Bonus Chapter 1

1.8K 319 144
                                    

4 tahun kemudian..

Calum's pov

Bajingan, satu kata yang cocok buat gue.

5 tahun yang lalu harusnya gue ada disana, di bandara, harusnya gue memberikan pelukan terakhir.

Tapi ini semua karena kelalaian gue sendiri.

Flashback on.

"Cal! ntar sore ngumpul yuk di rumah Aldo!" ucap salah seorang temen gue, Tino.

"Mau ngapain? gue gabisa sampe malem tapi." jawab gue.

"Ngumpul aja, udah lama ga nongkrong bareng." ajak Tino.

"Yaudah, gue ambil motor dulu."

"Oke, gue tunggu di warung situ." kata Tino sambil menunjuk sebuah warung.

Gue pun berjalan menuju rumah lalu menaiki motor, ga lupa pamit sama Mama.

"Calum gaada ya ngebut-ngebutan!" peringat Mama.

"Iya Mamah, dadah." ucap gue sambil melajukan motor gue menuju warung.

--

"Eh lo ngerokok?" tanya gue ke Delvin.

"Yoi." jawab nya sambil menghembuskan rokok nya.

"Lo engga?" tanya Tino pada gue.

"Engga." ucap gue.

"Ga laki lo! udah nih cobain dulu!" ajak nya.

"Ga malu ama otot lu?" ledek Dimas.

"Coba sekali aja dulu sob." ujar Tino sambil menyodorkan kotak rokok.

Dengan ragu gue pun mengambil sebatang rokok lalu menyalakan nya.

Gue mulai memasukan rokok itu kedalam mulut gue, memang awalnya gue terbatuk tapi lama-lama enak juga.

Rokok batang pertama pun habis lalu dilanjutkan dengan yang kedua, ketiga dan seterusnya. Waktu pun bergulir cepat, sampai gue lupa bahwa ada orang lain yang lagi nunggu gue.

21.30

"Eh No, gua pulang duluan ya takut dicariin Mamah, handphone ketinggalan soalnya," ucap gue sambil memakai helm.

"Yaudah, ati-ati dijalan!" jawab Tino.

Gue pun melajukan motor gue pulang kerumah.

Sesampainya dirumah, Mama udah nunggu di ruang tamu sambil memegang penggaris besi, yang biasa guru mtk bawa itu loh.

"Eh Mamaa," kata gue sambil memeluk Mama.

"Mama-mama, kemana aja kamu?!" bentak Mama sambil mengarahkan penggaris itu ke gue.

"Itu ampun Ma, tadi diajak ngumpul sama Tino." ucap gue sambil menunduk.

Mama pun mengedus bau sesuatu dihidung nya, jangan sampe dia tau gue ngerokok tadi.

"Bau apaan nih?" tanya Mama sambil memperhatikan gue.

"Kayak bau.., KAMU NGEROKOK YA?! JAWAB MAMA DENGAN JUJUR, CALUM!" teriak Mama sambil membanting penggaris ke meja.

"E-engga M-ma tadi temen-temen aku yang ng-ngerokok jadinya Calum kena asep nya." jawab gue lemah.

"Ooh gitu, kalo sampe kamu bohong.., kamu tau sendiri akibat nya, Calum." ucap Mama sambil menunjukan dua jari nya kearah gue.

"My eyes on you, sana keatas, handphone kamu berisik banget dari tadi tuh!"

"Yaudah Mah, Calum keatas dulu ya." ucap gue yang dibalas gumam an oleh Mama.

Gue pun menghempaskan tubuh gue dikasur lalu mengecek handphone gue.

"ANJIR INI KENAPA RAME BENER?!" ucap gue kaget.

99 missed calls, 999+ line, 87 unread messages, 33 missed free calls, 30 dm instagram dan lain lain.

Gue pun membuka satu persatu dan baru gue sadari kalo gue melupakan tempat yang seharusnya gue berada disana sekarang juga.

21.45

Gue pun buru-buru keluar kamar lalu mengetok kamar Mama dengan cepat,

"MAH CALUM KE BANDARA DULU YA, BESOK AKU JELASIN DADAH"

Gue pun melajukan motor gue dengan kecepetan maksimal ga peduli mau ada polisi yang tilang gue. Yang penting gue harus cepet sampe di bandara.

22.50

Sehabis memakirkan motor, gue pun mencari keberadaan Ashton dan yang lain.

Terlihat ada segerombolan anak cewek-cowok di starbucks sambil melihat sesuatu di kamera,

Itu yang megang kamera kayak..,

BOBBY?!

Gue pun berlari menuju starbucks lalu menghampiri mereka, Vina dan yang lain terlihat sehabis menangis.

"Oi!" ucap gue menepuk pundak Bobby

"Lo ngapain disini?" tanya Bobby malas.

"Nganterin Farah." jawab gue sambil duduk dikursi.

"Lo bego apa tolol? FARAH UDAH BERANGKAT GOBLOK!" ucap Bobby naik darah.

Gue pun tersentak kaget lalu reflek melihat kearah jam tangan gue,

22.57

Gue pun menganga lebar saat melihat jam.

"Lo, cowok terbangsat yang pernah gue temuin Cal," ucap Vina.

"Bilang nya sayang tapi malah gini ya?lucu lo!"

Gue hanya bisa menunduk saat mereka semua mencaci maki gue.

"Cewek emang sekedar mainan kali ya di mata lo?" ucap Sintya.

"Engga Sin." jawab gue.

"Mending lo sekarang pulang terus baca nih dirumah." ucap Vina sambil memberikan gue  sebuah surat.

Gue pun berdiri lalu pergi meninggalkan mereka di starbucks dengan hati gelisah.

Maafin gue untuk yang beribu kali nya Far.

Flashback off.

Semenjak hari itu Bobby dan yang lainnya agak kesel sama gue, dan gue sama Farah ga pernah memberi kabar masing-masing.

Farah emang ga kasih kabar apa-apa ke gue, tapi dia masih sering chattan sama Bobby dan yang lain nya.

Tenang aja gue selalu tau kabar Farah dari mereka.

Iya, pasti dia kecewa sama gue.

Gue menggenggam sebuah kertas surat yang ditulis oleh Farah,

Hey,

Kalo lo dapet surat ini berarti itu tanda nya lo ga dateng di bandara waktu itu.

Am i right?

Kenapa ga dateng?

Gapapa kalo lo gamau cerita, yang mesti lo tau kalo sekarang kita ga bisa bersama lagi.

Gue ga akan lagi ada dimana pun lo berada dan ga semudah itu untuk kita bertemu lagi.

Dan asal lo tau aja, gue bukan mainan yang bisa lo mainin sepuas nya terus kalo bosen dibuang hAhA.

I thought, you were my home?

So, see you again?

And it was nice to meet you, Calum Hood :)

Farah Clifford

Tak terasa air mata jatuh di pipi gue,
gue pun melipat surat itu seperti semula

"I thought you were my home too." ucap gue sambil memeluk surat itu.

÷÷÷
Masih butuh penjelasan?;)

Modus • cth | ✔Where stories live. Discover now