Big Monkey

1.1K 82 28
                                    


Leon membanting tubuhnya di kasur. Tepat pukul 11.00 malam ia sampai di kontrakannya. Walaupun tempat ini sempit dan bau, setidaknya ia bisa tenang.

Direnggangkannya seluruh otot-otot yang terasa pegal. Demi apapun dia sangat mengutuk Rey, karena berandal itu dirinya jadi kesusahan begini, naik turun angkot, jalan kaki. "SIALAN!" jeritnya kesal sambil melempar kaos kakinya ke sembarang tempat.

Leon melirik jam dinding nya 02.30. matanya membulat dan menatapnya heran. Ternyata batere jam dindingnya habis. Lagi-lagi dia dibuat kesal oleh kehidupannya sendiri. Dia menatap berkeliling. Buku-buku sekolahnya, baju-baju kotor yang sudah lama tidak di laundry, roti sisa kemarin, mug air yang belum habis isinya dan banyak lagi, semua berserakan dilantai.

Leon butuh refreshing, tapi dalam tidurnya.

(DAGH, BRUK)

"ANJRIT.. PINTU GUE!" Leon yang sedang melamun, langsung kaget ketika pintu kamarnya ambruk karena hantaman keras seseorang.

Aga mengangkat kedua tangannya ke atas. Leon memandangnya penuh amarah. Niatnya mendobrak pintu, malah pintu itu jadi ambruk.

"Anjing, konyol lo jadi orang!" Leon geram. Aga langsung masuk dan duduk ditepi ranjang Leon dengan santai. Ke kagetannya hanya sesaat, lalu ekspresinya berubah datar lagi, padahal yang dilakukannya bisa membuat Leon mati kena omelan pemilik kontrakan.

Leon berjalan kearah pintunya yang sudah tertidur dilantai tanpa dosa, ia melirik keluar kamar memastikan bahwa tidak ada yang terbangun gara-gara insiden brengsek barusan. Lalu matanya menatap Aga yang malah duduk santai sambil memerhatikan tingkah kacau Leon.

"Monyet lo!" Leon masih kesal

"Kalo engga monyet, anjing. Bosen gue dengernya!" sahut Aga sambil mengambil beberapa buku yang berserakan di lantai. "Lo betah begini?"

"Gak usah mengalihkan pembicaraan!" Leon merebut paksa buku yang sedang di pegang Aga, dia berdiri sambil bertolak pinggang. "Ganti rugi!"

"Ngapain? Kabur aja.."

*****

Andhika mengecek kembali semua berkas yang diberikan oleh Sammy, asistennya.

"Kamu akan ikut saya, Leon..." ujarnya senang bercampur haru, tapi kemudian bayangan seorang wanita melintas dipikirannya. Aira. Sejujurnya dia tidak tau harus mengatakan apa pada Aira dipertemuannya nanti dan pantas tidaknya dia mengambil hak asuh atas Leon dari Aira.

"Sammy! Kamu ikut saya..."

"Ayah!" seseorang mengenggam pergelangan tangannya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia tidak ingin Andhika pergi, karena seharian ini Andhika sibuk dengan masalah pribadinya, bahkan ia membatalkan meeting penting hanya untuk berkutat seharian di dalam ruang pribadi yang berada di kantornya.

"Good job!" Andhika membungkuk, mensetarakan wajahnya dengan wajah gadis remaja di depannya, ia membisikkan beberapa kata sambil tersenyum, dan tangannya mengusap sekali pipi gadis itu. kemudian dia berbalik dan pergi meninggalkan gadis itu sendirian diruang kerja yang dingin.

"Anes mau ikut ayah ke Indonesia dan sekolah di sana.." gadis cantik itu berdiri sambil memandang serius ayahnya. Dia bersumpah, ini pertama kalinya ia bertindak tegas di depan ayahnya. Sedangkan ayahnya yang sedang asik membaca koran menatapnya heran.

"Ayah akan sering pulang, kamu gak perlu ke sana. Rumah kita di sini.."

"Anes gak minta pendapat, itu keputusan mutlak. Please.."

"Nanti kamu kesusahan berteman di sana, bahasa kamu tidak lancar, cuacanya panas, dan ayah gak tau seperti apa anak-anak sekolah di sana."

"Engga, Anes udah punya teman. Anes belajar bahasa sama dia lewat skype, ada Sammy juga yang sering ajari Anes bahasa. Dan Anes punya rencana buat ayah.."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 17, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I Will be HereWhere stories live. Discover now