Aku tertipu

714 52 0
                                    

Beberap minggu ini hidupku kembali seperti dulu. Butuh waktu lama untuk melupakan masa lalu yang membuat ku takut untuk memulai. Dan, lelaki itu meyakinkan ku untuk hari yang baru.

Ya, aku dan Faby sudah memutuskan untuk menerima perjodohan itu. Dan, hal itu bukan karena terpaksa atau adanya perjanjian konyol seperti di novel romance. Murni karena keinginan kami.

Dan, seperti weekend lainnya Faby selalu berkunjung ke rumahku dari pagi sampai malam. Tetapi, bukan untukku melainkan orang lain penghuni rumah ku.

Hari sabtu yang lalu dia mengajak ku keluar. Awalnya, aku mengira kami akan pergi menghabiskan malam minggu berdua. Salah besar, dia meminta ku membawa dua keponakan manisku ke salah satu tempat bermain di salah satu Mall.

Flashback on

Kaki ku sudah pegal mengikuti dua Bocah hiperaktif yang notabene anak kakak ku sendiri. Sialnya, mereka sepertinya belum ada niat untuk berhenti bermain.
"Tante.. tante.. temani ke sana. Aku mau main yang itu". Paksa Revan menarik-narik dress ku.

Hufft, aku menatap ke depan ke arah Faby yang sedang tertawa bersama Silvi di salah satu wahana. Sangat menyebalkan, kalau tahu seperti ini aku lebih memilih tinggal di rumah tiduran. Oh, ranjang empuk ku pasti menunggu untuk ku tiduri.

"Tante, ayo!". Rengek Revan lagi.
Aku mencibir pada anak itu dan menarik anak itu menuju komedi putar keinginannya.

"Tante Sarah!". Panggil Silvi ceria padaku.
"Dek, yuk naik yang ini!". Ajak Silvi pada Revan yang segera mengangguk.

Aku memegang Revan yang berada di atas kuda. Sedangkan, Sarah berada di pengawasan Faby. Aku tidak peduli Lelaki itu melihat wajah manyun ku atau tidak. Toh, dari tadi aku sudah menolak dan dia tetap saja memaksa ku.

Dan, hari naas ini berakhir setelah membawa dua bocah itu main di salah satu restoran cepat saji.

Aku bisa melihat tatapan orang-orang yang menganggap dua bocah itu anak ku. Tuhan, aku sangat benci anak-anak. Apalagi yang banyak maunya seperti dua anak itu.

Flashback off

Tak berbeda dengan weekend sebelumnya. Faby datang ke rumah hanya untuk keluarganya. Kemarin sebenarnya Faby, Papa dan Mas Danu janjian untuk memancing di tempat favorit Papa. Sayangnya, Papa sedang flu dan Mama tidak mengijinkan Papa pergi.

Jadilah ketiga lelaki itu nongkrong di ruangan keluarga sambil bermain catur dengan obrolan khas lelaki. Mama dan Mbak Mira sibuk menyiapkan kudapan untuk trio lelaki yang asyik sendiri dengan dunia mereka. Dan, untungnya si bising sibling sedang bobo siang setelah Mbak Mira ngamuk karena mereka memecahkan salah satu vas bunga Mama.
Uh.. suasana tadi benar-benar bising khas si bising family.

Jangan tanya aku sedang melakukan apa?
Aku sangat menggilai pekerjaanku. Jadi, weekend tidak menjadi alasan aku tidak bekerja. Ya, aku sedang membaca laporan penjualan di beberapa cabang.

Rasa haus menghampiriku dan membuatku keluar dari kamar. Aku tidak melirik sedikitpun saat aku melewati ruang keluarga tempat Faby dan dua lelaki yang lain sedang tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan.

Aku mengambil gelas dan mengisinya di dispenser. Aku meneguk air itu dalam sekali teguk. Ku lirik Mbak Mira yang sibuk menghias kue coklat yang dia buat.

Aku menelan saliva ku melihat kue yang terlihat sangat enak itu. Aku segera mendekat dan mencolek saus coklat di atas kue itu. Oh, wow. Kue buatan Kakak ku itu tak pernah mengecewakan. Mama dan Mbak Mira sangat senang memasak. Kalau Mama senang dengan masakan berat, berbeda dengan Mbak Mira yang lebih tertarik pada kue dan cemilan.

Imperfect Marriage (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang