delapan; Oh malam, sampaikan sayangku untuk Dia.

3.4K 252 32
                                    

Selepas kejadian di Mall waktu itu, Iqbaal dan Pelangi mulai terlihat seperti seorang teman. Mereka sudah jarang adu mulut, ya, masih cukup sering, sih. Tapi selalu berakhir dengan Iqbaal yang malah gombal ke Pelangi. Dan Pelangi yang malah merah pipinya.

Seperti sekarang ini, Pelangi malah senyum-senyum sendiri. Bella dan Steffi hanya memutar mata mereka karena tahu alasan Pelangi seperti ini.

Pelangi sedang jatuh cinta.

Keduanya yakin, Pelangi memang sedang Jatuh Cinta. Tetapi Pelangi selalu saja mengelak. Padahal orang tuli juga bisa lihat kalau Pelangi itu lagi kasmaran. Ya, emang, orang tuli bisa lihat. Iya, bisa. Heh, ini kok receh banget. Pada ketawa nggak sih?

Lupain, deh.

Yang Bella lihat, Pelangi sekarang udah jarang nguncir rambutnya. Pelangi lebih sering menggerai rambut hitam indahnya. Itu adalah hal yang mengejutkan satu sekolah, karena Pelangi itu jarang banget buka kunciran rambutnya, paling-paling kalau habis olahraga. Itupun di toilet cewek, keluar dari sana, ya dikuncir lagi.

"Lo suka sama Iqbaal?" Satu kalimat yang meluncur dari mulut Bella membuat Pelangi terbelak kaget.

Emang keliatan gitu banget, ya?. Pelangi mengerenyit heran. "Iyaa.. kali."

"Ngi, serius! Lo beneran suka sama cowok bar-bar itu?" Tanya Steffi kaget. Pelangi hanya tersenyum dan mengangkat kedua bahunya. "Akhirnyaaa! Pelangi suka sama cowok!"

"Siapa!?" Suara cowok yang mereka bicarakan tiba-tiba muncul, reflek ketiganya menoleh dan diam. "Lah, pada diem. Ngi, siapa anjir? Gila, lo suka sama cowok? Ah gila."

"Heh! Emang lo kira gua nggak bisa suka sama cowok, apa! Songong banget." Pelangi berdecak.

Iqbaal terkekeh lalu naik ke mejanya. "WOY WOY! LO SEMUA HARUS TAU! KALAU PEL—ANJING WOY!"

Pelangi menggoyang-goyangkan kaki Iqbaal, membuat Iqbaal hampir kehilangan keseimbangannya dan tidak melanjutkan ucapannya. "NGI SUMPRET LU! KALAU GUA JATOH GIMANE!"

"Bodo," Pelangi malah melet. "Udah turun! Mulut lo toa banget, sih. Ngalahin suara Kinan yang mirip speaker buat DWP-an."

"Heh gua denger ya!" Suara Kinan menggelegar. Mungkin anak IPS bisa denger suara Kinan kalau lagi teriak-teriak di koridor IPA.

Pelangi nyengir dan menaikkan kedua jarinya untuk damai. "Ampun, mbak Kinan."

Iqbaal loncat ke depan Pelangi. "Lo beneran suka cowok? Wah, Ngi, selamat!"

Pelangi memutar matanya. Ia kembali duduk di bangkunya, di sebelah Bella.

"Ngi, heran gue, beneran dia bisa bikin lo kesemsem gini?" tanya Steffi dengan bisikan. Pelangi tertawa kecil.

"Kayak apapun dia, tetep aja, selalu bisa bikin gua senyum dan deg deg-an sendiri." ucap Pelangi sambil tersenyum lagi.

Bella dan Steffi saling pandang dan tersenyum kecil. Ya, semoga saja, sahabat mereka itu tidak akan merasakan sakit sedalam cinta yang Ia punya.

***

Saat bel istirahat pertama berbunyi, Aliya–anak sebelas IPA satu–tiba-tiba mendatangi Pelangi dan bilang kalau Pelangi di panggil sama Pak Budi. Pelangi langsung aja ngacir ke Ruang Guru.

Ternyata, Pak Budi ngasih surat pemberitahuan ke Pelangi. Dan surat itu bener-bener bikin Pelangi teriak, loncat-loncat, kesenengan sendiri. Pelangi tersenyum dan melangkah dengan riangnya. Ia akan menuju kantin, menuju Steffi dan Bella di sana. Di tengah perjalanan, Pelangi bertemu dengan Iqbaal yang sedang asik meminum kopi hitamnya.

Pelangi ✖ idrOnde histórias criam vida. Descubra agora