26

1.2K 172 9
                                    

Chapter 26:
VOMIT

Baru selesai makan siang. Sejauh ini dia baik-baik saja.

Taylor menghela nafas sebelum mengirimkan pesan itu kepada seorang penyanyi terkenal, Zayn Malik. Taylor tak mengerti, kenapa belakangan ini hidupnya sangat aneh. Satu tahun lalu, dia bertemu dengan seorang aktor terkenal, Harry Styles yang menjadi pasiennya. Sekarang, dia mendapat pasien yang merupakan anak dari seorang Zayn Malik.

"Dokter Swift."

Lamunan Taylor terhenti saat mendengar suara lembut tersebut. Sekalipun tidak dalam mood yang baik, mana bisa Taylor mengabaikan seorang anak kecil nan polos yang buruknya lagi tengah mengalami suatu penyakit yang tak seharusnya dia miliki.

Taylor menarik kursi untuk mendekat, mata birunya menatap dalam mata biru gadis kecil cantik bernama Olivia ini. Senyuman muncul di bibir Taylor, sebisa mungkin tak memunculkan kesedihan di wajahnya. Wajah gadis kecil itu sangat pucat, Taylor tak tega melihatnya.

"Ada sesuatu yang kau inginkan, Olivia?"

Olivia menggeleng lemah. "Kepalaku sakit, tapi aku kuat. Tidak sesakit yang kemarin."

Hati Taylor mencelos saat melihat gadis itu tersenyum lemah. Taylor tak mengerti, kenapa semua ini bisa terjadi. Kenapa gadis kecil, polos dan tak berdosa ini harus mengalami hal seperti ini? Kenapa dia harus sakit di kala gadis-gadis kecil lain di luar sana tengah sibuk bermain?

Hasil laboratorium yang ke luar semalam menunjukkan jika gadis ini mengalami aneurisma otak dan Taylor akan melakukan operasi tiga hari lagi. Taylor bersumpah, jika dia gagal, dia benar-benar tak akan memaafkan dirinya sendiri.

"Kau akan sembuh, secepatnya." Taylor berkata pelan, berusaha meyakinkan Olivia.

Olivia mengangguk. "Tentu saja. Daddy bilang, aku pasti sembuh dan Dokter Swift akan membantuku untuk sembuh, kan?"

Taylor tersenyum dan mengangguk. Tangan dokter itu bergerak, mengelus puncak kepala Olivia. Bisa dikatakan, Olivia adalah pasien anak kecil pertama Taylor yang mengalami aneurisma otak. Taylor sudah mengobati banyak pasien, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang dewasa dan perokok. Sedangkan Olivia justru anak kecil dan masih polos. Taylor masih ragu, apakah dia akan memgambil tanggung jawab penuh atas operasi Olivia atau tidak.

"Bagaimana jika kau beristirahat? Kau belum tidur sejak Daddy-mu pergi. Nanti, saat dia datang, kau bisa kembali bangun. Yang penting kau sudah makan siang dan minum obat."

Olivia mengerucutkan bibir. "Aku belum mengantuk, dokter dan aku anak yang kuat. Jadi, aku pasti baik-baik saja tanpa harus istirahat."

Taylor menggeleng. "Mau kau kuat atau tidak, kau tetap harus istirahat. Kau ingin tidur sendiri atau harus kuberi suntikan?"

Ancaman Taylor membuat Olivia buru-buru menggeleng. "Aku akan tidur sendiri, tapi biasanya sebelum tidur, Daddy akan menyanyi untukku, sampai aku tertidur."

Taylor memutar bola matanya. "Daddy-mu itu penyanyi, menyanyi jelas hal yang sudah sangat bisa dilakukannya. Aku seorang dokter dan aku tidak bisa menyanyi. Tapi aku bisa menyuntikkan obat tidur agar kau tertidur."

Mendengar ancaman Taylor lagi, Olivia buru-buru menarik selimut supaya menutupi wajahnya sambil berkata, "Aku pikir kau dokter yang baik. Kau sama saja. Aku benci disuntik!"

Taylor terkekeh geli mendengar ucapan Olivia. "Nah, selamat beristirahat, Olivia."

*****

"Kau terlihat sedang dalam kondisi yang tak baik. Kau bahkan jauh lebih pendiam dari biasanya. Kau baik-baik saja, Zayn?"

Zayn Malik menghela nafas dan tersenyum kepada manajernya, Bratt, yang baru saja memberitahu pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan di tapping acara talkshow di mana Zayn yang menjadi bintang tamunya, bersama salah satu aktris cantik yang baru saja merilis film box office kesekiannya, Cara Delevingne.

Doctor SwiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang