2. Dinner

48K 3.7K 113
                                    

WARNING!!!

Cerita ini murni dari imajinasi saya, maaf jika ada kesamaan nama tokoh atau nama tempat maupun kesamaan ide cerita. No Copas, No Bully, No Flame and sorry for all mistakes inside.

*

*

*


"Masuklah, jangan anggap rumah sendiri,"

Lelaki itu, ya, dia yang tadi siang ada di kafe itu! Aku hampir jantungan saat melihatnya sudah ada di lobi kantorku. Faktanya aku lupa akan janji sepihak yang dilakukan oleh mulut bodohku ini, bekerja dengan setumpuk naskah membuatku melupakan segalanya.

Bahkan aku masih ingat saat teman-teman divisiku menatap kami dengan tatapan menggoda, yang lebih parah saat Kuncoro datang, semuanya jadi terlihat dramatis. Seolah-olah aku menjalin hubungan romansa dengannya dan selingkuh dengan laki-laki lain tepat di depan matanya. Saat itu aku lekas memvonis Kuncoro kalau dia terkena overdosis naskah romance.

"Kau tinggal sendiri?" lelaki itu membuka sekat dingin di antara kami.

"Hm, memangnya kau melihat orang lain di dalam apartemenku ini?" aku memandunya menuju ruang tengah.

"Kukira kau tinggal bersama mereka?"

Tubuhku lekas berbalik dan menatapnya dengan satu alis terangkat tinggi, "Siapa?"

"Dua temanmu, siapa lagi?"

"Anggi dan Inggrid?" spontan hidungku berkerut aneh. "No, mereka bukan temanku."

Kali ini alisnya lah yang terangkat tinggi, "Kenapa?"

"Apa?"

"Kau, kenapa tak mau berteman. Kukira mereka cukup layak."

Gezzz... cerewet!

"Aku, kau, dia, mereka atau siapapun pasti pernah mengalami suatu hal yang berdampak negatif pada diri masing-masing. Dan pengalaman yang membuat kita lebih berhati-hati terhadap apapun, termasuk dalam hal pertemanan. Dan kurasa tidak ada seorang teman yang meninggalkan temannya dalam keadaan mabuk kemudian menitipkannya pada orang asing."

Oh ya Tuhan, untuk apa aku berbicara panjang lebar pada orang sepertinya?

"Duduklah, aku akan mengambilkanmu minum. Oh ya, kau mau kopi atau air dingin?"

Dia berhenti sejenak sebelum menempelkan bokongnya pada sofa antikku. "Aku mau susu, kalau boleh."

"Tentu,"

"Dari sumbernya langsung?"

Sialan! Mulut kotor sialan!

"Terjunlah dari jendela," ucapku sebal.

Jangan ikut syok, cukup aku saja yang dibuat syok oleh si sialan itu. Aku kira dia akan membawaku makan malam ke restoran mahal, kafe ternama atau semacamnya tapi mobil sialan yang dibawanya malah berbelok ke apartemenku! Dan kalian ingin tahu apa jawaban bodohnya saat kutanya? Dia bilang, 'Aku ingin makan malam dan aku ingin kau yang memasaknya langsung sebagai permintaan maafmu padaku.' Aaah si brengsek itu! Aku jadi mengeluarkan isi dompetku untuk berbelanja di supermarket.

"Kenapa kopi?"

"Aku lupa kalau persediaan susu di lemari es-ku sudah habis."

"Kalau begitu kenapa tidak membiarkanku untuk meminumnya langsung dari sumbernya!?"

Dia gila, tidak waras, otak cabul!

"Kau sudah pernah mandi pakai air kopi panas?"

"Aku lapar, kapan kau akan mulai memasak?"

Heal me, DoctorWhere stories live. Discover now