Part 17: University

1.6K 111 1
                                    

Karena sudah kelas tiga di akhir sekolah menengah atas, sekolah mempunyai program jam pelajaran tambahan sehingga sepulang sekolah akan dilanjutkan bimbel lagi di sekolah. Sebagian murid ada yang membawa makanan, di antar oleh orang tuanya, membeli di luar sekolah, atau pulang ke rumahnya jika rumahnya dekat dengan sekolah.

Sebenarnya rumah Vanesha tidka begitu jauh dari sekolah, tetapi ia malas jika harus pulang lalu pergi lagi ke sekolah sehingga kakaknya akan mengantarkan makanannya. Tapi setelah di tunggu kurang lebih 10 menit dari bel pulang sekolah berbunyi, kakaknya-Vinno-tidak muncul. Ia menelepon kakaknya dan tidak di angkat. Sehingga ia mencoba menelepon ke rumah dan bertanya pada mbak-asisten rumah tangga di rumahnya-apakah sang kakak ada di rumah tapi sang kakak tidak ada.

Karena kesal Vanesha menendang batu kerikil di dekat sepatunya yang ternyata tendangannya membuat batu kerikil itu mengenai kepala seseorang. Vanesha menutup melutnya dengan kedua tangan saking kagetnya mendengar suara kesakitan dari seseorang karena tendangan batu kerikilnya.

"Mampus." Teriak Vanesha dalam hati setelah melihat siapa orang yang kena tendangan batu kerikilnya.

"Sorry banget Nik. Gue gak sengaja." Ucap Vanesha setelah berlari menghampiri Niko dan menatap khawatir kepala Niko yang menjadi sasaran jatuhnya batu kerikil akibat tendangannya.

"Lo yang tendang batu kerikil itu Nes?" Tanya Niko dengan masih mengusap kepalanya.

"Iya, maaf banget Niko. Gue gak sengaja." Jawab Vanesha meminta maaf atas apa yang menimpa Niko barusan.

"Gak apa-apa. Untuk batu kerikil bukan batu besar." Balas Niko mendelik pada Vanesha.

"Lagian kenapa pake nendang batu segala sih?" Tanya Niko menatap Vanesha yang merasa bersalah.

"Gue kesal karena kak Vinno belum antarin makanan buat gue. Kalau gue gak makan lapar dong gue. Kita kan pulang sore." Ucap Vanesha mencebikkan bibirnya kesal.

"Ya udah lo makan bareng gue aja. Gue makan di warung depan. Mau?" Tanya Niko.

"Ya udah deh. Daripada gue gak makan terus kelaperan dan gak konsen belajar." Jawab Vanesha lalu berjalan berdampingan bersama Niko menuju warung yang tidak jauh dari sekolah mereka.

Warung ini sebenarnya kecil tetapi banyak siswa-siswi sekolahnya yang makan di sini. Makanan yang di sediakan warung ini tidka kalah enak dari kantin sekolahnya. Walaupun warung ini kecil tetapi warung ini bersih.

Vanesha dan Niko duduk bersebelahan dan memakan makanan mereka. Banyak hal juga mulai dari menanyakan kabar dan keadaan Vanesha yang sudah mulai membaik juga tentang pelajaran.

Setelah dua puluh menit menikmati makanan dan berbincang mereka kembali ke sekolah. Karena bel masuk untuk pelajaran tambahan akan segera berbunyi.

Hari yang sangat melelahkan, memang. Kelas tiga bukan lagi waktu untuk main-main. Mereka harus segera menyiapkan banyak hal. Mental, kesehatan, belum lagi mereka juga harus sudah mulai memikirkan akan melanjutkan kemana setelah lulus dari SMA.

^^^

Vanesha sedang asyik berselancar di internet. Satu per satu website universitas dari yang di dalam negeri hingga yang luar negeri di bukanya dan dibaca. Vanesha juga membuka youtube untuk melihat seperti apa universitas-universitas itu.

Tak lama line grup yang berisi Vanesha, Leyna, Lexa dan Vita berbunyi. Teman-temannya juga sedang sibuk melihat-lihat universitas mana yang akan mereka ambil nantinya. Banyak sekali universitas yang bagus dan menjadi favorit. Biayanya pun tak main-main.

Vanesha sendiri sebenarnya ingin melanjutkan studinya di luar negeri. Tetapi ia tak yakin kalau kedua orang tuanya akan mengizinkannya. Jadi sepertinya ia akan mengubur keinginannya itu.

Ada satu universitas swasta di Jakarta yang menarik perhatiannya. Ia melihat kolom pendaftaran dan syarat lalu membacanya dengan saksama. Setelah cukup yakin, Vanesha akan memberitahukan kepada orang tuanya bahwa ia akan mendaftar di universitas tersebut.

Vanesha tertarik dengan universitas itu karena universitas itu sudah terkenal dengan jurusan kedokterannya. Ya, Vanesha ingin menjadi dokter. Itu adalah cita-citanya sejak ia masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Vanesha sangat ingin memakai jas putih itu dan mengobati orang-orang yang ingin sembuh dan menaruh kepercayaan mereka padanya.

^^^

Waktu berjalan dengan cepat dan sekarang sudah di akhir bulan November. Sekolah sedang sibuk-sibuknya untuk ulangan akhir semester. Karena ini UAS jadi mereka hanya akan ulangan lalu pulang. Vanesha mempersiapkan ulangan kali ini dengan sangat baik. Ia ingin mempertahankan nilainya dari kelas 10 hingga saat ini. Apalagi nilai semester 5 dan 6 adalah nilai yang biasanya akan diminta oleh universitas.

Benar, Vanesha mempertahankan nilainya. Niko pun sama. Niko tetap di nomor satu dan Vanesha di nomor 2. Tapi kali ini beda. Tidak ada rasa kesal pada Vanesha saat ia menerima sertifikat juaranya yang sudah banyak di dalam kamarnya dan dipajang di dinding. Vanesha juga mengucapkan selamat pada Niko dengan senyum yang mengembang. Ini terakhir kalinya ia akan maju di depan lapangan untuk menerima sertifikat juara karena tahun depan bukan sertifikat yang akan ia terima melainkan ijazah.

"Selamat ya Nik." Ucap Vanesha mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Niko.

"Ah, ya. Makasih. Selamat juga Nes." Jawab Niko setengah bingung karena Vanesha menampilkan wajah gembira dengan senyum mengembang membuat pipinya terlihat tembam.

Melihat Vanesha tersenyum seperti itu mau tak mau membuat Niko juga melakukan hal yang sama. Niko tersenyum dengan senangnya hingga gigi putih dan ratanya terlihat. Cukup lama mereka saling bertatapan dan saling melempar senyum hingga suara gurunya mengucapkan selamat menyadarkan mereka berdua.

^^^

Setelah pembagian rapor semester 5 selesai akhirnya libur yang di tunggu-tunggu pun tiba. Tapi tidak. Vanesha tidak sedang libur. Ia justru sedang mempersiapkan diri untuk mendaftar masuk universitas yang di inginkannya. Ia sudah memberitahukan orang tuanya juga kakaknya. Mereka semua mendukung Vanesha.

Saat ini Vanesha sedang berada di universitas pilihannya. Hari ini ia akan mendaftar dengan nilai-nilai yang ia punya. Menurut Vanesha nilainya sangat bagus.sehingga ia yakin akan mendapatkan potongan karena nilainya mencukupi untuk syarat tersebut. Lumayan, pikirnya. Orang tuanya bias sedikit menghemat hingga beberapa juta untuk biaya masuk. Maklum, Vanesha mendaftar di universitas favorit dan jurusan kedokteran tidaklah murah sehingga orang tua Vanesha juga harus mempersiapkan uang yang lebih besar untuk anak bungsu mereka.

Vanesha bukan berasal dari keluarga konglomerat. Tapi keluarganya sangat berkecukupan. Awalnya Vanesha ingin mengambil jurusan yang tidak begitu mahal tetapi orang tuanya bilang bahwa mereka punya uang yang sudah dikumpulkan untuk pendidikannya dan kakaknya. Lagi pula kakaknya sebentar lagi akan lulus. Skripsi yang dibuatnya dari beberapa bulan yang lalu sudah akan selesai. Kak Vinno hanya butuh satu bab lagi sehingga skripsinya selesai.


Terima kasih untuk yang sudah membaca cerita ini. Cerita ini jauh dari kata bagus maupun sempurna tapi saya harap cerita ini dapat diterima.

Sekali lagi Author mengucapkan Terima Kasih. ^^

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang