part 38

1.2K 39 0
                                    

Wulan pov

Aku melihat mereka berdua saling menatap penuh kebencian. Kejadian ini seperti terulang lagi. Dan mungkin akan terulang terus sampai aku benar-benar memutuskan siapa yang aku sukai.

" Stoppp!!!" teriak ku yang langsung berdiri di antara mereka. Ku tatap mereka secara bergantian.

" Joe...ini Dimas dan ini Risa kakaknya. Aku dan Risa ketemu di kencan buta tadi. Kami langsung akrab. Sementara Dimas dia tak ikut kencan itu. Jangan salah paham." kataku yang berlagak menenangkan.

" Kalau gitu...biar aku anter kamu pulang aja. Kalian baru kenal...aku punya firasat buruk tentang dia. Mungkin dia juga akan menyukaimu seperti pria yang lain." ucap Joe dengan nada cemas bercampur kesal.

Dimas nyengir mendengar kalimat itu. Ia sedikit tertawa sembari melirik Joe dengan wajah meledek.

" Mungkin aku akan menyukainya atau aku malah sudah menyukainya???" ucap Dimas santai.

Aku, Risa dan Joe menoleh bersamaan menatap Dimas. Wajah kami seakan menujukan ekspresi tak percaya. Sementara Dimas hanya nyengir sambil tersenyum menatapku.

" Aku yang mengajaknya ke sini. Jadi aku yang akan mengantarkannya pulang." Ucap Dimas sembari menggeretku masuk ke dalam restoran itu. Risa hanya mengikuti langkah kami dengan wajah sedikit takut. Sementara Joe terdiam seakan gonduk dan kesal.

Ke esokan harinya.

Author pov

Wulan melamun di atas ranjangnya. Ia tidur terlentang sambil memandang langit-langit kamarnya.

" Kenapa kemarin Dimas bilang gitu ya? Ah...mungkin dia cuman basa-basi doang. Aku yang terlalu ge er. Kejadian ini kok sama persis seperti yang sudah-sudah. Jangan-jangan setelah ini aku dan Dimas secara kebetulan bertemu dengan Aldi? Atau Zaky atau mendadak Ahmed ke sini? Atau kembalinya mereka semua?" kata Wulan dengan ekspresi sedikit ketakutan.

" Mulai hari ini aku harus waspada. Aku gak mau mengulang kisah yang sama. Hanya ini jalan satu-satunya supaya aku bisa lepas dari pria-pria itu." sambung Wulan dengan nyengir sendiri.

Terdengar bunyi ponsel Wulan yang amat keras. Wulan bergegas bangun dan meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja dekat ranjangnya. Tertulis nama Dimas sedang memanggil. Ia pun segera menggeser tanda hijau di layar ponselnya.

" Hallo... Gimana Dim?"

" Keluar yuk!!! Kita makan bareng yuk. Ada seseorang yang mau aku kenalin ke kamu. Tenang aja... Kak Risa juga ikut kok." bujuk Dimas.

" Ah... Gimana ya??? Kamu kan baru kenal sama aku... Masak kamu mau langsung ngenalin aku ke orang lain. Akukan malu."

" Oleh karena kita baru kenal...aku mau kita lebih kenal. Udah pokoknya nanti aku jemput 2 jam dari sekarang. Tepat jam 2 siang aku ke rumahmu. Okay bye." kata Dimas yang langsung menutupnya.

" Kenapa semua pria selalu memaksa...hah!!!!" keluh Wulan komat kamit.

2 jam kemudian.

Terdengar suara ketukan pintu di luar rumah.
Tok...tok...tok.

Bu Wiyono atau mami Wulan langsung melangkahkan kaki membukakan pintu itu. Terlihat seorang pria tinggi, gagah dengan kulit putih kekuningan dan rambut cepak berdiri di sana.

" Siang tante... Saya Dimas temennya Wulan. Ehmm...Wulannya ada tante???" ucap Dimas dengan santun.

" Anda siapa lagi ya??? Kenapa anak itu begitu banyak melibatkan pria sekarang ini." Ucap Maminya pelan.

" Saya temennya...gimana tante???ada yang salah???" tanya Dimas dengan nada halus.

" Ah...gak papa. Silahkan masuk! Silahkan duduk dulu! Biar saya panggilkan sebentar ya." Kata Maminya yang langsung buru-buru melangkah menuju kamar Wulan.

Kamar Wulan.

Terlihat Wulan sedang berdandan di depan cermin. Mendadak maminya masuk tanpa mengetuk pintu dan langsung duduk di ranjang tepat di sebelah kanan Wulan.

" Dia udah dateng, Mi?" tanya Wulan santai sambil mengoleskan lipstik warna merah muda ke bibirnya.

" Siapa lagi dia? Apa belum cukup dengan Aldi, Joe, Zaky dan yang lainnya? Apa masih kurang?" tanya Maminya dengan nada kesal.

" Haduh...Mami ngomong seakan-akan kalau aku playgirl gitu? Mi, anakmu ini hanya menentukan menantu terbaik untuk keluarga ini." jawab Wulan santai.

" Apa kamu belum menentukannya sampai sekarang??? Kenapa gak milih Aldi saja sih nduk...atau kalau kamu gak mau Aldi kenapa gak sama Joe?" Cletuk Maminya.

" Hufhhh... Mami, perasaan gak bisa dipaksakan? Aku cuma mau jatuh cinta seperti dulu. Gitu aja." Ucap Wulan sedikit berat.

" Ya udah Mi...gak usah di fikirin lagi. Kasihan Dimas udah nunggu. Aku pergi dulu ya. Bye." kata Wulan sembari melangkah pergi dari kamarnya.

Restoran stiek.

Wulan dan Dimas berjalan masuk ke dalam restoran itu.

" Kak Risa dan sepupuku udah nungguin di dalam. Kami selalu pesan ruang vip di sini." Ucap Dimas sembari menggenggam tangan Wulan dan menunjukan arah.

" Itu mereka!!!" ucap Dimas sambil menunjuk meja vip yang hanya khusus untuk beberapa orang dan di tutupi dinding kaca.

Terlihat Risa duduk bersama dengan seorang pria berjas putih. Risa menoleh dan melambaikan tangannya. Dan kemudian pria itu ikut menoleh menatap Dimas dan Wulan yang berdiri di ambang pintu.

" Wulan!!!" ucap Pria itu dengan mata melotot.

" Aldi???" kata Wulan pelan dengan raut tak percaya bercampur kikuk.

Dimas langsung saja menggeret tangan Wulan dan melangkah menuju meja itu. Wulan berusaha menutupi wajahnya dan berdiri di belakang Dimas. Sementara Aldi langsung berdiri dan berusaha melihat Wulan.

" Wulan...kenalin ini Aldi sepupuku. Tenang aja...dia udah hampir menikah kok. Dia kemarin udah ngelamar gadisnya. Hebatkan dia." kata Dimas sembari menarik tangan Wulan.

" Dia gadis yang aku lamar." Ucap Aldi tegas sambil menatap Wulan.

Dimas langsung terkejut mendengarnya. Ia menatap Aldi dan Wulan secara bergantian.

" Jadi Wulan yang kamu maksut adalah dia?" tanya Dimas.

" Iya...dia gadis yang aku maksutkan. Apa kamu masih tertarik?" ucap Aldi dengan nada kesal.

" Kita selalu saja menyukai hal yang sama. Begitu pun dengan sekarang." cletuk Dimas sembari menggenggam tangan kiri Wulan dengan erat.

" Lakukan apa yang membuatmu senang! Karena aku sudah mengalami banyak kejadian seperti ini dan aku masih bertahan." kata Aldi yang kemudian melangkah meninggalkan tempat itu.

Sementara Dimas masih menggenggam tangan Wulan dengan erat. Ia bahkan menatap gadis itu dengan sangat tajam.

" Ehmm...Dimas, lepasin tanganku. Sakit tahu!" keluh Wulan.

" Kalau aku lepasin sekarang pasti kamu akan ngejar dia." ucap Dimas.

" Apaan sih kamu...ngapain aku ngejar dia? Emang ini film india?" ucap Wulan dengan wajah lugunya.

Dimas pun melepaskan tangan Wulan dengan perlahan. Tak lama kemudian Aldi malah kembali dan menggeret Wulan keluar dari sana.

Dimas dan Risa langsung melotot terkejut. Begitupun Wulan yang juga terkejut melihat Aldi mendadak kembali dan menggenggam tangannya lalu menggeretnya.

-----------------------bersambung-------------------------------
Vote
Coment
Follow
Biar hidupnya tenang.
Heheh
Thanks for reading
😘😘

Not Weeding With You!! ( Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang