Kepingan Sebelas

84K 3.3K 39
                                    

Sydney Pov

Sudah tiga hari ini aku di Barcelona. Tiga hari ini biasa-biasa saja. Dari pagi sampai sore Deva ada meeting atau urusan pekerjaan yang lain. Saat malam, Deva sering keluar sendiri entah untuk apa dan aku tidak dijinkan keluar kemanapun, kecuali ke supermarket di ujung jalan. Bahkan makan pun, aku didalam kamar. Entah kenapa, aku berfikir di Indonesia dan di Spanyol sama saja. Liburan atau tidak hidupku selalu seperti ini. Menyebalkan.

Saat tengah malam datang, Deva akan tiduran di ranjang sibuk dengan hp nya dan aku tiduran di sofa melihat tv sampai tertidur. Saat keesokan harinya aku bangun, pasti aku sudah di atas ranjang dan Deva tak ada di sebelahku. Istri macam apa aku ini.

*disini di maksudkan 'istri macam apa aku ini' itu innernya Sydney*

***

Deva memasuki kamar, dia berdiri dibelakangku. Melepas jas dan sepatunya.
Kalau dilihat dari mukanya, Deva seperti sedang memikirkan sesuatu dan kelelahan.

"Are you oke Dev?" tanyaku yang dijawab anggukan cepat oleh Deva.

Deva berjalan lebih dalam menyelusuri sisi kamar. Dia masuk kamar mandi setelah membuka jendela yang menghadap ke arah jalan. 'paling mandi' pikirku.

Aku tiduran di ranjang sembari menunggu Deva selesai mandi. Beberapa menit setelahnya Deva keluar kamar mandi menggunakan baju polos hitam dengan kerah v neck dan memakai celanan jeans putih selutut. Rambutnya masih basah mengkilat. Deva lebih hot dari sebelum-sebelumnya. Dia luar biasa tampan.

"Kau sedang Menelanjangiku miss?" katanya sambil terkekeh.

"A.. Um.. Aku akan mandi." jawabku sekenanya sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Bergegaslah, setelah ini ikutlah dengan ku jalan-jalan. Dua hari besok aku masih sibuk dengan meeting. Kamu tidak perlu ikut denganku, tapi kamu boleh ikut jika kamu menginginkannya." katanya menjelaskan. Seketika tawanya lenyap berubah jadi nada dan raut muka kaku lagi.

"oke, tunggulah aku diluar Dev."

***

- 7.18 pm Lasarte Resto -

Deva berjalan melewati pintu utama disusul Sydney. Deva membisikkan sesuatu kepada si pelayan dan pelayan mengantarkan mereka berdua ke meja paling pojok dan terpisah dari meja para pengunjung lain. Letaknya sedikit private. Restoran ini didesain dengan dominan warna putih, abu dan hitam. Terkesan cukup elegant.

Deva mempersilahkan Sydney duduk. Disitu hanya ada dua kursi. Sudah ada makanan diatas meja tersebut. suasanya sangat romantis. Meskipun mereka sedang di restoran, tapi terasa seperti di hotel-hotel mahal lainnya.

"That's really romantic moment" ucap Sydney.

"Can we be a real couple ms. Sydney?" ucap Deva tiba-tiba. Kata-kata yang keluar dari mulut Deva seketika itu membuat jantung Sydney berdetak tak menentu. Seukir senyuman muncul di wajah cantik Sydney. Lalu dia mengangguk.

"You're so sweet Mr. Alexander." ucap Deva tidak bisa menahan kebahagiannya.

"You really beautifull Ms. Sydney." balas Deva lalu tersenyum penuh arti.

"Kurasa suatu saat nanti, aku ingin tinggal disini." kaya Syndey lagi dengan muka yang masih memancarkan kebahagiaan.

"Why?" balas Deva heran.

"Karena dikota ini, aku bisa membuatmu memintaku menjadi kekasihmu dengan cara yang sangat sederhana. Barcelona, te amo."

"Te amo Sydney Madelyn Atmaja. Aku sudah lama mencintaimu, tapi itu tidak lagi penting. Yang penting aku sudah mengungkapkannya. Mungkin menurutmu aku tidak romantis, tapi aku akan mencobanya demi hubungan kita kedepan. Aku tidak sabar satu minggu lagi kita akan menikah. Aku tidak sabar menunggu bersanding denganku dialtar" ucap deva dengan mata berbinar.

"It's oke Dev. Aku juga mencintaimu. Terimakasih sudah mau menerimaku yang banyak kekurangan ini untuk menjadi istrimu."

"This life is not easy. Give me your world, i'll give you my world. Can we complement each other?" ucap Deva setelah menggenggam tangan Sydney dan mencium punggung tangan Sydney sekilas.

"Ya Alexander Deva Anthony. I'll give you my world and you give me your world."
senyum Sydney semakin melebar karenanya.

"Trust me and I'll trust you." lagi-lagi ucapan Deva membuat kupu-kupu didalam perut Sydney semakin berterbangan tinggi dan jantung Sydney semakin berdegup kencang tak tau aturan.

"Promise me, my big bear" ucap Sydney dengan muka manjanya.

"Why you call me big bear? I'm not bear princess! Jangan coba-coba merusak moodku atau kamu akan tau akibatnya nanti malam" tanya Deva sedikit menyeringai.

"Karena kamu besar, bahkan tinggiku tidak sampai tinggi pundakmu. Dan karena kamu pria besar berotot tapi cukup menggemaskan dan romantis. I love you Dev."

"I love you too my princess." jawab Deva sambil tersenyum "tapi tetap saja aku bukan beruang."

Mereka menghabiskan waktu dengan besendau gurau malam itu. Mereka bahagia. Semoga saja kebahagiaan mereka bertahan lama. Tapi, siapa yang tau rencana Tuhan?

----------

Sudah 700+ words

Sudah buntu ckck

Maaf keun

13 okt 0145 - kecup satu-satu dari author :*

JANGAN LUPA votemennya ya gaes :""""""

1. VOLUM I: About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang