PART 1

20.3K 840 128
                                    

"Ketidaksengajaan terkadang mengubah takdir hidup kita."

Matahari yang menyelinap ke sela-sela jendela tidak dapat membangunkan seorang gadis yang sedang bergelut dengan selimutnya. Kapal pecah, itulah kata yang cocok untuk menunjukkan suasana kamarnya.

Sampah dimana-mana, tisu bertebaran. Membuat sang ratu rumah jengkel apalagi melihat anak gadisnya yang masih tertidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit.

Terkadang sang ratu rumah bingung kenapa bisa memiliki anak seperti dia. Dengan telaten, dipungutnya sampah dan tisu yang bertebaran setelah itu dia membangunkan sang putri tidur.

"Tasya, bangun! Kamu sudah telat nak, ini kan hari pertamamu masuk sekolah baru. Jangan tidur terus, punya anak perempuan gini amat. Lama-lama kamu mama masukkin lagi ke perut. Bangun, lima menit lagi sekolah masuk." Rosalin -Mama Tasya- menarik selimut yang membungkus tubuh anaknya dengan kasar.

"Bentar, Ma. Tasya masih ngantuk."

"Kamu nanti telat. Murid baru gak boleh telat." Dipukulinya Tasya agar dia segera bangun.

"Jam berapa?" Tasya menggeliat dalam selimutnya. Dia duduk dengan mata yang masih terkantuk-kantuk.

"Jam tujuh kurang lima menit."

"Mama kok baru bangunin Tasya sih, jadi telatkan. Pakai acara mau dimasukkin keperut lagi. Emang perut mama muat apa?" Dia segera bangkit dan berlari ke kamar mandi. Mama Rosa yang melihat itu hanya menggelengkan kepala dan bersabar menghadapi anak bungsunya.

Tak sampai sepuluh menit Tasya sudah siap memakai seragam lengkap dan akan berangkat. Dia tidak mau dicap tukang telat dihari pertama sekolahnya.

Rosalin mengerutkan dahinya melihat Tasya yang sudah memakai seragam sekolah lengkap. Dia tidak percaya itu "Kamu pasti tidak mandi."

Sambil cengengesan Tasya menganggukkan kepalanya membenarkan perkataan mamanya tersebut.

Gadis itu berjalan dengan menghentakkan kakinya dan langsung berpamitan kepada Rosalin. Satu hal yang sangat disyukurinya kali ini bahwa dia diperbolehkan menyetir mobilnya sendiri. Dengan lihainya mobil hitam itu melesat keluar dari garasi dan membelah jalan raya yang saat itu banyak dipenuhi kendaraan lain.

Tasya mengklakson mobil yang berada di depannya. Namun itu sia-sia karena pengendara mobil disebelahnya langsung mengeluarkan makian. Akhirnya mau tak mau dia harus menunggu.

Setelah dua puluh lima menit dia terjebak macet, akhirnya Tasya sampai di sekolah barunya. Sudah ketiga kali dia berpindah sekolah karena ulahnya yang sangat nakal. Tasya bertekad bahwa ini terakhir kalinya dia berpindah sekolah.

Tatapan nyalang tak lepas dari bangunan di depan, Tasya mengedarkan pandangannya hingga tak sengaja matanya menatap seorang cowok yang berseragam berantakan dan memakai jaket hitam. Dari penampilannya saja cowok itu merupakan berandalan di sekolah ini. Dilihatnya kembali bangunan sekolah di depannya. Keluhan kasarpun tak henti-henti saat gerbang sekolah sudah tertutup rapat.
Dengan anggunnya, Tasya keluar dari dalam mobil menghampiri pos satpam.

"P for punten, Pak." Alis satpam terangkat sebelah menandakan kebingungan sebab gadis di depannya nampak asing di wilayah sekolah. Ditelitinya penampilan Tasya mengingat apakah dia benar-benar siswi SMA Garuda.

"Iya mangga. Ada yang bisa dibantu teh?"

Senyum manis tercetak sempurna di bibir Tasya. Matanya mulai mengerling.

"Sebelumnya saya minta maaf karena terlambat tapi bisa minta tolong bukain gerbangnya? Saya murid baru SMA Garuda."

"Mentang-mentang anak baru berangkat seenaknya. Dulu waktu saya masih sekolah, pagi-pagi udah berangkat takut telat kena hukuman guru. Sekarang anak sekolah pada seenaknya." Omel Pak satpam sambil membuka gerbang. Tasya hanya cengengesan mendengar omelan orang tua berkumis itu minus perut buncit.

"Gue kenapa gak dibolehin masuk, Pak? Gue juga murid baru kenapa Cuma dia yang dibolehin masuk. Gak adil ini. Ini semua gak adil." Tasya yang mendengar omelan cowok itu langsung menoleh dan melihat name tagnya. 'Royan Aaron Wijaya', batin Tasya.

"Dasar lebay." cibirnya ke Royan. Dia segera berbalik menuju mobilnya.

Pak satpam yang mendengar protesan Royan mendelik tajam. "Murid baru katamu? Murid baru dateng juga iya. Kamu cepetan masuk pasti kepala sekolah sudah menunggu dan kamu Royan tetap disini biar Bu Rahti yang mengurusmu. Dasar anak bandel kerjaannya telat."

***

PERFECTWhere stories live. Discover now