"Kamu sudah menemui Pak Leo?" tanya Luri.

Tristan mengangguk. "Kamu pasti akan terkejut jika aku ceritakan sesuatu."

Pernyataan Tristan membuat Luri penasaran. "Ceritakan masalah apa?"

"Ya, Bosmu."

"Ada apa dengan Pak Leo?"

"Ternyata dia memiliki kekasih."

Begitu mendengar penjelasan calon suaminya, dengan refleks wanita itu hampir menyemburkan capuccino yang sedang ia minum. Sontak Tristan ikut terkejut Luri bisa sekaget itu. Langsung saja ia memberikan tisu pada Luri yang terbatuk-batuk.

"Hati-hati dong, Sayang. Benar 'kan apa kataku, kamu pasti terkejut."

"Selama di kantor kami tak pernah mendengar gosip itu, siapa wanita yang menjadi kekasih Pak Leo? Kamu ini benar-benar, ya, kami saja yang satu kantor dan bertemu tiap hari tak pernah mencium berita seperti itu. Dan kamu yang baru saja pulang bisa tahu dari mana?"

Lalu Tristan menceritakan tentang Angela pada Luri. Sontak mereka tertawa bersama tentang sikap aneh Angela.

***

Saat ini Leo dan Angela sudah duduk manis di dalam teater. Mereka duduk berdampingan, Leo di sebelah kiri Angela lalu di sebelah kanan Angela ada wanita berambut lurus dan panjang. Mereka sedang menanti film diputar. Tentu saja ini adalah film yang Angela pilih, Leo hanya bisa menurut saja mengingat sewaktu-waktu gadis itu bisa kapan saja mengeluarkan tanduk andalannya. Leo ingin cari aman saja. Sungguh, ia tak menyangka hidupnya akan seperti itu. Kadang Leo bertanya dalam hati, sampai kapan akan terus seperti itu. Seolah menjadi tawanan di rumahnya sendiri.

"Kenapa lama sekali, sih?" ucap Angela dengan sedikit kesal. Leo kemudian melihat kembali waktu yang tertera pada tiket.

"Lima menitan lagi, sabar."

"Baiklah aku sabar," jawab Angela kemudian. Leo merasa hari ini Angela terlihat lebih manis, manis karena tak sensitif seperti biasanya. Leo berharap Angela bisa mempertahankan sikapnya yang seperti itu. Lagi pula, Angela sangat terlihat manis jika tak marah. Beberapa saat kemudian, mereka saling diam karena lampu sudah dimatikan, mereka fokus pada film yang baru saja diputar. Sesekali Leo mencuri pandang ke arah gadis di sampingnya, lelaki itu tak menyangka kalau Angela bisa diam juga. Dan Leo juga baru tahu seleranya, rupanya film-film romantis dan kemungkinan bisa juga dibilang film cengeng.

"Kurang ajar sekali! Hey, Itu pembohong, jangan bodoh dengan memercayai lelaki busuk itu!" umpat Angela yang ternyata baperan juga.

"Aarrgh benci cowok seperti itu!" ucap Angela kesal, matanya terus fokus pada layar. Leo terus memerhatikan Angela yang duduk di sampingnya. Baru tahu gadis itu kalau sedang menonton film tak bisa untuk tak berpendapat. Sungguh, Angela sepertinya hanyut dalam film dan terkesan baper.

"Wanita bodoh mau aja ditipu. benci banget! benci tokoh dan pemainnya, benci sutradara dan produsernya, penulisnya, benci sponsor dan tim kreatifnya, benci semua! Kurang ajar semua. Bisa-bisanya menciptakan karakter wanita bodoh seperti itu! Benar-benar mencoreng nama baik wanita!" teriak Angela sambil berdiri. Semua mata tertuju padanya, menatap gadis itu dengan tatapan aneh. Leo merasa malu, bisa-bisanya Angela berteriak saat film berlangsung dan menghebohkan seluruh penonton. Beberapa penonton saling berbisik, samar-samar terdengar beberapa dari mereka saling membicarakan Angela. Namun semua mampu diredam oleh petugas, akhirnya mereka kembali tenang.

"Angela, jangan seperti itu, ini bioskop," bisik Leo berusaha memperingatkan Angela.

"Ini memang bioskop. Hanya orang bodoh yang bilang ini rumah sakit. Aku kesal, dan menyesal telah memilih film ini."

"Iya, kita lihat saja sampai akhir kalau ternyata tokoh yang kamu kira bodoh masih bertahan dengan sikapnya, kamu boleh marah. Tapi ingat jangan sampai diusir petugas. Malu."

"Iya, sekarang jangan berisik, aku mau fokus nonton filmnya."

Akhirnya keadaan membaik, Leo merasa lebih tenang. Jujur, masih ada banyak kekhawatiran dalam hatinya takut kalau Angela akan melakukan hal gila lagi. Sungguh, itu sangat memalukan. Leo jadi tak bisa fokus, ia terus memperhatikan Angela barangkali melakukan hal gila lagi.

Kali ini tangan Angela meraih rambut panjang wanita di samping kanannya. "Sekali bodoh tetap bodoh!" umpat Angela lagi.

"Aduh!" sontak wanita itu menjerit akibat dijambak Angela.

Leo langsung meraih tangan Angela. "Jangan menjambak orang seperti itu. Kamu bisa dilaporkan! Kita akan benar-benar diusir." Leo memperingatkan Angela kemudian meminta maaf pada wanita yang duduk samping Angela. Beruntung wanita itu mau memaafkan, namun sayang sekali saat sudah dimaafkan Angela malah memukul wanita itu. Angela melakukan hal itu karena pelampiasan atas kekesalannya.

"Mas, bisa tidak mengajarkan mbaknya sopan santun?" Wanita itu terlihat marah, suaranya cukup keras sehingga mengundang perhatian penonton lain.

"Sekali lagi maaf. Saya janji itu yang terakhir. Maaf maaf beribu maaf," ucap Leo, Angela yang duduk di antara Leo dan wanita itu hanya bisa diam dan terus meratapi kekesalannya.

Setelah semua beres, Leo mendekatkan bibirnya pada telinga Angela. "Jangan sampai kita benar-benar diusir."

"Untuk apa kamu meminta maaf pada wanita itu. Aku kan tidak salah."

Mendengar ucapan Angela, sumpah demi apa pun Leo ingin memakan Angela saat ini juga. Menyebalkan sekali, layak masuk RSJ.

"Kalau kamu terus begini lebih baik kita pulang saja, tidak usah lanjutkan filmnya.."

"NO!"

"Oke, tapi jangan berulah lagi, jangan pernah menjambak wanita di sampingmu lagi."

"Aku tidak menjambak lagi, bukankah yang kedua itu memukul?"

"Angela ...." Leo bisa-bisa frustrasi. Rasanya ingin berkata BUNUH AKU SAJA NIH BUNUH! LALU TENGGELAMKAN DI RAWA-RAWA.

***

My Sexy AngelaWhere stories live. Discover now