Prolog

22.6K 920 13
                                    

Seorang wanita tengah duduk seorang diri disisi ranjangnya sambil mengamati hujan yang berebut menjatuhkan dirinya melalui dinding kaca apartemennya. Ntah apa yang membuat hujan begitu senang menjatuhkan diri ke Bumi. Bumi memang indah dengan segala kenampakan miliknya, tetapi makhluk yang tinggal di bumi?

Wanita itu dulunya adalah gadis kecil manja yang hidup bergelimangan harta kedua orang tuanya. Anak pertama Nico Bintang Leviando itu telah berubah menjadi wanita cantik yang arogan serta keras kepala. Tetapi sebenarnya dia wanita rapuh. Dia menyimpan kerapuhannya dibalik sifat arogan dan keras kepalanya.

Ferdina Milly Leviando, Fefe. Kini ia sudah berusia dua puluh lima tahun. Menduduki jabatan General Manager diperusahaan raksasa Daddynya. Tak hanya menyandang jabatan sebagai General Manager, kini ia juga menyandang status sebagai Istri salah satu CEO perusahaan raksasa. Leonard Revangga Arkarna, Leo.

Pernikahannya dengan Leo memang hanya karna perusahaan Lelaki itu yang hampir jatuh. Ayah Leo yang memang saat itu rekan bisnis Daddynya datang ke perusahaannya untuk meminta bantuan. Fefe yang saat itu kebetulan datang ke perusahaan Daddy-nya untuk berkunjung begitu kagum dengan lelaki tampan yang berdiri didepan pintu dengan wajah cemasnya.

Masih teringat jelas dikepala Fefe bagaimana wajah cemas lelaki itu menanti ayahnya didepan pintu ruangan Daddy-nya. Lelaki itu mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak yang lengannya dilipat hingga siku. Rambutnya berantakan. Wajahnya pun tertunduk. Ntah mengapa ia merasa iba dengan lelaki yang saat itu belum dikenalnya.

Fefe mengurungkan niatnya untuk masuk keruangan Daddynya dan lebih memilih berdiri tak begitu jauh dari lelaki itu berdiri. Fefe betah mengamati lelaki itu. Tak lama kemudian seorang lelaki yang umurnya lebih dari setengah abad keluar dari ruangan Daddy-nya dengan wajah sumringah.

"Gimana, Pa?" Fefe membeku mendengar suara lelaki itu. Sebab sejak tadi lelaki itu hanya menghela nafasnya.

"Pak Nico mau membantu perusahaan kita." Ucap senang lelaki yang Fefe yakini sebagai Papa lelaki itu.

"Syukurlah.." Ucap lelaki itu.

Setelah itu lelaki itu pergi bersama Papa-nya. Dan dengan cepat Fefe memasuki ruangan Daddynya. Mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai lelaki itu. Dan akhirnya Fefe tau siapa lelaki itu.

Fefe tersenyum lembut mengingat kisahnya itu. Itu adalah awal dari ia mencintai Leo. Tetapi senyumnya berubah menjadi senyum miris manakala ia mengingat hal lain.

Walaupun pernikahannya dan Leo sudah berjalan lima bulan, tapi Leo tak pernah mencintainya. Leo mencintai gadis lain. Gadis miskin yang tinggal diperkampungan kumuh dan hanya bekerja sebagai pelayan cafe. Gadis itu bernama Tari. Fefe tak melihat kelebihan gadis itu. Memang gadis itu lebih mandiri dan bekerja keras. Tapi selebihnya ia tak melihat.
Ntah apa yang Leo lihat dari gadis miskin itu.

Mengingat bagaimana pertama kali Fefe datang ke Cafe tempat gadis itu bekerja membuatnya tersenyum miring. Gadis itu menatap Fefe dengan ketakutan. Jelas gadis itu tau siapa Fefe. Bahkan Fefe bisa menghancurkan hidup gadis itu jika ia mau, tapi membayangkan bagaimana murka nya Leo nanti membuatnya merinding. Tak hanya murka, Leo pasti akan semakin membencinya. Dan Fefe tak cukup sanggup untuk itu.

"Berhenti melamun, Fe." Fefe terdiam. Dengan cepat merubah ekspresi wajahnya menjadi dingin lagi. Leo sudah pulang.

"Aku tidak melamun." Ucap Fefe dingin.

"Terserahmu saja." Ucap Leo tak perduli kemudian segera melepas kemejanya dan menampilkan otot perut yang berbentuk serta otot bisep yang tercetak sempurna.

"Kamu pulang lebih malam." Ucap Fefe masih dengan nada dinginnya.

"Aku bertemu Tari. Ia sedang sakit. Jadi aku mengantarnya ke Rumah Sakit." Tubuh Fefe menegang mendengar nama Tari. Wanita yang dicintai suaminya.

Fefe tak menjawab. Hatinya teramat sangat sakit. Bahkan Leo bertelanjang yang selalu menjadi pemandangan terindahnya kini terasa tak menarik lagi.

"Berhenti menyakitinya, Fe. Dia tak salah." Ucap Leo lemah.

"Dia hanya gadis tak bersalah yang aku cintai. Kamu tidak berhak menyakitinya dengan alasan karena dia menggangguku." Suara Leo terdengar lelah.

Rasanya Fefe ingin mendatangi gadis bernama Tari itu kemudian mencabik cabik gadis itu. Menghancurkan gadis itu hingga menghilang dari muka bumi dan membuat lelaki dihadapannya ini menatapnya.

"Apa gadis miskin itu sangat berarti untukmu, Leo?" Tanya Fefe lemah.

Leo mengangguk, "Sangat. Aku sangat mencintainya."

Sambaran petir diluar sana tak hanya menyambar bumi tetapi juga hatinya. Hatinya terasa disengat ribuan volt. Air matanya tumpah, dengan segera Fefe menghapusnya.

"Selama dia masih menjadi gadis yang kamu cintai, aku akan tetap menyakitinya." Ucap Fefe.

"Apa alasanmu menyakitinya? Dari awal kita sudah sepakat bahwa pernikahan ini tak lebih dari pernikahan bisnis. Pernikahan untuk membayar hutang perusahaanku kepada perusahaan Daddymu. Kau harus sadar bahwa aku tidak mencintaimu, Fe." Teriak Leo frustasi.

Fefe hanya tersenyum miris. Dengan segera ia bangkit dari duduknya. Menyambar kunci mobilnya kemudian segera meninggalkan Leo yang sedang terpaku menatap Fefe.

"Aku akan membuatmu mencintaiku Leonard Revangga Arkarna. Aku janji." Batin Fefe berbisik.

_ To be Continue _



Black PearlWhere stories live. Discover now