Kepingan Tiga

132K 5.5K 20
                                    

Deva Pov
Gadis itu cantik. Masih sama cantiknya dengan beberapa tahun yang lalu. Aku mulai menaruh hati padanya sejak tiga tahun yang lalu. Saat pertama kali seseorang mengajakku menjemputnya di Kampus. Tapi saat itu aku ada acara mendadak, aku hanya bisa memandang dia dari kejauhan tapi aku tahu aku mulai jatuh cinta padanya.

Aku berjalan menuju ruanganku dilantai paling atas gedung ini. Ruanganku ada di lantai 28. Ruangan CEO NY's Corp.

Aku berjalan perlahan sambil memperhatikan kerja asistenku di bagian luar ruanganku. Sesampainya aku di ruangan. Aku masih memikirkan Sydney Madelyn Atmaja. Anak bungsu keluarga Atmaja,  anak bungsu teman akrab papa dulu. Anak yang dititipkan Pak Atmaja kepada papa sebelum beliau meninggal. Setelah Papa meninggal amanah itu Papa berikan kepadaku dan satu-satunya cara untuk menjaga gadis itu adalah dengan menikahinya dan karena aku juga mencintainya.

***

Sydney berjalan perlahan menuju kantor barunya itu. Beberapa karyawan baru termasuk dirinya sudah berdiri di bagian lobby kantor. Mendengarkan instruksi kepala HDR dan beberapa kepala bagian lainnya.

Sedari tadi Sydney menunggu namanya dipanggil oleh kepala bagian. Entah bagian apa. Namun sampai semua kepala bagian selesai menyebutkan satu per satu nama karyawan baru. Namanya tak kunjung di sebutkan.

Saat itu juga Sydney merasakan keringat dingin keluar dari dalam badannya. Dia takut sebenarnya panggilan kemarin salah. Dia takut pekerjaanya sebagai buruh di laundry terlanjur di lepasnya. Dia takut membuat kak Vano kecewa.

"Madelyn." suara kepala HDR membuyarkan lamunan Sydney.

"Ii... Iya Bu." jawab Sydney hati-hati.

"Kamu diterima di bagian lainnya. Lebih hebat daripada bagian lainnya yang ada di lobby ini. Selamat Madelyn" ucap Bu Lisa panjang.

"Ikutlah denganku sekarang." Bu Lisa memberikan instruksi untuk Sydney. Segera Sydney mengekori Bu Lisa menaiki Lift dan menuju lantai 28.

***

Setelah sampai di Lantai 28. Sydney masih mengekori Bu Lisa yang asik berjalan menikmati entah apa itu.

"Elisabeth,  dimana Tuan Alex?  Aku mengantarkan pegawai baru tepatnya asisten barunya." tanya Bu Lisa pada karyawan yang lain yang tak kalah cantiknya dengan Bu Lisa. Rambut hitam pendek sebahu, Stillo merah, kemeja polos merah dan rok selutut warna hitam.

"Beliau sedang ada tamu Bu. Biar saya yang memperkenalkan dia ke Tuan Alex." tawar Elisabeth.

"Baiklah. Tolong nanti antarkan dia ke ruangan Tuan Alex. Jangan sampai dia berjalan sendiri keruangan tuan Alex. Mengerti Elisabeth." perintah Bu Lisa.

"Baik Bu." jawab Elisabeth singkat.

Elisabeth menyilahkan Sydney duduk di ruang tunggu yang ada di dekatnya berdiri. Satu-satunya ruang tunggu yang ada di lantai tersebut.

15 menit
45 menit
65 menit

"Hai Elisabeth. Alex ada?" tanya wanita cantik lainnya pada Elisabeth yang tengah asik dengan pekerjaannya.

"Iya mbak. Tuan Alex sedang ada tamu.
Pak Joe Darinda semenjak dua jam yang lalu ada di ruangan Tuan Alex. Mbak langsung masuk saja." katanya pada wanita cantik yang baru saja datang.

"Baiklah. Dan kamu,  siapa wanita cantik ini. Sepertinya aku pernah bertemu denganmu." ucapnya sambil berjalan ke arah Sydney mengajak Sydney bicara. "Siapa namamu? Apa kamu pacar Alex?"

"Saya Sydney Madelyn Atmaja. Mbak bisa panggil saya Lyn dan saya asisten baru disini." terang Sydney.

"Oh. Jadi kamu Sydney. Senang berkenalan denganmu. Panggil aku Mauren. Kamu cantik Lyn,  pantas saja temanku tergila-gila padamu." jawab Mauren sambil menjabat tangan Sydney. "Minta tolonglah padaku apabila kamu ada kesulitan."

"Terimakasih mbak." jawab Sydney sekenanya. Dia bukannya tidak sadar dengan arti kata temanku tergila-gila padamu tapi dia memilih bungkam.

Sesaat itu juga pintu ruangan Deva terbuka dan 2 orang lelaki tampan bak dewa Yunani keluar dari ruangan.
Yang satu memakai setelan jas warna biru dengan kemeja kotak-kotak dan sepatu warna senada dengan jas dan celananya. Yang satu memakai jas warna cream dan celana warna hitam senada dengan sepatunya.

"Aku pergi dulu Lex dan pikirkan matang-matang keputusanmu. Aku yakin Mama Rose dan Cassandra setuju dengan pilihanmu. Goodluck dude." ucap lelaki yang memakai jas warna cream dengan panjang lebar sambil terus memancarkan senyumnya itu.

"Hai Mauren. Aku jalan dulu, ada meeting penting setelah ini." kata Joe sambil memeluk Mauren.

"Ok boss besar. Aku juga ada urusan dengan boss besar yang satu ini." kata Mauren sambil mengerling genit ke Deva.

"Kamu Sydney Madelyn?" tanya Deva pada Sydney.

"Iya Lex dia Madelyn. Dia cantik. Pantas kamu menyukainya."

"Enough Mauren. I'm asking to Sydney not you." ucap Deva masih dengan nada dingin.

"Oke..Oke I know Lex. Yasudah aku permisi dulu. Balikkan moodmu, baru kita ngobrol." ucap Mauren sembari memeluk Deva.

***

3 oktober 2016
Revisi 26 febuari 2017

1. VOLUM I: About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang