Kepingan Dua Satu

57.3K 2.1K 8
                                    

Soundtrack
Alm. Chrisye - Merpati Putih

Bacanya sambil puter lagu diatas ya
pasti dapet feelnya

--

Sydney POV

- 11.00 am mension baru -

Aku mengambil tasku didalam lemari dan mengambil ponselku diatas nakas.

Aku berjalan keluar mencari Aurora, namun dia sudah tidak ada.

"Rora kemana mbak?" tanyaku pada salah satu maid Rora.

"Nona Rora ke kantor Tuan Vano non, katanya mau lun bersama." jawab maid bernama Dewi tersebut.

"Lunch maksutmu mbak?" jawabku sambil cekikikan, geli mendengar suara si Dewi "Yasudah aku ke kantor Deva dulu. Kalau ada tamu bilang aja kita berempat lagi nggak dirumah. Suruh balik maleman aja." ucapku lagi yang dijawab anggukan oleh mbak Dewi.

Aku berjalan keluar, tidak ada sopir tapi ada mobilku sendiri.

Aku mengambil kunci mobilku di tempat kunci. Berjalan ke garasi dan menaiki mobilku sendiri ke kantor Deva.

***

Aku memarkirkan mobil ku di halaman depan kantor Deva. Aku keluar mobil dan berjalan pelan ke dalam kantor.

"Eh bu Madelyn, selamat siang bu." sapa satpam di depan pintu masuk, yang langsung membuat beberapa karyawan Deva menunduk hormat ke arahku dan ku jawab dengan senyum singkat yang tulus, sungguh.

"Pak Alexandernya di kantor kan?" tanyaku pada resepsionist.

"Ada Bu, sedang di ruangannya." jawabnya sambil tersenyum.

Aku melangkah ke lift. Menunggu di depan lift umum.

Sesaat kemudian pintu lift terbuka. Beberapa karyawan Deva yang keluar dari lift tersebut langsung hormat kepadaku namun dengan wajah heran dan binggung, mungkin.

Aku memasuki lift tersebut. Tidak ada orang lain didalam lift tersebut.

Aku sampai dilantai paling atas gedung ini.
Aku berjalan kearah meja Elisabeth.

"Siang mba Eli. Suamiku ada didalam kan?" tanyaku pada Elisabeth.

"Eh Bu Madelyn. I.. Iya ada kok. Silahkan langsung masuk saja." katanya dengan sopan, tapi tidak ada senyum di wajahnya.

"Jangan panggil saya Bu mba. Panggil Lyn aja gpp ko." jawabku lagi dan meninggalkannya yang belum menjawab pernyataaanku.

Aku berjalan membuka pintu ruangan Deva.

Mataku memanas

Clara bergelanyut di pelukan Deva, Deva diam saja di kursinya. Tidak marah dipeluk Clara dari belakang namun juga tidak ada ekspressi senang di wajahnya.

Aku ingin sekali rasanya mengamuk saat itu juga. Namun aku berusaha menahan emosiku, aku tidak bisa menangis. Aku hanya ingin TERTAWA.

ya rasanya aku ingin tertawa keras saat itu juga.

'kamu dikhianati suamimu didepan matamu sendiri Lyn. Harusnya kamu pergi dan mengurus surat perceraian sesegera mungkin" kata itu berputar di kepalaku berulang-ulang saat aku berjalan mendekati meja Deva.

Baik Deva maupun Clara mungkin tidak merasakan kehadiranku, mengingat aku membuka pintu hampir sama sekali tidak ada suaranya.

"Dev" kataku pelan setelah aku berdiri tepat dihadapan Deva.

Deva mendongak menatapku, dengan sigap dia berdiri. ada ekspresi kaget juga marah disana. Secepat kilat dia berusaha melepaskan tangan Clara yang sedari tadi melingkari lehernya.
Clara jatuh tersungkur dibelakang Deva.

"Back off Cla. Aku diam bukan berarti aku menerima dan tidak marah. Aku diam karena aku malas meladenimu." ucapnya sakartis pada Clara.

Tawaku pecah seketika itu juga. Aku mengasihani diriku sendiri.

"Maafkan aku wifey. Aku tidak bermaksut apapun apalagi mengkhianatimu. Sumpah wifey aku berani bersumpah untukmu." kata Deva pelan. Sambil berjalan kearahku melewati mejanya.

"Stop Dev. I know what you mean. You know Dev? You really hurting me." kataku pelan, tapi aku yakin pasti Clara mendengar ucapanku barusan.

Aku berjalan melangkah keluar tanpa menunggu jawaban Deva yang mematung di tempatnya. Mungkin dia sedang mencerna perkataanku barusan.

Aku keluar ruangan Deva sambil memegangi perutku. Melihat kearah dimana Elisabeth duduk.

"Kamu sengaja mba? Kalau memang iya, kamu berhasil membuat hubunganku dengan Deva rusak karna hal ini. Aku akan segera urus surat pemecatanmu. Aku istri CEO, aku berhak memecatmu juga." ucapku pada Elisabeth. Dia kaget dengan perkataanku. Tapi dia segera meminta maaf atas sifatnya.

"Aku tidak bisa memaafkan siapapun yang dengan sengaja membuatku sakit. Maafkan aku mba, kamu berhasil membuat sisi lainku keluar sekarang. Aku permisi." ucapku datar kepada Elisabeth.

Aku memasuki lift khusus keluarga Anthony. Aku terlalu muak jika harus menunggu lift umum terbuka.

Aku berjalan keluar lift dengan air mata yang terus mengalir dari mataku. Aku tidak ambil pusing dengan semua tatapan karyawan Deva kepadaku.

Aku masuk mobilku, menyalakannya dan langsung berjalan keluar dari halaman kantor Deva.

Aku memilih-milih jalan yang tidak begitu ramai. Aku tidak melihat Deva mengikutiku.

Dengan emosi, keputusan cepat dan entah aku kenapa. Aku sengaja menginjak gas dengan sangat dalam dan mengarahkan mobilku kearah pepohonan di seberang jalan.

dan sesaat kemudian, perutku sakit sekali, kepalaku pusing, banyak orang berteriak-teriak diluar mobilku. Mereka berusaha membuka kaca mobilku bahkan pintu mobilku.

Sepersekian detik, semuanya menjadi gelap.

--------

Nih update kan ckck
Gaaboong kan ckck

MAAFKAN BILA ADA TYPO

23 okto 0059

Cium basah dari thor 💋

1. VOLUM I: About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang