My Guest

956 65 1
                                    

Silvi menggoyang-goyangkan denganku sambil merengek.
"Tante, boleh ya, ya?!" rengeknya.

Anak usia 8 tahun itu tak menyerah meminta tab-ku untuk bermain game kegemarannya.

"Nggak boleh, Silvi. Mama kamu akan makan Tante hidup-hidup."

Anak itu sedang dalam masa hukuman Mbak Mira. Dan, aku tidak mau mencari masalah dengan wanita yang berstatus kakak kandungku itu.

"Nanti Silvi yang bela kalo Mama marah," bujuknya memelas.
"Sekali nggak, ya, tetap nggak, Silvi!" tegasku.
Anak itu pun menyerah dan bangkit dari sofa. Dia berdiri dan membulatkan matanya padaku.

"Tante jahat!" teriaknya.

Sebodoh, lagipula sejak kapan aku menjadi tante yang baik. Aku tidak suka anak-anak apalagi yang bawel plus rewel seperti Silvi.

Bell rumah berbunyi sehingga mau tidak mau aku mengangkat pantatku untuk membuka pintu. Namun, si Bandel Revan, anak kedua Mbak Mira mendahuluiku.

Silvi, kakaknya pun berlari mendekat pada tamu yang datang.
"Revan! Silvi! Yang datang siapa?!" teriakku.

Anak-anak itu hanya diam di tempat. Siapa juga yang bertamu di siang bolong begini. Ini hari Sabtu dan saatnya untuk bersantai.

"Hai!" sapa lelaki yang membuatku terperangah.

"Ciee.. pacarnya Tante datang," ejek Silvi dan adiknya pun ikut bersorak-sorai.

"Silahkan masuk!" Aku mempersilahkan Faby masuk.
Kedua bocah kakak beradik itu berlari sambil berteriak gembira.

"Oma!! Tante Sarah bawa cowok!" teriak Silvi girang.

"Sorry, mereka emang kayak gitu". Kataku saat kami sedang duduk di sofa.

"Nggak apa-apa."

Sumpah, aku tidak tahu harus bicara apa untuk memecahkan keheningan. Aku tidak pernah seperti ini dengan lelaki sebelumnya. Aku adalah wanita agresif, ya, agresif. Come on Sar, kamu tipe pengintimidasi.

"Kamu ada perlu apa?" tanyaku.
"Lho, bukannya kita mau jalan?" katanya bersandar di sofa sambil memeluk bantal peluknya.

Aku membulatkan mata menatap lelaki yang tampak santai itu. Aku tahu kalau kami akan keluar bersama. Tetapi, jam 5 sore bukan saat matahari tepat di puncak kepala seperti sekarang.

"Aku sengaja datang awal, kok. Bosan di rumah," akunya setelah melihat wajah kagetku.

Aku hanya mengangguk sekilas.

"Eh, ada tamu," ucap Mbak Mira menggerling nakal ke arahku.

"Mama! Revan nakal, Ma!" teriak si Sulung berlari ke arah Mamanya.

"Liat Ma, bajuku basah gara-gara dia," adunya lagi.

Mbak Mira memutar bola matanya dan mendekat pada anak bungsunya. Sepertinya, Revan bermain air lagi. Itu sudah kebiasaan buruk yang selalu dia lakukan setiap weekend di rumah ini.

"REVAN!! GANTI BAJU SEKARANG!" teriak Mbak Mira.

Aku hanya mendesah frustrasi mendengar keributan kecil ibu dan anak itu. Tidak bisakah mereka tenang sedikit karena aku sedang kedatangan tamu spesial, calon suamiku.

"As always in weekend," kataku pada Faby yang hanya tersenyum mendengar kericuhan Mbak Mira.

"Namanya juga anak-anak," kata Faby menatap ke sumber kegaduhan.

Hufft!! Kakakku itu memalukan.

Bagaimana bisa dia berteriak tak ada henti seperti itu. Ada masalah, may be.

Imperfect Marriage (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang