Part 3 : Teka-Teki

1.6K 103 9
                                    

"Hm, I think she's wrong about Maheen, dia nggak tau aja kalo Maheen itu modus. Apa-apaan coba bilang I love you ke sembarang cewe. tapi... masa sih dia modus? secara dia soleh, hafidz, pinter, ganteng? banget, siapa cewe yang gak mau?. EH APA SIH jadi mikir gak jelas gini. ish bukan berarti aku yang suka" "Eh hmm tapi kalo dia emang bener gak modus? ah gak taulah mana yang bener. The truth will be revealed"

Shaqueena terus bertanya-tanya tentang apa yang belum ia ketahui tentang Maheen. Pertanyaan demi pertanyaan selalu muncul di fikiran Shaqueena setiap ia megingat saat pertama kalinya ia bertemu Maheen. Itulah hal terakhir yang Shaqueena fikirkan.

10 bulan sudah terlwati, Shaqueena dan Maheen menjalani hidup masing-masing dengan baik, Maheen tidak mengambil langkah sedikitpun untuk mendekati Shaqueena karna belum adanya jawaban dari mimpiNya itu, pukul jam 5:30 terdengar alarm berbunyi dari jam weker Maheen

"ALHAMDULILLAAHIL LADZII AHYAANAA BA'DA MAA AMAA TANAA WA ILAIHIN NUSYUUR"

"Hmm udah 10 bulan, belum dapet mimpi lagi" "Hm ok ok besok pasti dapet" dalam hati Maheen yang setiap hari berusaha meyakinkan dirinya untuk selalu menunggu jawaban dari mimpinya

"mandi dulu lah langsung subuhan"  "heran deh tapi, kemarin gua sholat Istikharah buat pilihan terbaik tentang skripsi, Allah udah ngasih mimpinya sama petunjuknya di mimpi gue. Tapi kenapa mimpi tentang Queena blm dapet juga ya?" "Bismillah, Yakin semua ini rencana Allah, rencanaNya pasti indah"

Selesai Sholat, tiba-tiba dering telfon yang berdering membuat perasaan Maheen tidak ingin melihat dari siapakah telfon itu dan apakah yang ingin dibicarakannya, ntah mengapa perasaan itu tersulut di benaknya.

"Rafly? ngapain dia?" "Iya Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam, Hen sorry gua hari ini gabisa kerja, sama tolong titip absen ke kelas gua ya"

"Bolos mulu"

"Sekarang beda, pertama kalinya bolos gua punya alesan yang jelas"

"Maksud lu?"

"Gua mau nenangin Bilqist, dia lagi sedih banget"

"Kenapa dia?"

"Lu inget Shaqueena sahabat barunya Bilqist kan?"

"Ke ke kenapa dia?" Maheen mulai gelisah

"Dia jatuh dari tangga, pendarahannya lumayan hebat. Rumah sakit belum mau nanganin kalo belum dapet persetujuan orang tuanya, sedangkan hpnya mati kebanting"

Maheen tidak menjawab sepatah katapun, perasaan sakit dan sedih seakan-akan merasuk dengan cepatnya ke dalam hatinya.

"hen?"

"Lu dimana sekarang?" Mahen bertanya sambil bersiap-siap ingin pergi

"Udah gua gapapa kok, gua titip absen?"

"Serius fly, gua ga khawatir sama lu" bicara Maheen mulai tergesah-gesah 

"lah"

"Please gua serius lu dimana"

"Di Hopkins Hospital"

Maheen memutuskan pembicaraannya dengan Rafly

"Maheen care banget, berasa punya cowo" dalam hati Rafly

Maheen berlari dengan semua kemampuannya, seakan-akan dia benar-benar tidak ingin kehilangan Shaqueena, tepakan demi tepakan terdengar nyaring di lorong apartemennya, hembusan nafas yang tidak terkendali membuat semua orang bingung melihat tingkahnya. Hati dan fikiran Maheen terpadu dalam satu do'a.

"Hamba mohon selamatkan Shaqueena Yaa Allah" "Shaqueena kamu kuat, hamasah Shaqueena hamasah!" 

Keadaan semakin membuat Maheen gelisah saat melihat kemacetan yang panjang dari dalam taxi, Maheen segera bergegas turun dari taxi itu dan mulai melangkahkan kakinya dengan cepat. Perlahan-lahan Maheen mengalahkan waktu yang berganti setiap detiknya, rasa lelah seakan-akan tidak ada didirinya, emosi kesedihan yang membantu Maheen menghentakkan kakinya dengan cepatnya.

My Istikharah is youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang