tiga; gudang

5.9K 491 24
                                    

"Pelangi!"

Pelangi berbalik. Ana mendatanginya. "Lo disuruh Pak Saliman buat ambil berkas-berkas alumni kita di gudang."

"Serius?"

"Iyaa.." Ana memutar bola matanya.

"Yaudah. Gue ambil dulu," Pelangi berjalan menuju gudang yang luamyn dekat dari tempatnya sekarang.

Ana tersenyum miring.

**

Kriet..

Pelangi bergidik ngeri saat membuka pintu gudang. Tidak gelap, tapi berdebu.

Pelangi berjalan menuju rak yang berisi berkas-berkas tentang alumni sekolah ini.

"Yang mana, nih?" desis Pelangi.

Sedangkan di pintu gudang, Ana dan kedua temannya tersenyum sinis. Ana menutup pintu gudang dengam pelan, lalu menguncinya.

Setelah mencabut kunci dari tempatnya, Ana tosa dengan kedua temannya; Salsha dan Cassie.

"Liat saat pulang sekolah nanti, Pelangi."

**

Pelangi mendapatkan berkasnya. Ia berbalik, tapi sedetik kemudian langsung mematung.

"Iqbaal?"

"Pelangi?"

"Lo-" Keduanya mengucapkan itu dengan bersamaan. "Lo dulu." ucap mereka bersamaan lagi.

Pelangi terkekeh. "Ngapain disini?"

"Tadi disuruh ambil gitar." Iqbaal menunjuk gitar di pojok ruangan.

Pelangi ber-oh ria. Berjalan menuju pintu, keluar. Tapi,

Brk! brk! brk!

Berkali-kali Pelangi membuka pintu namun nihil, terkunci.

"Kenapa, nih?" desis Pelangi.

Iqbaal dibelakangnya menyatukan alisnya. Menyuruh Pelangi untuk minggir.

Brak! Brak!

Iqbaal mendobrak pelan pintu. Tapi tetap, tidak terbuka.

"WOY SIAPA SI NIH YANG NGUNCIIN! WOY!" bentak Iqbaal sambil menggedor-gedor pintu. "Tai."

Pelangi mengecek jam-nya, 12.59 WIB.

Itu berarti satu menit lagi bel pulang sekolah akan berbunyi. Semoga-

Kriinggg!!

"Udah bel!" seru Pelangi. "Mana ni gudang mojok banget lagi."

Iqbaal menepuk keningnya. "Handphone woy! Bloon."

Iqbaal mengambil iPhone-nya, baterai-nya penuh. Iqbaal menekan kontak Steffi.

Pelangi ✖ idrWhere stories live. Discover now