Delapan

223K 8.1K 231
                                    

"Selamat sore Angela yang cantik," ucap Leo. Ia sengaja berkata seperti itu untuk membuat Angela tidak kehilangan mood, ia tahu Angela kemungkinan besar akan marah akibat dirinya pulang terlalu lama.

Angela bungkam, namun tetap menatap Leo tajam. Tentu saja ekspresinya sangat tidak terbaca. Apa yang Angela inginkan sebenarnya? Bahkan sampai saat ini Leo belum bisa menebak jalan pikiran Angela. Menurutnya, gadis semacam Angela sangat sulit dipahami. Terlebih bisa sewaktu-waktu mengeluarkan tanduk. Meski begitu, sore ini Angela sudah rapi dan cantik.

"Aku cantik?" Akhirnya gadis itu mau membuka suara.

Leo mengangguk sembari tersenyum. Angela kemudian melangkah menghampiri Leo. "Benarkah aku cantik?" tanya gadis itu lagi tepat di depan wajah Leo dan berhasil membuatnya sangat gugup.

"Ya, kamu cantik."

"Kamu salah Leo, aku itu SANGAT cantik!"

"Maafkan aku. Maksudku kamu sangat sangat cantik." Leo bahkan bisa merasakan embusan napas Angela.

Leo merasa lega saat Angela mulai menjauhkan tubuhnya.

"Oke, kali ini aku memaafkan dan tak mau memperpanjang karena aku ingin jalan-jalan sekarang juga. Sekarang mari kita berangkat."

Leo semakin lega mendengar ucapan gadis itu. Dalam hati Leo berharap kenapa tidak selalu seperti ini saja? Bukankah tak terlalu menyebalkan?

"Kalau begini terus predikat gadis gila mungkin akan musnah," ucap Leo pelan hampir tak terdengar.

"Apa kamu bilang?" tanya Angela yang ternyata mendengar ucapan Leo.

Sial ...

"Ah, tidak. Aku bilang kamu memang sangat cantik malam ini."

Angela tersenyum, lagi-lagi senyuman itu mampu menghipnotis Leo. "Kamu salah lagi," ucap Angela kemudian.

Leo terkaget, salah lagi salah lagi apa pun yang dia ucapkan. "Di mana letak salahnya, Angela?"

"Kamu bilang aku sangat cantik malam ini. Berarti secara tak langsung hanya berkata malam ini saja. Bukankah aku cantik setiap malam, setiap hari bahkan setiap waktu?"

"Jangan berburuk sangka dulu, sudahlah ayo berangkat. Kamu tidak mau kan sampai kehabisan tiket bioskop?"

Angela menurut. Entah, rasanya ia ingin segera nonton. Lalu berjalan-jalan mengelilingi mall atau belanja yang banyak. Tentunya Leo harus bersedia membayar apa pun yang dia inginkan.

***

Suasana kafe cukup ramai meski ini bukan akhir pekan, di meja nomor 23 wanita cantik sedang duduk sepertinya tengah menanti seseorang. Tiba-tiba, datang seorang lelaki, merangkul wanita itu dari belakang. Senyuman tampak mengembang di bibir wanita cantik itu meski belum sempat menoleh, ia sangat yakin kalau yang merangkulnya dari belakang adalah Tristan. Lelaki yang hampir setengah jam ia tunggu.

"Kamu makin cantik saja," ucap Tristan saat mulai duduk.

"Aku sangat merindukanmu," jawab wanita itu, awalnya ia merasa kesal karena Tristan datang terlambat tapi begitu lelaki itu tiba, semua rasa kesalnya buyar seketika begitu melihat calon suaminya yang sangat tampan.

"Tentu juga aku sangat merindukanmu, Luri."

Luri merupakan sekretaris Leo yang sebentar lagi akan resign karena hendak menikah. Bahkan Leo sendiri tak mengetahui kalau sebenarnya sahabatnyalah yang menjadi calon suami wanita itu. Baik Luri maupun Tristan sengaja tak memberitahu hal ini, awalnya hanya iseng tak memberitahu dan malah keterusan. Jika Leo tahu hal ini, pasti akan sangat terkejut. Terlebih Tristan yang menyuruh Luri resign.

My Sexy AngelaWhere stories live. Discover now