kawinan

3.3K 161 10
                                    

Aku terbangun saat matahari mulai menyusup di sela-sela gorden. Suara lintasan gorden mengganggu pendengaranku. Hanya 1 menit. Ya, aku sangat mengantuk. Tidak bisakah malam lebih panjang?

"Sarah, ini sudah siang dan kamu masih tidur?!" omel Mama.
"Dasar gadis pemalas!" sambung Mama menarik bantal yang kugunakan menutup wajahku.
"Bangun!" Mama memukul pantatku.

Come on! Aku bukan anak kecil lagi. Mama mungkin tidak tahu kalau semalam aku begadang.

"Cepat Sarah! Keburu jodohmu dipatuk ayam," paksa Mama menarik tubuhku agar bangun.
"Ia, Ma. Aku udah bangun, kok."

Aku bangkit dengan mata yang masih terpejam dan aku yakin suaraku terdengar buruk sekali.

"Lihat diri kamu. Benar-benar mengenaskan. Novita saja akan menikah hari ini. Nah, kamu kapan?"

Mama mulai membandingkanku lagi. Apa dia tidak tahu kalau anaknya yang cantik ini tidak pernah kekurangan stok makhluk yang bernama 'lelaki'.

Tunggu dulu. Apa baru saja Mama bilang kalau hari ini adalah hari pernikahan Novita, sepupu mungilku?

Mataku terbelalak dan menatap jam dinding yang sudah menunjukkan jam 9. Oh, tidak! Ijab kabul dilaksanakan jam 11 siang. Dan, aku sudah terlambat.

"Mama kok baru bangunin, sih!" protesku cepat.

Aku bangkit dari ranjang dan meninggalkan Mama di kamarku. Ya, aku tidak boleh terlambat atau adik kecilku itu akan marah.

"Ma, mau bareng?" tanyaku sebelum berangkat ke rumah adik sepupu kesayanganku itu.

"Nggak, aku sama Papa aja," tolak Mama.

Good, aku memang hanya berbasa-basi. Bisa kubayangkan kalau Mama benar-benar ikut denganku. Mungkin saja mobilku hanya melaju dengan kecepatan kura-kura.

Rumah sepupuku itu sudah ramai dengan segala hiasan khas pengantin. Aku menyapa sekilas orang-orang yang kukenal. Dan, ya, hampir seluruhnya aku kenal karena mereka adalah keluargaku juga, bukan.

"Kamu telat!" todong si mempelai wanita yang cantiknya tidak ketulungan.

"Sorry, kamu tau kakakmu yang cantik ini punya banyak kesibukan," belaku sambil mengambil posisi chibi khas cherrybellle dengan mata berkedip-kedip.

"Ya, kamu terlalu sibuk mendengkur," cetus Novi sebal.
"Manten kok jutek amat. Jangan-jangan kamu sebal karena PMS, yah?" godaku.
"Aduh, sayang banget malam pertama tertunda," erangku.

Novi hanya menjitak kepalaku. Entahlah, sampai sekarang aku masih melihat Novi sebagai adik kecilku. Meskipun, usia kami hanya terpaut 3 tahun, tapi dia sangat mungil sehingga orang akan lebih percaya jika dia masih remaja lugu.
Samar kudengar keriuhan dari luar. Ya, the groom is coming yet.

Wajah Novi tampak tegang. Kami saling menatap dan aku segera mengecup keningnya untuk menenangkan gadis mungil yang sebentar lagi di dipersunting lelaki yang sangat dicintainya itu.

"Relax! Aku keluar dulu."
Novi mengangguk sebelum menghembus napas kasar.
***

"Lu dimana, sih?" tanyaku melalui telepon dengan temanku yang sudah janji akan datang.

"What? Nggak datang!" Aku memekik pada ponselku.

Sial! Aku harus jalan jomlo di kawinan sepupuku. Ngenes sekali nasibku. Aku jadi menyesal memutuskan Andy. Setidaknya, dia berguna saat pergi kondangan seperti sekarang.

Pesta yang diadakan di salah satu hotel mewah di Ibu Kota ini sangat ramai. Si mungil telah berdiri di pelaminan dengan senyum bahagia.

"See. Novi tampak bahagia!"
Aku berbalik menatap sumber suara. Aku kenal sekali suara itu. Sepasang suami istri selalu saja menjadi pelengkap penderitaanku.

"Adek kapan menyusulnya?" tanya Mbak Mira yang lebih mirip meledek.

Aku hanya memutar bola mataku dan berpaling dari kakakku dan suaminya itu.

Sepi.

Ramai, namun ada kesunyian dalam diriku. Semacam lubang hitam yang menghisap segala sesuatu yang ada di sampingnya.

"Hai, Sar!" sapa seorang lelaki yang tak kukenal. Lebih tepatnya sudah aku lupa siapa.

Aku memasang wajah heran sambil menatap lelaki itu sambil menunjuk wajahku. Nama Sarah banyak, bukan. Bisa saja dia memanggil wanita lain yang kebetulan juga dipanggil 'sar'.

"Iya, kamu." Dia meyakinkan.
"Ehm, siapa ya?" tanyaku dengan kerutan semakin dalam.
"Reza, masa lupa sih."

Aku memutar otak mencari berkas yang tersisa tentang lelaki di hadapan ku. Ya, dia Reza teman SMP-ku yang tergila-gila padaku.

Tatapanku beralih dari kaki sampai kepala lelaki itu. Penilaian ku dari 1 sampai 10 adalah 9.

"Ah, ya. Reza Revalino, kan?"
Lelaki itu mengangguk lantas mengulurkan sebuah jabatan tangan yang kubalas dengan senyum bahagia.

"Hai sayang!" Seorang wanita datang menepuk bahu Reza dengan tatapan protektif.

"Ah, kenalin Sar, Vivian calon isteriku. Vi, ini Sarah teman SMP-ku" Reza memperkenalkan kami.

Sial!! Dia udah punya calon.

"Sarah," kataku sambil mengulurkan tangan memasang senyum pepsoden untuk menutupi kedongkolanku.

Dia membalas singkat dengan namanya. Wajahnya jelas menampakkan ketidaksukaan padaku.

"Aku ambil minum dulu!" pamit Reza.
Vivian menelanjangi ku dengan tatapannya. Tangannya berlipat di depan dada. "Aku tau kalo kamu itu Ex-nya Reza, kan?"

Oh iya, aku pernah pacaran dengan Reza saat kelas tiga SMP.

Aku mengangguk pelan dan tetap tersenyum. Meski, aku sungguh jengah menatap wajah memuakkan di depanku.

"Dia calon suamiku. Dan, kalo kamu berpikir masa lalumu itu masih penting buat Reza, lebih baik kamu buang jauh-jauh."

Wanita itu menatap tajam padaku. Suaranya di beri tekanannya pada beberapa kata.

Siapa yang peduli pada Reza? Sebelumnya aku sudah lupa bahwa aku memiliki mantan yang bernama Reza. Meskipun awalnya aku tertarik dengan penampilan lelaki itu, tapi aku bukan jenis wanita yang suka merebut hak orang lain.

Mungkin sedikit bermain-main tidak apa-apa. " Sayang sekali, baru saja aku mau mengajaknya keluar untuk mengenang masa-masa indah kami."

Wajah wanita itu memerah tampak geram padaku.

Dandanan yang aku buat dengan sempurna. Baju yang aku pesan khusus untuk acara spesial sepupu mungilku ini basah karena siraman nenek sihir satu itu.

Ya, Vivian sangat geram dan menyiramku dengan minuman yang dibawah oleh Reza.
Tanpa pikir panjang aku mengambil gelas di tangan Reza yang lain dan menyiram Vivian.
Seketika Wanita itu berteriak dan menarik perhatian seluruh tamu.

Sial! Aku benci dipandangi seperti itu. Apalagi dijadikan bahan ledekan.
Aku memutuskan untuk meninggalkan ruangan resepsi. Aku berjalan dengan kesal mengingat wanita gila yang baru saja membuatku menjadi pengacau pesta pernikahan adik sepupuku.

Double shit!! Mama akan membunuh ku di rumah.

Dan, Ttiple shit!! Aku berjalan dengan emosi sampai tidak sadar telah menabrak seseorang di perjalanan menuju pintu keluar ballroom.

"Maaf!" ucapku menatap lelaki tampan yang menatapku keheranan.
Entah apa yang dipikirkan saat itu. Sepertinya akal sehatku telah hilang. Aku dengan bodohnya menggesek wajahku yang basah di jas lelaki itu.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya lelaki itu panik.

Aku hanya menatap sekilas dan melanjutkan langkahku. Sayang sekali aku harus meninggalkan pesta pernikahan Novi lebih awal. Aku bahkan belum menyalami sepupu tersayangku itu. Mungkin besok, sekaligus meminta maaf karena perhatian tamunya beralih padaku untuk beberapa menit. Padahal, hari ini seharusnya semua perhatian hanya tertuju untuk nya dan pasangannya.

Sudahlah, wanita itu akan dapat balasannya karena berani mengganggu pernikahan Novi.

****

Nggak berharap vote, kok. Itu hak prerogatif pembaca.
Yang aku harap pembaca nggak bosan scroll ke bawah.
Kepuasan Anda yang utama. Wkwkwk

Imperfect Marriage (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang