SM-12

1K 114 2
                                    

Sudah seminggu belakangan ini, Prilly selalu gelisah, hatinya tak tenang seperti kehilangan sesuatu. Saat dirinya menjauh dari Ali, ia masih bisa melihat keberadaan Ali dalam setangkai bunga melati pemberian Ali tiap harinya. Tetapi, kini Prilly benar-benar kehilangan sosok Ali yang pantang menyerah, tak ada lagi orang yang memberinya bunga melati setiap hari, tak ada lagi orang yang selalu dimakinya, bahkan tak ada lagi orang yang selalu mengatakan maaf padanya. Prilly kehilangan itu semua.

"Pril," panggil Dahlia menyadarkan Prilly.

Prilly yang masih asik dengan lamunannya tidak merespon panggilan Dahlia. "Pril," Dahlia sedikit mengguncang lengan Prilly.

"Ya?" Prilly mengusap wajahnya lemah.

"Gue liat akhir-akhir ini lo melamun mulu, ngelamunin apaan sih?" Tanya Dahlia penasaran.

"Ah? Eh, enggak kok. Gue akhir-akhir ini sering gak cukup tidur," ujar Prilly memutar otak mencari alasan yang logis.

"Kalo gak cukup tidur, ya tidur. Bukannya melamun," sambung Jessica.

"Lo juga, Jes. Gue perhatiin akhir-akhir ini lo pada sering ngelamun. Ngelamunin apaan sih?" Dahlia membalik kursi menghadap ke belakang ke arah tempat duduk Jessica.

"Gue bingung, disatu sisi gue masih kesal dan kecewa sama sifat Kevin yang labil. Tapi disisi lain gue tersadar kalo cara gue nyuekin Kevin itu salah, gue takut gara-gara gue yang mulai gak terlalu perhatiin dia, Kevin malah pindah hati ke Silla."

Prilly tersadar dengan ulahnya yang membuat hubungan Kevin dan Jessica merenggang. Sebenarnya, Prilly sengaja menghubungi Silla melalui sosial media Facebook dan mencari tahu tentang hubungan Silla dan Kevin. Dan Prilly juga yang memberitahukan keberadaan Kevin pada Silla. Lagi pula Silla ingin memperbaiki hubungannya dengan Kevin jadi gak ada salahnya gue bantu dia kan? Ungkap Prilly meyakinkan dirinya saat ingin menghancurkan hubungan Kevin dan Jessica.

Jahat memang, namun Prilly hanya tidak ingin Jessica terlalu dekat dengan Ali. Prilly ingin membuat Ali menderita seperti dirinya yang menderita saat kenyataan pahit tentang dirinya ditinggal Rassya untuk selama-lamanya. Prilly sempat mencintai Rassya, namun dirinya sadar bahwa ternyata rasa cintanya terhadap Ali lebih besar.

"Menurut gue sih, lo jangan terlalu negatif thinking sama Kevin. Bisa jadi dia hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Silla. Dan lo jangan nyuekin dia, biarin semuanya berjalan seperti biasa. Kalo jodoh enggak kemana kok," terang Dahlia berusaha menghibur hati Jessica.

"Jes, gue minta maaf." Prilly berniat mengakui kesalahannya kepada Jessica.

"Minta maaf? Buat apa?" Tanya Jessica tak mengerti.

"Gue..gue, sebenarnya gue yang nyambut kedatangan Silla. Gue berniat hancurin hubungan lo dan Kevin dengan memberitahu tentang keberadaan Kevin yang selama ini dicari-cari Silla." Jessica menutup mulutnya tak percaya dengan ungkapan Prilly barusan.

Prilly sudah siap mendapat amukan dari Jessica, bahkan ia sedikit siap jika Jessica memilih menjauhinya, bahkan Prilly pasrah jika Jessica akan membencinya.

"Jes? Gue minta maaf, terserah lo mau nampar gue, lo mau mukul gue atau gimana pun. Gue siap, gue siap dengan konsekuensi perbuatan gue ini," ujar Prilly lirih.

Prilly menahan mati-matian agar air mata yang sedari tadi sudah menggenang di pelupuk matanya agar tidak tumpah ruah.

Jessica memberikan senyuman terbaiknya kepada Prilly, ia memegang pundak Prilly yang tampak menunduk tak berani menatap mata Jessica. "Pril."

"Semua orang pasti punya kesalahan kan? Gue ngerti kalo lo takut dengan kehidupan dulu, gue ngerti, Pril. Gue teramat mengerti perasaan lo, gue tau lo khilaf. Gue gak marah sama lo, jujur gue kecewa, tapi ya mau gimana lagi. Lagian kalo lo gak menghadirkan Silla gue gak bisa lihat seberapa besar cinta Kevin untuk gue. Kalo gue sama Kevin jodoh pasti kita akan kembali bersama kok." Prilly benar-benar tercengang mendengar penuturan Jessica.

Dirinya benar-benar merasa bersalah, segitu besarkah kelapangan hati Jessica. Ini benar-benar diluar perkiraan Prilly yang akan melihat Jessica mengamuk bahkan tak mau berteman lagi dengannya.

Akhirnya, air mata Prilly jatuh juga. Seberapa kuat pertahanan di hati Prilly akan roboh juga pada saatnya. Prilly memeluk erat tubuh Jessica di sebelahnya. Sedangkan, Dahlia hanya tersenyum melihat dua sahabatnya saling memaafkan satu sama lain.

"Gue rindu Ali. Seberapa besar pertahanan gue buat ngebenci Ali tapi tetap aja gagal. Karena gue udah masuk terlalu dalam ke dalam pesona dia. Apa dia bakal kembali ke Indonesia lagi gak?" Seketika senyuman di bibir Jessica mengembang.

"Akhirnya lo ngaku juga kalo lo cinta sama dia. Kalo masalah dia kembali atau enggaknya, kita sih enggak tau." Jessica melempar kode mata kepada Dahlia, Dahlia yang mengerti kode Jessica hanya mengangguk pelan.

"Gue sekarang sadar kalo ternyata selama ini gue salah. Gue rindu sama senyuman dia, gue rindu sama perhatian dia, gue rindu sama usaha dia dapetin maaf dari gue, dan gue rindu sesajen melati dari dia." Tangis Prilly semakin menjadi-jadi mengingat selama ini bunga melati pemberian Ali selalu dibuang sia-sia.

Dahlia yang teringat sesuatu, buru-buru menggeledah tasnya. "Ini pemberian terakhir Ali sebelum berangkat ke Amrik, sebenarnya dari waktu itu gue mau ngasih tapi gue takut entar lo buang, terus gak ada lagi kenang-kenangan dari Ali."

Dahlia menyerahkan setangkai bunga melati yang tampak layu dan sudah sedikit menguning di ujung kelopak. Prilly membaca tulisan dalam kartu ucapan yang terselip dalam plastik bunga melati itu.

Gue gak mau berharap lebih, gue cuman berharap kesalah pahaman di masa lalu bisa membuat hati lo seputih melati ini - AG

Prilly merasa seperti de javu, dimana untuk pertama kalinya sejak terjadinya musibah–yang membuat dirinya harus kehilangan sosok Rassya–Ali bisa mengatakan serentet kalimat panjang.

"Tanpa melati pun, hati gue udah seputih melati dengan adanya lo di sisi gue."
.
.
.
.
.
Tbc..!
Please vote⭐️ and comment📨

Seputih Melati Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ