Chapter 8

11.1K 1.2K 189
                                    

Teng!

Tubuh Cinta tersentak, ia terbangun dari tidurnya ketika jam lonceng di ruang tamu berdentang nyaring satu kali. Itu berarti sekarang jam sudah menunjukkan pukul 1. Lebih tepatnya pukul 1 dini hari.

Cinta menggiring tubuhnya ke arah kanan, tempat biasa Rama tidur di sebelahnya.

Namun kali ini, Rama tidak ada di sana. Tempatnya kosong. Cinta mendesah kecewa. Dia tahu jika Rama masih marah padanya atas kejadian menjelang magrib tadi. Dan Rama masih tetap pada kediamannya terhadap Cinta. Mungkin Rama melakukan itu untuk menghukum Cinta.

Baiklaah, Cinta terima hukuman itu jika itu yang bisa membuat Rama memaafkannya.

Mata Cinta benar-benar sudah tidak bisa terpejam lagi. Ia bangkit, mendudukkan dirinya di atas ranjang kemudian menghela napas lirih. Perutnya yang tiba-tiba lapar, membuat Cinta makin tak bisa menutup matanya untuk kembali tidur.

"Kamu lapar ya, Nak?" Cinta mengajak janinnya bicara sambil mengusapnya pelan.

"Bunda rasanya ingin makan takoyaki dengan saos pedas. Hmm, pasti enak ya, Nak?"

"Tapi, ini sudah sangat malam. Mana mungkin kita keluar untuk mencari benda itu? Sedangkan Ayah masih marah pada Bunda. Ayah pasti tidak mau mencarikannya untuk kita."

Mata Cinta kembali berkaca-kaca. Dulu, dia pernah bermimpi jika saat dia hamil, maka Rama akan selalu setia menemaninya walau apapun yang terjadi. Menuruti semua permintaannya saat Cinta ngidam, termasuk nekat keluar malam demi permintaan si jabang bayi mereka.
Tapi, keadaan yang terjadi saat ini sangat bertolak belakang dengan apa yang pernah dibayangkannya dulu.

Ternyata, apa yang benar-benar kita impikan sebelumnya, tak semua akan terlaksana dengan baik.

"Kita makan yang lain saja ya, Nak. Lauk tadi malam juga masih ada, karena tidak ada yang memakannya. Bunda juga tidak selera memakannya tadi. Jadi, kali ini, bantu Bunda memakannya, ya?"

Cinta tersenyum, masih dengan mengusap-usap perutnya. Lalu beranjak dari ranjang dan melangkah menuju dapur.

Keadaan di luar sangat gelap. Karena semua lampu di luar, selain kamar, toilet, dan teras, selalu dipadamkan jika tidak ada lagi kegiatan di ruangan yang tak terpakai itu.

Cinta menghidupkan lampu dapur. Membuka tudung saji dan melihat semua lauk yang disiapkannya tadi malam sudah ludes.

Apa kucing yang memakannya?
Tidak mungkin.

Atau, Mas Rama?

Cinta tersenyum. "Syukurlah jika Mas Rama sudah makan malam."

Cinta mengusap kembali perutnya.
"Kita makan yang lain saja ya, Nak. Hmm, coba kita periksa kulkas."

Cinta membuka kulkas, memilah-milah apa saja yang kiranya bisa untuk diolah menjadi makanan. Tapi, sepertinya Cinta lupa jika dia tidak belanja banyak kemarin. Hanya membeli bahan-bahan seringannya saja, karena tidak ada yang dapat membantunya membawa barang belanjaan jika dia belanja banyak.

Cinta mendesah kecewa ketika dia sudah mengingat bahwa dia tidak membeli banyak persediaan dapur kemarin.

"Kami makan apa sekarang? Perutku lapar sekali."

Cinta mendudukkan tubuhnya di kursi makan, menelungkupkan wajahnya pada meja makan. Tangannya terus-terusan menenangkan sang janin yang kelaparan di dalam perutnya.

Cinta kemudian menegakkan duduknya, bangkit dan melangkah menuju ruang tamu lalu menyibak gorden jendela kaca di ruang tamu untuk melihat keadaan di luar rumah.

Bukan Menantu Idaman? ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat