Part 11: Just Friend

1.9K 123 0
                                    

Vanesha berlari dengan sedikit terburu-buru karena ponselnya yang tertinggal di tas dan uang jajannya juga tertinggal di tas. Sebelumnya adalah pelajaran olahraga sehingga ia meninggalkan semua barang-barannya di tas dan baru ingat saat ingin membeli makanan di kantin. Ia berjalan lalu berlari kecil dengan tergesa-gesa. Sebenarnya bisa saja ia meminjam uang milik Leyna, Vita atau pun Lexa tapi bukan itu yang menjadi persoalannya. Ia tidak bisa meninggalkan uang dan ponselnya di kelas saat kelas sedang ramai. Ia takut kalau ada yang hilang karena seringkali teman-teman kelasnya terutama perempuan kehilangan pena bahkan saat pelajaran berlangsung pun pena itu bisa hilang dalam sekejap.

Setelah sampai di depan kelas ia langsung masuk dan berlari ke tepat duduknya. Membuka resleting tasnya dan megambil ponsel dan uangnya. Saat ia mengambil ponsel dan uang itu dan berniat memasukkannya ke dalam saku baju ia mendengar suara Lian dan Niko yang sedang mengobrol membuat pergerakkan tangannya berhenti. "Jadi cewek yang kemarin itu namanya Hani?" Itu suara Lian yang sedang bertanya pada Niko. Niko sendiri tidak begitu peduli pada pertanyaan-pertanyaan Lian yang sedari tadi mencecarnya dengan pertanyaan siapa cewek yang akhir-akhir ini datang ke sekolahnya untuk menjemput Niko, berdiri di samping motor cowok itu dan menjadi pusat perhatian satu sekolah.

Niko menjawabnya dengan singkat bahkan ia pun tidak mau repot-repot menoleh menatap Lian yang sudah penasaran. Niko hanya memainkan ponselnya yang menurutnya lebih dan bahkan lebih menarik daripada mendengarkan Lian yang kalau sudah penasaran menjadi kepo dan menurut Niko itu berisik.

"Terus itu cewek kenapa datang ke sekolah kita mulu? Terus nungguin lo pulang lagi. Terus lo juga pulang bareng dia padahal gue jarang banget liat lo jalan sama cewek apalagi sampai nganter dia pulang. Dia siapa lo? Pacar lo? Kalau dia emang pacar lo kok lo gak cerita-cerita sama gue sih?"

"Di minta nyokap biar pulang barengan aja hemat ongkos." Jawab Niko singkat.

"Nyokap? Dia bahkan udah kenal nyokap lo? Pulang barengan? Emang rumah lo sama Hani itu dekatan ya?" tanya Lian tambah kepo.

Tanpa mereka berdua sadari daritadi Vanesha mendengar semua obrolan mereka. Vanesha memperlambat kegiatannya mengambil ponsel dan uang demi untuk menguping pembicaraan mereka.

"Hm Hani sama nyokap udah kenal lama. Rumah kita gak begitu jauh sih tapi dua minggu ini dia tinggal di rumah gue karena nyokapnya lagi ke singapura."

"Dia bahkan tinggal di rumah lo? Wah gue benar-benar ketinggalan berita nih. Jadi kalau udah kayak gini gue kayaknya yakin itu cewek jangan-jangan pacar lo ya? Udah berapa lama lo sama dia? Kok gak cerita ke gue?"

"Lo berisik banget sih daritadi. Yakali gitu doang gue cerita ke lo gak penting banget, lagian Hani itu..." perkataan Niko terhenti karena tiba-tiba ponsel Hani berdering sangat nyaring membuat Niko dan Lian menolehkan kepala mereka. Vanesha dan Niko sempat bertatapan beberapa detik sebelum Vanesha memutuskan tatapannya dan munutup resleting tasnya dengan cepat. Ia lalu melirik ponselnya yang menampilkan nama Leyna dilayarnya. Ia langsung menjawab teleponnya dan berlari keluar kelas. "Iya iya gue kesana." Jawab Vanesha pada Leyna di telepon.

Niko menatap Vanesha. Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri 'sejak kapan Vanesha ada di dalam kelas?', 'Apa Vanesha mendengar semua perbincangannya bersama Lian?', 'Apa dia salah paham dengan perbincangannya bersama Lian atau lebih tepatnya ia salah paham pada Hani?'. Berbagai pertanyaan langsung saja menyeruak di kepala Niko.

"Jadi Hani siapa lo? Pacar?" Pertanyaan Lian mengembalikan Niko dari pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba saja mengganggunya.

"Bukan. Hani Cuma sahabat gue dari kecil. Kita tetanggaan dulu."

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang