Suara dari surga

47.1K 1.6K 25
                                    

Benar adanya, hidup adalah sebuah pilihan tapi kamu tak punya kuasa untuk memilih hidup di rahim siapa, tumbuh di keluarga seperti apa. Banyak anak yang menyesali kenapa lahir di keluarga kekurangan, kenapa hidup di keluarga yang banyak aturan, tapi nyatanya jadi serba kelebihan juga bisa melalaikan, diberi kebebasan bisa kelabasan.
Sebenarnya hidup hanya tentang rasa syukur, kamu tak akan bisa menyadari nikmat, jika kamu tak mensyukurinya. Jadi kaya harta pun tak selalu menyenangkan jika miskin perhatian, kesulitan dapat kasih sayang.
Lovia Saumi merasakannya, rumah bertingkat, deretan mobil mewah, serta ramainya deret angka di buku tabungan tak menjamin sebuah kebahagiaan, dia kesepian. Dia merasa sendirian...

🍃🍃🍃🍃

Hembusan angin membuat khimar merah mudanya berkibar tak terkendali, dia berdiri disini bukan tanpa alasan. Kegelisahannya menunggu hasil ujian akhir semester enam membuatnya tak memperdulikan dinginnya udara di tempat ini.
Universitas ternama sudah dia genggam, hanya hasil terbaik dengan usaha yang optimal lah yang dia inginkan. Untuk masuk ke Universitas ternama dia lolos dengan usaha kerasnya. Catat! Dia lolos dengan usaha kerasnya, tidak ada campur tangan dari kedua orang tuanya yang memiliki banyak harta, dia terlampau yakin dengan dirinya dan skenario yang dibuat oleh Allah yang mahakuasa. Man jadda wa jada. Dan semuanya terbukti. Alhamdulillah.

Setelah berkali-kali mengecek Siakad, akhirnya dia bisa bernafas dengan lega. Bahagianya tak membuat dia terlena dan berhenti beryukur. Via berlari masuk kedalam rumah untuk berbagi kebahagiaan yang sempat gagal dia raih di semester lalu.

"Assalammu'alaikum"

"Wa'alaikumus salam, ceria banget Vi"

Seperti biasa, salam nya di jawab oleh bik Yani. Pembantu rumah tangga yang mengurusnya sejak kecil. Via tak lagi heran, memang beginilah kehidupannya yang sudah seperti anak pembantu bukannya anak papa dan mamanya. Dia memang sudah menganggap bik Yani seperti ibu kandungnya.

"Bik, Via.... itu IP Via semester ini beneran 4"

Tanpa ragu Via langsung memeluk bik Yani yang juga balas memeluknya.

"Alhamdulillah, bibik seneng dengernya. Akhirnya apa yang Via usahakan selama ini terwujud. Via jadi lusa balik ke kosan? Bibi pasti nanti kangen lagi."

Via mempererat pelukannya, ya dia pun pasti akan sangat merindukan Bik Yani.

"Nanti Via bakal sering-sering hubungin kerumah kok bik, Tenang aja..."

"...oh iya bik, mama belum pulang?"

"Sudah Vi, ibuk ada di kamar."

"Yauda Via ketemu mama dulu ya bik. Es lemon Via langsung diantar ke kamar Via aja."

Via berjalan menuju kamar kedua orang tuanya, dia ingin segera memberi tau kabar gembira ini pada mamanya. Suatu hal yang sudah dia upayakan sejak lama namun baru saja mampu dia capai dipenghujung ini.

"Assalammu'alaikum ma"

"Ada apa Vi? Masuk aja."

Via menghela napas mendengar jawaban mamanya. Dia melangkahkan kakinya memasuki kamar dominan abu-abu ini, pemandangan yang sangat biasa dia lihat. Mamanya sedang menata perhiasan di lemari, dia tau mamanya pasti habis belanja lagi.
Via memeluk erat mamanya dari samping.

"Ma, IP Via semester ini akhirnya 4.00 ma."

"Biasa aja, anak mama kan memang pinter."

Jangankan balas memeluk, menoleh saja tidak. mamanya masih saja asik dengan perhiasannya. Dengan sendirinya erat pelukan Via terlepas.

Surga Sederhana [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang