j.s [2]

4K 411 7
                                    

Somi menatap papan tulis tidak percaya, ini baru hari Senin dan masih pagi, namun sudah diberikan tugas oleh Park Songsaenim. Soalnya memang hanya 4, namun satu soal akan beranak-pinak menjadi 6-7.

Ditambah lagi, Somi hari ini sedang sial. Bagaimana tidak, ia terpaksa duduk sebangku dengan bule jadi-jadian itu, setidaknya begitulah menurutnya.

Somi tidak bisa berkonsentrasi ketika mendengar suara fals Hansol.

"Hansol! Diam! Suaramu jelek, dan sangat menganggu," katanya kesal.

Hansol hanya melirik Somi tanpa berniat menghentikan nyanyiannya.

"Hansool!" Somi hampir berteriak jika tidak mengingat keberadaan Park Songsaenim di depan.

"Arra," Somi jadi terdiam, tumben sekali dia tidak membalas perkataannya. Tapi itu bagus. Senin pagi bukanlah waktu yang tepat untuk bertengkar.

Namun entah kenapa sikap Hansol yang berubah itu membuat Somi malah memikirkannya.

"Dia kenapa sih? Kok tumben diem? Apa aku bikin salah ya sama dia?"

Somi mulai memikirkannya. Ini pertama kalinya ia memikirkan perasaan cowok itu kepadanya.

"Han..."

Somi memanggilnya pelan.

"Han..."

Namun cowok itu tetap diam.

"Hansol..."

Somi menusuk lengan Hansol dengan pulpen yang ia pegang.

"Hm?"

Somi cemberut ketika mendengar jawaban dari cowok itu.

"Hansol..."

"Apa?" Hansol meliriknya. Biasanya Somi akan balas melirik dengan tajam, namun kali ini ia terdiam.

"Enggak, enggak ada apa-apa."

Hansol kembali menghadap ke depan.

Namun bukan Somi namanya jika ikut diam.

"Hansol..."

"Apaan sih?" Cowok itu sudah tidak tahan mendengar panggilan Somi.

"Marah ya?"

"Enggak."

"Ih pasti marah."

"Enggak."

"Bohong."

"Enggak."

"Enggak ada kata selain enggak?" tanya Somi kesal.

"Enggak."

Somi mendengus. "Jadi kamu enggak marah?"

Hansol mengangguk.

"Terus kenapa diem aja? Biasanya jahil sama aku."

"Enggak apa-apa."

"Oh ternyata bisa ngomong selain enggak," celetuk Somi asal.

Jeon Sibling ✔Where stories live. Discover now