Prolog

1.6K 68 4
                                    

Suara lonceng membuat Naya mebuka mata sambil mengerjab beberapa kali. Tubuhnya bergoyang-goyang mengikuti irama tapak kuda, ia sedang duduk di atas sofa empuk berwarna merah darah.

Sekali lagi ia mengerjab, mengusap matanya perlahan karena silau. Warna emas yang menyilaukan berada di sekelilingnya. Terbias oleh cahaya lentera yang menggantung di sisi kanan dan kirinya. Naya berada di ruang sempit, yang hanya terdiri dari kursi empuk bak singgasana dan jendela kaca di sekelilingnya. Gelap, tidak ada ada apa-apa di luar sana. Sepi dan gelap, hingga ia sadar bahwa dirinya berada di sebuah kereta kencana berlapiskan emas.

Suara kuda dan derap tapak kuda meyakinkannya, hingga ia tersadar lagi akan penampilannya. Selendang bertengger di pundaknya, selendang berwarna emas dan mungkin memang berlapiskan emas, baju adat terusan membungkus tubuh indahnya, menampakkan bahunya yang putih mulus tanpa cacat. Di kepalanya bertengger sebuah mahkota emas, kalung yang sangat berat menghias lehernya dan tentu saja tidak lupa gelang dan anting pada tempatnya.

Udara semakin dingin dirasa menemani segala kebimbangannya akan pemandangan asing yang dilihatnya, dia mulai menyadari apa yang terjadi namun masih menolak untuk percaya. Hingga pintu dibuka untuknya, oleh seorang lelaki tegap dan gagah dengan keris yang di selipkan di celananya.

Tanpa sepatah kata pun, Naya turun dengan dibantu oleh lelaki yang berpenampilan seperti pengawal kerajaan. Sekelebat ingatan tentang dirinya bermunculan, langkah demi langkah Naya menyadari siapa dan dimana dia berada.

Half Blood PrincessWhere stories live. Discover now