enam; dingin

Mulai dari awal
                                    

Pelangi menghela nafas bosan, ia menyanggah pipi kirinya dengan tangan kirinya. Sebenarnya Pelangi ingin ke kantin, tapi ia malas makan. Tapi di kelas sama sekali tidak ada orang, bermain ponselpun tidak menghilangkan rasa bosannya.

Tiba-tiba seseorang masuk ke kelasnya dan langsung duduk di sampingnya. Orang itu menyodorkan satu kantong plastik bening yang berisi batagor dan satu gelas teh dingin. "Makan."

Pelangi menoleh ke arah kiri, ke arah Iqbaal yang sedang menatapnya dengan tatapan datar. Pelangi kembali ke posisinya semula. "Males, nggak laper."

Iqbaal menghela nafas. Ia mengambil kursi yang didudukinya lalu menaruhnya di depan meja Pelangi dan duduk di sana. "Disuruh Kak Bintang makan, Ngi."

Pelangi tetap saja menggeleng. Berusaha melihat benda lain, yang penting bukan mata Iqbaal. Iqbaal mengeluarkan batagornya, membukanya, mengambil setengah batagor yang telah ia potong dan disuapinya ke arah Pelangi. "Buka mulutnya,"

Pelangi kembali menggeleng. Iqbaal menggeram kesal, "Nanti sakit, Pelangi. Kalau Pelangi sakit, yang nemenin Iqbaal siapa?"

Pelangi langsung menatap Iqbaal sepenuhnya. "Apaan deh, menjijikan." Lalu menyandarkan punggungnya. "Nanti gua makan sendiri."

"Nantinya kapan?"

"Ya nanti."

Iqbaal menaruh kembali sendoknya. Menarik napas panjang, lalu membuangnya, menghilangkan kesal. "Mau makan sekarang. Atau, makan nanti, tapi dimarahin gue sama Kak Bintang dulu?"

"Ya, mending nan–" Tunggu, Pelangi masih ingat saat Kakaknya itu marah besar terhadapnya karena tidak mau makan. Bintang sampai tidak mau berbicara kepada Pelangi selama tiga hari penuh. "Yaudah, sekarang."

Iqbaal tersenyum lalu menyodorkan sendoknya tadi. Pelangi menyambut suapan Iqbaal. "Kalau kayak gini terus, 'kan, enak." ucap Iqbaal.

Tanpa dirasa, Pelangi sudah menghabiskan batagornya dengan disuapi oleh Iqbaal. Pelangi meminum tehnya, sedangkan Iqbaal membuang sampah itu ke tempat sampah di dalam kelas.

Laki-laki yang memakai seragam SMA-nya dengan sembarangan itu kembali duduk di bangku yang baru ia duduki tadi. Iqbaal menopang dagunya dengan tangan kanannya sambil menatap Pelangi yang sedang minum sambil memainkan ponselnya.

Cantik, tapi bawel, opini Iqbaal hanya bisa ia simpan di hatinya. Karena jika saja Iqbaal mengucapkan itu, tamatlah riwayat Iqbaal detik itu juga.

"Lo ngapain ngeliatin gue?" Iqbaal yang mendengar pertanyaan itu, hanya menaikkan kedua alisnya. "Ih, sana balik ke bangku lo." Namun Iqbaal masih stay di tempatnya. "Baal!"

"Lo cantik deh, lucu, ngegemesin banget, kayak koala."

***

Bella dan Steffi yang sedang berjalan di samping kanan kiri Pelangi terbatuk-batuk. Kini mereka sudah berjalan di koridor, karena bel pulang sudah berdering 10 menit yang lalu.

"Lo pada kenapa, dah?" tanya Pelangi heran sambil memelankan langkahnya.

Bella senyam-senyum. "Iya deh, yang pas ditawarin ke kantin nggak mau, biar disamperin terus disuapin."

Pelangi ✖ idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang