SM-4

1.2K 138 6
                                    

"Dia uda datang apa belom ya?" Tanya Ali pada dirinya sendiri.

Ali berjalan mengendap-mengendap seperti penyusup hanya untuk memberikan sesajen untuk Prilly.

"Untung aja belom dateng," ujar Ali mengelus dadanya pelan.

Buru-buru Ali meletakkan sarapan khusus untuk Prilly yang dibuat oleh dirinya dan Michelle kemarin serta tak lupa memberi setangkai bunga melati diatasnya.

"Semoga lo suka," doa Ali sebelum berlalu pergi. Baru ingin membalikkan tubuh Ali dikejutkan oleh kehadiran Dahlia.

Gaswat siaga satu, biasa kalo Dahlia uda dateng berarti Prilly juga ikut, batin Ali harap-harap cemas.

"Li," panggil Dahlia yang menyadari keterkejutan Ali yang tak dapat diungkap oleh kata-kara.

"Eh Dahlia, misi gue buru-buru," ucap Ali secepat kilat.

"Tenang, Prilly belum dateng," jawab Dahlia seperti tau isi hati Ali.

"Huft," Ali menghembuskan nafas lega. Setidaknya usahanya tidak sia-sia.

Mungkin kalian bingung kenapa Ali tidak mau langsung memberikan itu semua pada Prilly? Jika Ali memberikan langsung untuk Prilly maka bersiaplah Ali mendengar semua hinaan, caci maki, olokan, dan melihat barang yang diberikannya melayang ke tong sampah. Meski terkadang Prilly juga membuang bunga itu dihadapan Ali.

"Gue boleh minta tolong?" Cicit Ali pelan.

"Selama gue bisa bantu kenapa enggak?" Tanya Dahlia enteng.

Tumben nih anak baik, bagus deh lumayan gue bisa nyuruh dia ngasi Prilly siraman rohani.

"Nanti bunganya lo tolong masukkin ke dalam tas Prilly dan kuenya jangan bilang dari gue. Gue harap dia mau makan," harap Ali membuat Dahlia tak tega.

"Iya. Entar biar gue yang ngurus mendingan sekarang lo cabut keburu dia dateng," titah Dahlia membuat Ali mengangguk.

"Makasih," ucap Ali sambil tersenyum tulus, Dahlia mengangguk.

"Gue mesti ambil kue itu sebelum Prilly nampak," gumam Dahlia.

Dahlia segera memasukkan plastik putih pemberian Ali ke dalam lacinya.

"Widih, tumben lo cepet banget datang," Dahlia terlonjak kaget mendengar penuturan Prilly.

"Eh, lo Pril. Tumben lo lama?" Tanya Dahlia basa basi. Tangan Dahlia menyambar cepat setangkai bunga melati di kursi Prilly lalu melempar ke lacinya.

"Permisi, Incess mau lewat," ujar Prilly membuat Dahlia tersigap menggeser tubuhnya memberi jarak agar Prilly bisa masuk.

"Iya nih, tadi gue makan di rumah. Hari ini nyokap ultah," jawab Prilly beralasan.

"Oh iya, kebetulan banget Pril. Al—, eh gue sama sepupu gue yang ganteng itu kemarin buat cupcakes," kata Dahlia.

Hampir aja keceplosan, lega Dahlia dalam hati.

"Wah, enak banget lo kompak sama sodara lo. Emang cupcakes rasa apa?" Tanya Prilly segera merampas plastik putih yang berada di genggaman Dahlia.

Mati gue lupa nanya sama Penghancur, erang Dahlia dalam hati.

"Ini kan spesial jadi lo buka sendiri aja," ucap Dahlia mendesah lega karena otaknya pagi ini bergerak cepat.

"Ck, sok spesial," Prilly berdecak tangannya mengeluarkan sebuah kotak makan berwarna merah muda dari dalam plastik.

Prilly membuka penutup kotak makan itu dan menemukan 3 cupcakes oreo. (lihat di multimedia)

Seputih Melati

"Vin," panggil Ali sambil menendang tulang kering Kevin dari kolong meja.

"Apaan?" Tanya Kevin tanpa menoleh menatap Ali.

"Semenjak lo ngejar gebetan rahasia lo, lo jadi gak ada waktu buat kita." Ali menekan kata 'gebetan rahasia'.

"Kita?" Tanya Kevin pelan.

"Iya, kita. Gue, lo, dan Michelle jadi jarang ngumpul," kata Ali sinis sebenarnya itu hanya akal-akalan Ali untuk mengurangi waktu kebersamaan Kevin dan Jessica sesuai perintah Prilly.

"Lo aneh deh. Harusnya sahabat lo mau menghilangkan predikat jomblonya, lo itu bangga. Bukan malah ngelarang tanpa alasan yang gak logis, lagian kita sekolah tiap hari ketemu kok," balas Kevin enteng.

"Gue bakal ngedukung lo seratus persen kalo lo ngegebet cewek lain," kata Ali frontal membuat Kevin mengalihkan seluruh pandangannya ke arah Ali.

"Maksud lo. Gue harus jauhin Mila tanpa alasan yang jelas?" Tanya Kevin terkejut mendengar perkataan Ali.

"Bukan gitu," cicit Ali pelan.

"Lo tenang aja, biar gue yang hadapi si Cewek Songong," ujar Kevin menenangkan.

"Gue gak mau dicap pengecut sama Prilly," balas Ali ketus.

"Tapi enggak dengan cara melarang perasaan orang lain. Kita saling cinta bahkan semalam gue baru jadian sama Mila, gak mungkin kita putus hanya gara-gara sahabat," balas Kevin tanpa menyaring perkataannya.

Ini semua salah gue. Andai dulu gue gak nekad mungkin hubungan Kevin dan Jessica pun gak ikut tertarik dalam masalah di masa lalu.

"Maaf," hanya sepatah kata yang dapat diucapkan Ali saat ini.

Kevin yang menyadari ucapannya sedikit kasar dan melukai hati Ali langsung mengelus bahu Ali. "Maaf gue kebawa emosi tadi," ujar Kevin pelan.

"Andai kejadian itu gue gak nekad, hubungan lo dan Jessica gak bakal keseret masuk dalam lingkaran masa lalu ini," Ali menerawang kembali dimana masa lalu menyakitkan itu terjadi sebagai belati di kehidupan mendatang.

"Andai," ulang Ali.

"Mungkin kalo masa lalu itu gak terjadi lo belum ngerti arti sebuah perjuangan," ucap Kevin mengingatkan.

"Kadang gue nyerah buat berjuang hanya untuk dapat kata maaf dari Prilly. Tapi setiap gue mau nyerah, entah kenapa gue teringat tawa lepas Prilly."

"Mana Ali yang dulu? Yang selalu ngerecokin kita-kita, yang keponya tingkat dewa, yang sombongnya kebangetan dan Ali yang gak butuh kata maaf. Mana? Semenjak kejadian pahit itu, Ali berubah. Ali yang gue kenal dulu telah lama mati. Ali yang sekarang, hanyalah Ali yang selalu meminta sebuah kata maaf dari seorang gadis."

"Buat apa kata maaf kalo gak bisa ngerubah segalanya? Gak bisa ngerubah belati tajam penyayat hati menjadi setangkai melati. Lo seharusnya ngubah belati itu jadi seputih melati. Dan lo harus numbuhin cinta di hati dia, bukan numbuhin rasa sakit hanya untuk kata maaf," lanjut Kevin.
.
.
.
.
.
Tbc..!
Please vote⭐️ and comment📨

Seputih Melati Where stories live. Discover now