[Barista] What a Deja Vu

41 13 6
                                    

Title: What a Deja Vu
Author: Phaela (ryeo33)
Genre: Fantasy, Advanture
Rating: G
Disclaimer: Tokoh dalam cerita bukan milik saya. They belong to God, their parents, and their agencies. Tapi, cerita/alur cerita murni dari imajinasi saya. Maaf bila ada kesamaan, itu tidak disengaja.

----------------------------------------------------------------

Percaya tidak? Dengan hewan-hewan gaib yang ada di buku-buku dongeng? Eunha baru saja menemukannya di dunia nyata.

Rasanya seperti mimpi. Atau memang hanyalah mimpi?

Tepat ketika ia sedang bepergian bersama teman-temannya, ia tidak sengaja menemukan sebuah pepohonan di dekat pantai.

"Eunha-ya, lihatlah! Kenapa ada pepohonan ditengah pantai seperti ini?" tanya salah satu temannya, Yuju. Di sebelahnya, Yerin memandangnya dengan mulut terbuka.

"Omo! Apa aku tidak salah lihat?" jerit Yerin, histeris.

"Ya! Yerin-ah! Jangan berteriak di telingaku!" protes Eunha.

"Mian, aku baru saja melihat peri terbang masuk ke dalamnya."

Keduanya melotot setelah mendengar pernyataan Yerin. Antara tidak percaya dan sangat tidak percaya. "Kau pasti gila," gumam Yuju pelan dengan nada agak kesal.

Tanpa basa-basi, Yerin menarik tangan Eunha masuk menuju pepohonan itu. "Ya! Tunggu aku!" seru Yuju mengejar mereka.

Mereka semakin masuk ke dalamnya. Pepohonan tersebut berubah menjadi hutan lebat dengan tanah berlumpur. Yuju mengeluh, jijik ketika merasakan kakinya menyentuh lumpur.

Pengelihatan Yerin menangkap peri kecil itu lagi. Sayapnya mengepak cepat, warnanya merah muda terang. Peri itu tersenyum ketika menyadari ia telah diikuti.

Eunha berusaha menyeimbangi larinya dengan Yerin. Ia menarik lengan sahabatnya itu supaya berhenti berlari. Yerin hampir terjatuh karenanya.

"Kau gila, ya? Kita masuk ke dalam hutan dengan lumpur sebagai alasnya!" tegus Eunha. Tapi ia bersumpah juga melihat peri kecil tadi terbang di depan mereka.

Di belakangnya, Yuju memandang ke atas, terpaku entah pada apa. Dengan sedikit ragu ia menunjuk ke arah pandangannya. "Teman-teman...."

Keduanya sadar dan mengikuti arah pandangan Yuju. Sosok gelap berdiri di atas dahan pohon. Mereka tidak dapat melihat wajahnya, tapi badannya jelas tinggi tegap.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Tidak tahukah kalian ini wilayah terlarang?" seru sosok tersebut dengan nada marah. Suaranya menggelegar hingga menggema di telinga Eunha.

Ia turun dari atas pohon layaknya ninja. Rambutnya hitam pekat, bajunya berlengan panjang berwarna putih bersih, celanannya panjang dan hitam, wajahnya tampan bak pangeran negeri dongeng.

Ketiganya terpaku karena takut, tidak bergerak maupun bersuara sedikit pun. "Siapa kalian?" tanyanya tegas. Mereka akui, sejujurnya ketegasan laki-laki tersebut tidak cocok dengan wajahnya.

Dengan ragu Eunha menjawab, "Aku Eunha, ini teman-temanku, Yuju dan Yerin. Kami tidak sengaja menemukan tempat ini."

"Dan kami tidak sengaja melihat peri kecil terbang melintasi kami," Yerin menambahkan dengan mantap.

Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya. "Peri?" Yerin mengangguk.

Kesan dingin perlahan menghilang darinya. "Aku Lee Minhyuk," katanya, membuat Eunha terpana akannya. "Ikuti aku."

Mereka mengikuti Minhyuk semakin masuk ke dalam hutan. Lumpur mulai mengering karena sinar matahari yang menerobos pepohonan. Sebuah tanah lapang terlihat dari ke jauhan.

Yuju tanpa sengaja mendapati seekor burung phoenix terbang di atasnya. "Minhyuk-sii, tempat apa ini?" tanyanya, masih terkejut akan keberadaan hewan yang hanya di cerita dongeng tersebut.

Tanpa sadar Minhyuk terkekeh pelan. Tanah lapang itu dipenuhi hewan-hewan seperti naga, phoenix, dan hewan-hewan yang diketahui telah punah lainnya. Seekor bayi dinosaurus kecil berlari mengitari Eunha dengan senang, kini melompat kegendongan Eunha.

"Kalian pasti heran, hewan-hewan yang berada di sini oleh manusia diketahui telah punah atau bahkan tidak nyata. Itu sebabnya hanya orang-orang tertentu yang dapat masuk ke sini.

"Kami salah satu dari orang-orang tertentu itu?" tebak Yerin. Dijawab anggukan oleh Minhyuk. "Dari mana kau tahu?"

"Hanya orang istimewa yang dapat melihat peri terbang melayang melintasi mereka." Jawab Minhyuk seraya tersenyum. "Peri itu menarik perhatian orang-orang berhati besar untuk melihat hewan-hewan ini, tujuannya, supaya orang-orang istimewa seperti kalian ini menyadarkan orang lain untuk melindungi hewan-hewan yang masih ada sekarang ini. Jika sembarang orang masuk ke sini, maka mereka pasti ada memburu hewan-hewan."

Yuju kini sibuk bermain dengan anak naga biru, sedangkan Yerin bertemu dengan kupu-kupu sebesar laptop. Eunha duduk di atas batu raksasa dekat kolam bersama Minhyuk, mengamati ikan-ikan purba yang berenang dengan bebasnya.

Bayi dinosaurus tadi masih bermanja-manja dengan Eunha. Minhyuk yang ikut bermain dengannya terkekeh pelan. Hingga akhirnya si bayi tertidur pulas di pangkuannya. Dengan penuh sayang Eunha mengelus punggungnya lembut.

"Kau suka binatang ya?" tanya Minhyuk. Eunha mengangguk singkat.

"Kau sendiri? Termasuk pencinta binatang?"

"Tidak juga, tapi aku membulatkan tekad untuk menjaga mereka supaya tidak punah."

Eunha tersenyum mendengarnya.

"Itu bagus. Kau tinggal di sini?"

"Tidak, aku tinggal bersama teman-temanku di rumah yang berada di ujung jalan arah keluar dari wilayah pantai."

"Kau baik sekali mau datang ke sini tiap saat untuk menjaga hewan-hewan ini. Tidak lelah?"

Minhyuk memasang wajah berpikirnya. Modus, ia menyenderkan kepalanya pada bahu Eunha. Wajah gadis itu mendadak memerah.

"Lumayan," jawab Minhyuk, tersenyum jahil.

Peri kecil tadi datang menghampiri mereka. Ia tertawa kecil melihat keduanya, lalu kembali terbang menjauh.

"Berjanjilah untuk menjaga hewan-hewan langka dari kepunahan," kata Minhyuk, masih bersandar pada bahu Eunha. Ia hanya mengangguk.

Eunha dapat merasakan Minhyuk tertidur di bahunya. Walau agak ragu, ia menyenderkan kepalanya pada Minhyuk. Tak lama kemudian ia ikut tertidur.

Percikan air dingin menyentuh wajahnya, jari telunjuk menusuk-nusuk pipi kirinya pelan. "Eunha-ya," bisik seseorang lembut. Eunha menggeliat tak nyaman.

"Ya! Jung Eunbi alias Eunha! Bangun!"

Dengan sigap, Eunha terbangun dari tidurnya. Ia, Yuju, dan Yerin berada di meja piknik di dekat pantai. Eunha melihat ke pangkuannya. Tidak ada bayi dinosaurus.

"Di mana bayi dinosaurus tadi?" tanya Eunha dengan wajah polos. Yuju mengerutkan dahinya. "Bayi apa?"

"Yang benar saja, dinosaurus sudah punah!" sahut Yerin.

Eunha menepuk-nepuk pipinya sendiri. "Hanya mimpi," gumamnya.

"Astaga, ada semut!" Yuju hendak menepuk semut yang melintasi meja, bermaksud membunuhnya. "Jangan!" seru Eunha cepat. "Wae? Ini hanya semut kecil." Pernyataan Yuju tadi justru membuat Eunha gelagapan.

"Permisi," ucap sebuah suara. Seorang laki-laki berambut gelap dan temannya datang menghampiri ketiganya. "Aku Lee Minhyuk, dan ini temanku, Yoo Kihyun. Boleh kami ikut bergabung?" tanyanya ramah.

Dengan cepat Yerin mengiyakan permintaan Minhyuk untuk bergabung. Minhyuk duduk di samping Eunha bersama dengan Kihyun. Wajah Eunha mendadak memerah ketika melihat Minhyuk.

"Em? Kenapa menatapku seperti itu?" Minhyuk terkekeh. "Eh, maafkan aku. Kau hanya terlihat sangat mirip dengan orang yang aku kenal." Jawab Eunha, gugup.

Minhyuk tersenyum lembut.

"Annyeong, kita bertemu lagi, Eunha-ya."

END

[OCTOBER] Regular MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang