringat wajahnya yang manis, ayu dan lugu itu. Tanpa sadar aku tersenyum tipis sambil menggigit bawah bibirku.

Beberapa menit kemudian, aku keluar dari toilet sambil memegang baju kemejaku dan kulihat jam. Langsung aku bergegas ke bioskop.

----

"Selamat pagi" ucap Aidil kepada rekan-rekan barunya di Yonif.

"Selamat pagi" balas rekan-rekan serentak

"Perkenalkan saya Kapten (Inf) Aidil Rizal Putra, dari ujung pulau Sumatra, Aceh. Sekarang tugas dinas di Bandung. Mohon kerja samanya. Terima Kasih" semuanya serempak tepuk tangan.

Aidil memperkenalkan dirinya kepada anggota Yonif (Batalyon Infanteri). Disambut ramah dan tepuk tangan semua anggota dan para pejabat Yonif. Ada juga jamuan makan sederhana yang dibuat oleh para staff Yonif. Sungguh ini menjadi awal yang baik untuk meyambut seseorang.

"Selamat atas penugasannya kapten" Dwi, sahabatku berjabat tangan denganku dengan didampingi Istrinya, Dea yang memakai seragam baju Persit.

"Selamat ya bang Aidil" ucap Dea agak canggung memanggilku dengan sebutan bang.

"Iya, sama-sama Dwi Dea. Terima kasih juga sudah mau datang ke sini"

Tidak hanya jamuan makanan, para staff dan anggota Yonif bersemangat untuk menunjukkan atraksi bela diri dan diakhiri dengan nyanyian lawas dari bapak-bapak Yonif yang hadir.

"Akhhh, kang Dwi.... Tolong aakhh.." ucap Dea merasa kesakitan di bagian perut bawah

"Eh, kenapa Dee? Astagfirullah" Dwi melihat kearah perut bawahnya, dia takut anaknya lahir dini.

Aku yang berada di samping Dwi, menoleh ke arah Dea dan berusaha tenang. Setelah itu aku menyarankan untuk pergi ke rumah sakit. Dan kebetulan staff disampingku bilang kalo didekat sini ada RS Kesdam.

"Lama gak dari sini?" tanyaku

"Kira-kira 25 menitan, dan" jawabnya

Okelah, Dwi langsung menggendong istrinya dan aku bertugas menyetir mobil. Walaupun hanya jamuan makan sederhana, hampir semua yang berada disana panik. Well, wajarlah ya ada bumil. Mereka kira bakal lahiran disini.

25 menit kemudian

"Suster, tolong istri saya" Dwi panik dan ini pertama kalinya aku melihatnya panik gak karuan, bajunya berkeringat dan matanya tampak cemas. Kuharap istrinya baik-baik saja.

Suster langsung membawa kursi roda dan langsung membawa ke ruang UGD. Dwi dan aku menunggu diluar.

"Tenang aja, semuanya baik-baik aja kok bro" aku berusaha menenangkannya

"Iya, makasi dil" Dwi tersenyum tipis padaku. Matanya sedikit berkaca-kaca. Siapa bilang tentara gak boleh nangis?

"Ini anak keduaku dil, Dea keguguran saat dia hamil anak pertama kami. Makanya gue protektif sama kehamilannya yang kedua ini"

"Hmm, aku turut berduka untuk anak pertamamu. Semoga kali ini gak kenapa-kenapa"

Dokter keluar dari ruang UGD.

"Keluarga Dea"

"Iya dok, saya suaminya" jawab Dwi bangun dari kursi begitu pula denganku.

"Hmm, Dea mengalami kram perut bagian bawahnya. Semacam kontraksi ringan saja. Alhamdulillah, kesehatannya baik dan semuanya normal"

"Alhamdulillah, ya Gusti. Nuhun pak dokter, terima kasih banyak" Dwi menarik tangan dokter tersebut dan dokter tersebut membalasnya dengan mengepal tangan Dwi.

"Berdoa aja, insya Allah baik2 saja ya" ucap dokter tersebut, lalu beliau pamit

Tiba-tiba saja Dwi spontan memelukku dengan erat sambil menangis dipelukkanku. Aku terkejut dan memeluknya canggung. Tak kusangka, Dwi yang kukira paling jantan, penuh tantangan dan misterius ini, ternyata bisa lembut seperti ini.

Akhirnya Dea keluar dari UGD dan dibawa ke ruang rawat inap. Aku minta izin ke Dwi untuk pulang, karena acara di Yonif masih berlangsung. Kurasa mereka masih sedikit panik.

---

Setelah acara selesai, Aidil ingin pergi menjenguk Dwi dan istrinya di rumah sakit. Sampai di rumah sakit, Aidil tak menyangka akan bertemu seseorang, wajahnya yang selalu membayangi Aidil, membuatnya senyum2 sendiri sejak bertemu, membuatnya tak bisa tidur walaupun baru pertama bertemu. Aidil hafal betul wanita itu, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ya, wanita itu. Aidil tak salah liat lagi.

Velma berbelok kearah kanan. Aidil berusaha mengejarnya.

Dan menggenggam tangannya.

"I found you, Popcorn girl"

Velma kaget dan melotot ke arah Aidil. Aidil tersenyum lebar.

----

Jangan lupa vote dan commentnya

Flawless Love (SEMI HIATUS)Where stories live. Discover now