SM-17 [E.N.D]

2.2K 133 1
                                    

"Makan yang banyak ih," Prilly dengan lincah menyendokkan beberapa suap nasi ke piring Ali.

"Udah, Pril. Cukup, cukup." Ali menolak karena dari tadi Prilly tak habis-habisnya membujuk Ali untuk menghabiskan semua lauk yang dimasak Prilly.

"Lo gak menghargai gue banget sih," ujar Prilly berpura-pura kesal mengingat Ali yang akan luluh.

"Bukan gitu, tapi sumpah deh, aku udah kenyang dari tadi dicekokin nasi mulu," balas Ali.

"Ya udah deh, nanti gue buang ke tong sampah aja. Biarin di makan tikus," ujar Prilly.

"Iya, iya. Nih aku makan lagi nih," Ali dengan setengah hati menyendokkan lagi nasi ke mulutnya. Ini benar-benar bukan porsi makan Ali, bagaimana mungkin Ali dapat menghabis empat kali porsi dari biasanya? Terdengar tamak, namun itu semua karena ulah Prilly.

"Habis ini kita mau kemana?" Tanya Prilly, Ali mengendikkan bahunya acuh.

"Ali mah selalu gitu kalo diajak jalan," gerutu Prilly sebal.

"Iya, iya. Jadi kita mau kemana nih? Nonton apa gimana?" Tanya Ali.

Seputih Melati

"Lo aneh banget sih," ujar Dahlia.

"Aneh gimana?" Tanya Fandy.

Semenjak peristiwa Fandy mengaku tentang semua kesalahannya, hanya Dahlia yang tidak berkecil hati dan berlapang dada menjadikan Fandy menjadi temannya.

"Gue tau lo suka sama Prilly, tapi enggak kayak gini. Lo harus bangkit masih banyak wanita di luar sana." Dahlia memberi pencerahan pada Fandy yang selalu saja terkurung dalam keterpurukannya.

"Lo ngomong gitu gampang, gue yang ngerasain, gue gak pernah tuh temuin cewek yang seratus persen mirip kayak–perilaku–Prilly." Fandy menggeleng polos.

"Lo harus tau, semua orang itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, cewek itu gak suka disama-samain."

"Udah ceramahnya?" Dahlia kesal bukan main dengan jawaban Fandy.

"Au ah, gelap." Fandy menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Dahlia yang berjalan menjauh.

Seputih Melati

Ali dan Prilly memilih menikmati waktu kebersamaan mereka di sebuah pantai. Prilly menatap takjub pemandangan di hadapannya.

"Gimana? Kamu suka gak ke pantai?" Prilly merutuki kebodohan Ali, wanita mana yang tidak bahagia di ajak ke pantai seperti ini?

"Gue lebih suka kalo perginya sama Rassya," jawab Prilly.

Ali terdiam, Prilly yang melihat perubahan ekspresi Ali hanya bisa terkekeh. "Ya iyalah, lebih enak sama Rassya. Orang lo aja kebanyakan melamun kayak gitu, gue harap nanti kalo kita nikah, gue maunya kita nikah disini aja."

"Nikah? Kita? Cie, yang berharap banget bisa nikah sama aku," goda Ali.

Prilly menatap ke arah lain karena tidak ingin kepergok bahwa dirinya sedang malu saat ini.

Tak terasa kini matahari sudah bergerak perlahan menuju habitatnya, entah sudah berapa lama Ali dan Prilly menghabiskan waktu bersama di pantai ini.

"Ya udah, sekarang kamu bersihin badan dulu di toilet, entar kita ketemu di jembatan aja."

Prilly lantas mengangguk meninggalkan Ali, Ali buru-buru membersihkan badannya tidak ingin membuat gadisnya menunggu lama. Ali bahkan terkekeh sendiri mengingat dia membuat hak paten bahwa Prilly adalah gadisnya.

Seputih Melati Where stories live. Discover now