How a Rumour Ruins Your Day

Mulai dari awal
                                    

Wyns bersemu --karena marah. "Apa, sih?" Rutuknya.

"Sekarang kita terdengar seperti pasangan, kau tahu."

"Geez!"

"Tidakkah kau menyukainya?" Tanya Raiden.

Wyns melebarkan mata. "Tentu saja tidak. Memangnya kau pikir aku gila?" Selanya.

"Aku--"

"Tidak, tidak." Wyns memotong dengan cepat, memicing sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Apanya yang tidak, Allard?" Tanya Raiden.

"Apapun yang kau ucapkan, aku menyangkalnya." Balas Wyns.

"Oh, yaaa? Memangnya kau tahu aku akan bilang apa?" Goda Raiden.

Benar juga.

"Diam saja, Raiden. Fokuslah menyetir --kemanapun tujuanmu." Kata Wyns. Ia tidak ingin meneruskan perdebatan itu karena hanya akan semakin memperburuk suasana hatinya.

Mobil berbelok melewati Prinstemps. Wyns sengaja tidak protes. Kalau ia meminta turun di kafe Chika, ia bertaruh pria yang duduk di sebelahnya itu akan mengganggunya sampai disana juga dan itu jelas sangat tidak menyenangkan. Tapi, Raiden tidak benar-benar membawanya ke motel 'kan?

"Kau tahu, Allard. Sepertinya kita terjebak di sebuah situasi." Raiden buka suara lagi.

Wyns mendengus. "Ya, memang. Situasi dimana seorang wanita lugu sepertiku harus terjebak di sebuah kebodohan bersama pria sepertimu." Sela Wyns satir.

Raiden mengangkat sebelah alisnya. "Apakah kau selalu seperti ini? Membantah orang lain dan menginterupsi ucapan mereka?" Tuduh Raiden.

"Tentu saja tidak." Protes Wyns cepat. "Ini cuma terjadi kalau aku sedang bersamamu."

Raiden melebarkan matanya dengan dramatis. "Wow, aku merasa istimewa."

"Errrg, tolonglah." Erang Wyns.

"Aku serius, Allard. Menurutku kita terjebak di sebuah love-hate relationship." Sambung Raiden.

"Bisa tolong kau coret di bagian love-nya?" Pinta Wyns sarkastis.

Raiden terkekeh. "Tidak mau."

"Dewasalah, Andrews. Apa yang membuatmu berpikir kalau aku mencintaimu?"

"Karena kau merasa nyaman berada di dekatku." Jawab Raiden.

"Aku?" Wyns menunjuk dirinya sendiri.

Raiden mengangguk.

"Aku tidak merasa begitu." Kilah Wyns.

"Lalu kenapa kau selalu mendebatku?" Sela Raiden.

Benar juga. Kenapa Wyns selalu mendebat Raiden? Itu membuat mereka terlihat seperti Miranda dan Elliot. Tapi...

"Itu bukan berarti sesuatu, bodoh."

"Nah, lihat." Sergah Raiden. "Kau berkilah. Berarti benar 'kan. Kau mencintaiku." Raiden tertawa senang sementara Wyns hanya mendesis.

"Diamlah kau, Rai. Sekarang tepikan mobilmu." Perintahnya.

Raiden beringsut. "Tidak akan! Aku tidak akan membiarkanmu turun di jalan."

"Astaga, Rai! Kau ini kenapa, sih? Aku cuma mau buang air kecil. Kau tidak liat ada swalayan di depan situ? Jangan banyak tanya atau aku akan menghajarmu."

******

Raiden menunggu di depan swalayan sambil bersiul. Ia melirik arlojinya. Masih pukul sepuluh. Jadwal operasinya dua jam lagi. Itu artinya ia masih punya kesempatan untuk dihabiskan bersama Wynstelle.

Ange Déchu | Book 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang