Kepingan Enam

104K 4.3K 11
                                    


Sydney Pov

"Kamu sudah pulang nak." sapanya sambil berjalan mendekati posisiku dan posisi bossku berdiri.

Suara itu membuatku diam terpaku. Antara senang, takut, sedih, semua bercampur menjadi satu saat ini.

Pasti Mamanya. Pikirku.

"Kamu sudah pulang nak. Mami kangen sekali denganmu, mami kira kamu marah pada mami karna." katanya menggantung dan langsung melihatku. Meneliti ku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Entah apa yang ada dipikirannya tentangku saat ini. Aku merinding seketika.

"Hai lihatlah siapa ini" katanya membuka suara. Mungkin akan mendekte penampilanku.

"Kamu Sydney ya sayang, anak almarhum Atmaja kan. Kamu tambah cantik dan lihatlah kamu semakin tinggi nak. Bagaimana kabarmu dan Vano?" sapanya sambil melihat kanan kiri. Mungkin dia mencari kak Vano.

"I.. Iya tante, saya anak bungsu Pak Atmaja dan Kak Vano tidak ikut kemari tante." jawabku setengah berpikir tapi juga senang karena raut muka Mama Pak Deva sudah tidak seperti tadi mukanya orang marah.

"Vano ada dirumah mi,  dia ada pekerjaan deadline." terangnya.

"Oh begitu. Tapi benar apa kata Alex. Kamu semakin dewasa dan kamu sangat cantik nak. Mami senang kamu hadir di acara keluarga kami. Jangan panggil saya tante, panggil saja Mami Rose. Dan satu lagi bersabarlah dalam menghadapi Alex. Dia sebenarnya sangat baik." terangnya padaku dan langsung pergi meninggalkan aku dan Pak Deva berdiri.

Seketika itu aku sangat kaget. Tapi aku berhasil menutup mulut dengan tangan kiriku. Sebelum kata-kata yang kurang sopan keluar dari mulut indahku ini.

Kadang aku berpikir mulut, hati dan otakku tidak pernah sejalan. Mereka saling berkhianat.

"Mrs. Sydney halo! Apa yang kamu pikirkan?" tanya nya membuyarkan lamunanku.

"Tidak pak. Saya tidak sedang memikirkan apapun. Dan pak kenapa tante Ros menyuruh saya memanggilnya Mami? Padahal kan saya hanya sekertaris bapak dan."

Cup

Dia menciumku sekilas. Hangat. Iya benar bibirnya hangat. Entah kenapa seketika itu juga rasanya jantungku tidak karuan dan pasti pipiku bersemu merah saking malunya. Beberapa orang menoleh ke arah kami,  tapi mereka hanya tersenyum sambil lalu. Dan Lagi-lagi hatiku mengkhianati pikiranku.

"Diamlah!." bentaknya.

Aku heran, kenapa ada orang seperti ini. Sebentar baik, Sebentar Dingin, Sebentar Galak dan sebentar sangat romantis.

"Iya pak oke saya diam. Tapi sepertinya saya harus pulang sekarang. Saya baru sadar kalau ini pesta keluarga Anthony. Saya tidak berhak ada disini. Saya permisi." kataku dan berjalan pergi menuju pintu keluar meninggalkan kerumunan itu. Kerumunan keluarga Anthony.

***

Baru tiga langkah kaki Sydney menjauhi kerumunan keluarga Anthony. Tiba-tiba tangan kokoh milik Deva memegang pergelangan tangan kiri milik Sydney.

"Berhentilah. Kamu harus ikut denganku." ucapnya dengan pandangan mata yang kosong.

Sydney diam mematung.

"Ikutlah denganku." ucap Deva lagi "berjanjilah kamu tidak akan meninggalkanku di tempat ini setelah kamu mendengarkan penjelasanku."

"Haruskah saya berjanji pada Bapak?" tanya Sydney polos dan sedikit memancing suasana hati Deva.

"Harus dan kamu tidak boleh meninggalkan acara ini karena kamu bagian dari keluarga Anthony Mrs. Sydney. Kamu akan menikah denganku. Secepatnya."

Kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Deva membuat Sydney terkesiap dan munculah kata-kata Sydney yang sebenarnya memang jauh sekali dari kata sopan.

"Ha! Bapak mau menjadikan saya istri bapak? Bapak mimpi ya? Kalau bapak bermimpi cepatlah bangun. Saya baru saja bertemu bapak tiga hari yang lalu. Saya tidak tahu pasti bagaimana bapak dan bapak bilang akan menjadikan saya istri bapak secepatnya. Bapak memang tampan. Tapi saya punya keyakinan satu hal. Saya hanya akan menikah satu kali dengan orang yang saya cintai dan mencintai saya."

Deva hanya berdiri mematung mendengar semua ucapan Sydney padanya. Dan reaksi Deva adalah KETAWA. Deva tertawa karena wanitanya tahu bahwa dia tampan.

"Kamu tahu kan, aku tidak suka mendengar penolakan." ucap Deva seketika dengan nada dingin, lagi.

"Jadi bapak anggap menikahi bapak itu perintah yang harus saya jalani." nada frustasi Sydney mulai terdengar.

Deva tidak mengindahkan kata-kata Sydney. Dia justru mengajak Sydney (baca= setengah menyeret) kehalaman belakang rumah mewah keluarga Anthony. Disana banyak pohon rimbun. Diahasi lampu-lampu yang menjadikannya sangat indah. Ada lebih dari sepuluh meja bundar disana. Lengkap dengan beberapa kursi di tiap mejanya dan meja makanan yang super panjang.

***

Hari sudah mulai malam. Keluarga Anthony tengah berbincang-bincang satu sama lain di halaman belakang rumah mewah tersebut. Mereka yang asik berbincang-bincang serontak diam. Memandang kearah dimana Deva dan Sydney berdiri. Tepat di sebelah pintu masuk menuju bagian dalam rumah.

"Itu mereka." teriak salah satu orang.

Deva membawa Sydney menuju kekerumunan. Hening menyelimuti mereka semua yang ada di halaman tersebut. Dan hal yang tak disangka-sangka Sydney terjadi.

***

700+ words gaes :)

Ganti part aja ya wkwk

TYPO DIMANA-MANA

Yang udah mau baca cerita gaje ini. Saya MAKASIH banget-banget.

Akir kata JANGAN LUPA BACA NEXT PART dan ditunggu VOTEMEN nya

4 okto 2139 - slaam sayang dan peluk karena lagi dingin suasananya.

1. VOLUM I: About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang