Sebelas

188K 6.6K 301
                                    

Angela duduk dengan manis di kursi khusus pelamar. Sebelumnya Leo sudah memohon dengan sangat agar gadis itu tak membuat ulah karena Leo tak bisa selalu memantau di sampingnya. Ya, Leo harus kerja meski sebenarnya ia khawatir Angela akan membuat kekacauan.

"Cowok!" goda Angela pada seorang lelaki yang kebetulan lewat. Lelaki itu langsung terkejut. Mungkin dalam hatinya beranggapan kalau gadis itu berani sekali menggoda, padahal tujuannya untuk melamar. Lelaki itu pun langsung bergegas pergi tanpa mau meladeni Angela.

"Lelaki sombong, padahal jarang sekali seorang Angela mau menyapa lebih dulu. Seharusnya beruntung, ini malah seperti itu," gerutu Angela.

Akhirnya ia kembali fokus menunggu, meski sebenarnya menunggu itu menyebalkan sekali. Ingin rasanya ke ruangan Leo, namun ia harus tetap ingat pesan Leo jika mau kerja ya tunggu, karena harus interview terlebih dahulu. Tiba-tiba seorang lelaki berkacamata menghampiri Angela.

"Apa lihat-lihat?" tanya Angela dengan berani.

"Felinda Angela?" kata lelaki itu.

"Iya, memangnya kenapa? Oh, jangan-jangan ini salah satu dari penggemarku, ya? Ini Bapak siapa, sih?"

"Perkenalkan, saya Darmawan, HRD di sini."

Angela tercekat, rupanya ia sudah berbicara dengan sedikit tidak sopan. Ia berharap itu tak memengaruhi keputusan untuk menerimanya. Sungguh, Angela ingin bekerja di kantor ini. Awalnya Angela berpikir haruskah meminta maaf karena tadi bicara sedikit songong, tapi ia urungkan niatnya karena Angela pikir itu bukan kesalahan yang berarti. Dengan optimis, ia yakin akan diterima bekerja.

"Oh, Pak Darmawan, ya panggil saja saya Angela. Ayo masuk ke ruangan, mau interview, 'kan?

Pak Darmawan mengangguk, dalam hatinya berpikir seumur hidup baru kali ini ada pelamar semacam Angela. Bukankah seharusnya Pak Darmawan yang mempersilakan masuk.

Tanpa menunggu respons Pak Darmawan akhirnya Angela langsung memasuki sebuah ruangan. Interview akan dilaksanakan di ruangan pak Darmawan, dia tahu informasi itu dari Leo. Katanya manager langsung yang akan mewawancarai, mungkin perusahaan ingin yang terbaik.

"Silakan duduk, Pak," ucap Angela saat sudah masuk ke ruangan.

"Hey, bukankah ini ruangan saya?"

"Iya, memangnya kenapa?"

"Harusnya kamu tidak asal masuk dan bersikap seolah kamulah pemilik ruangan ini, tolong sopan sedikit."

Angela tersenyum. "Sopan sedikit? Oh, saya kira harus sopan yang banyak. Jadi sedikit saja, ya? Baiklah kalau begitu."

Angela sudah tidak panik akan diterima atau tidak, ia yakin pasti diterima. Angela akan bilang kalau dirinya kekasih Leo. Mudah, bukan? Sudah pasti diterima jadi tak perlu takut pada Pak Darmawan.

"Tolong yang sopan kalau mau diterima," kata Pak Darmawan, HRD mana yang mau menerima karyawati semacam makhluk seperti Angela.

"Jadi mau Pak Darmawan apa?"

"Baiklah lupakan, sekarang kita mulai saja," jawab Pak Darmawan cepat, ia sudah tak sabar untuk Angela pulang jadi lebih baik segera dimulai. Lebih cepat pulang lebih baik.

"Kenapa memilih bergabung di perusahaan ini?"

"Mau tahu aja atau mau tahu banget nih?" Angela malah bertanya balik. Pak Darmawan mulai terpancing emosi padahal ini baru pertanyaan pertama.

"Saya serius!"

"Bapak pikir saya bohong? Masa orang cantik bohong, sih?"

"Tolong jawab," kata Pak Darmawan masih berusaha menahan amarah.

"Tadi sudah jawab, lagian mau tahu aja, sih. Mau gabung di perusahaan mana pun itu hak saya. Jangan-jangan Pak Darmawan juga penggemar saya, ya? Duh maaf, maaf banget. Orang yang jadi penggemar Angela itu ada batasan usianya yaitu dari 21 sampai 35 tahun. Kalau Bapak sepertinya sudah 37 atau lebih?"

"Saya 36!" sanggah pak Darmawan.

"Tuh, kan. Sudah lewat batasan usia jadi maaf tidak bisa gabung jadi AFC."

"AFC?"

"Angela Fans Club,"  jawab Angela sambil tersenyum bangga.

"Tolong jangan bahas yang lain, saya harap bisa fokus ke interview."

"Oh."

Dalam hati Pak Darmawan menggerutu bagaimana bisa Angela hanya berkata oh saja tanpa meminta maaf. Lagi pula ia bahkan bukan AFC seperti yang Angela katakan tadi. Angela sungguh percaya diri sekali.

"Angela, saya berhak tahu kenapa kamu mau bergabung di perusahaan ini."

"Saya berhak untuk tidak memberitahu."

"Kenapa, Angela?"

"Karena tidak wajib memberitahu pada yang bukan member AFC. Jadi jangan coba-coba kepo, ya."

"Kalau begitu silakan cari perusahaan lain. Maaf, kami tidak bisa menerima jika begini."

"Saya kekasih Leo tahu, Pak!"

"Lalu? Sayang sekali di sini tak ada sistem nepotisme. Silakan tutup pintu itu dari luar!"

Sepertinya Pak Darmawan sudah tak bisa menahan emosi lagi. Baru kali ini ia mengusir dengan cara seperti itu. Tentu saja Angela bersikap tenang dan masih bisa tersenyum manis, sangat manis.

Angela langsung berdiri. "Oke, saya akan pergi. Tapi—"

"Tapi apa lagi?"

"Pak Darmawan tidak tahu 'kan apa yang akan terjadi jika kancing kemejaku terbuka satu persatu," ucap Angela dengan tatapan menggoda.

"Maksud kamu apa?"

Tanpa menjawab Angela langsung mendekati Pak Dermawan dan menggodanya. Tentu saja lelaki itu jadi gelagapan.

"Jangan macam-macam!"

"Saya tidak akan macam-macam, hanya saja—" ucapan Angela sengaja dipotong.

"Bapak mengerti maksud saya? Jadi saya diterima atau tidak?" tanya Angela lagi.

"Hey, jangan gila!"

"Saya tidak gila, tapi Pak Darmawan yang akan tergila-gila. Ayolah terima saja," kata Angela lagi.

Angela bersiap membuka kancing, tentu itu hanya sebuah gertakan namun segera dicegah oleh Pak Darmawan yang gugup sekaligus ketakutan.

"Tolong jangan lakukan itu!"

"Lakukan apa? Saya tanya sekali lagi, apa Bapak menerima saya kerja di sini?" tanya Angela terus. "Bagaimana ya, kalau karyawan lain tahu hal ini? Tahu apa yang kita lakukan, pasti akan ...." gertak Angela terus.

"Cukup! Oke, saya terima kamu bekerja di sini."

"Benar? Jangan pernah berbohong!"

"Oke, ini surat penerimaannya saya akan tanda tangan."

Kemudian Pak Darmawan menandatangani surat penerima meski dalam kondisi bergetar. Ia mengisi dan menandatangani berkas penerimaan dengan sangat gemetar dan keringat dingin. Tentu saja Angela terseyum puas atas kemenangannya. Akhirnya bisa bekerja di kantor tersebut.


***


My Sexy AngelaWhere stories live. Discover now