Keputusan Gegabah

Start from the beginning
                                    

Dan begitu Jose terlihat di depan pintu, Pak Affandy yang tak menyangka akan kedatangan seorang Jose, segera berdiri menyambut dengan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan.

"Halo, Mister?" Pak Affandy mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Jose.

Jose menyambut dengan tak kalah ramah.

"Maaf, saya baru bisa menjenguk putri anda sekarang, Pak Affandy."

Pak Affandy tersenyum sendu.

"Tak mengapa, Mister. Ini juga sudah cukup untuk saya dan putri saya."

Jose menatap Jasmine. Terlihat gadis itu sedikit kurus dari terakhir kali Jose bertemu dengannya.

"Apa penyakit Jasmine, Pak Affandy?"

Pak Affandy menatap Jasmine sebentar, kemudian sambil berjalan mendekati ranjang gadis itu, Pak Affandy sedikit membuka kisah Jasmine. Sementara Jose ikut berjalan pelan mendekati Jasmine yang tertidur.

"Dokter bilang typus." Pak Affandy mengatakan kesimpulan dokter dengan pelan.

"Sejak kapan?"

Pak Affandy tak langsung menjawab, dan bahkan beliau menatap ragu ke arah Jose.

"Maaf, seharusnya saya tak mengatakannya. Karena ini sudah cukup memalukan untuk kami."

"Maksud Pak Affandy?" Jose mengerutkan keningnya.

Pak Affandy hendak menjawab, namun ragu.

"Sejak Mister menolak permintaan saya untuk menikahi Jasmine, dia sangat terpukul. Selera makannya menurun. Bahkan keinginan kuliahnya di Kuala Lumpur pun dia batalkan begitu saja."

Pandangan Pak Affandy terlihat kosong ketika menatap putrinya yang tertidur dengan napasnya yang sangat lirih.

"Saya minta maaf jika menjadi penyebab Jasmine seperti ini," Jose menyatakan penyesalan yang dalam.

Pak Affandy menggeleng sambil tersenyum masam, tak berani menyalahkan Jose dalam kasus Jasmine.

"Mister tidak bersalah. Mungkin Jasmine saja yang kekanakan. Maklum, dia masih terlalu muda. Sementara untuk membimbing secara keseluruhan, jelas saya tidak mampu, mengingat saya single parent."

"Sekali lagi saya minta maaf, Pak Affandy."

"Tak perlu minta maaf, Mister. Nanti bersama berlalunya waktu, saya rasa kedewasaan Jasmine akan semakin bertambah. Saya hanya meminta doa untuk kesembuhan putri saya. Dia satu-satunya yang saya miliki setelah almarhum istri saya meninggal."

Pak Affandy mengusap pelan rambut Jasmine yang terlihat sangat kontras dengan warna sarung bantal rumah sakit itu. Tak urung, mata Pak Affandy kelihatan berkabut dan mendung. Kesedihan begitu kentara meski beliau mencoba menutupinya.

Jose tiba-tiba kehilangan kata-kata berada pada suasana yang demikian sendu. Tapi Jose punya alasan sendiri, kenapa waktu itu dia tak meloloskan keinginan Pak Affandy untuk menikahi putri semata wayangnya.

Karena Jose tak ingin menambah daftar nama perempuan yang akan menjadi abnormal karena dirinya. Cukup sudah dirinya yang abnormal, beserta teman-teman tak wajarnya. Tapi jangan Jasmine. Gadis ini terlalu baik dan cantik untuk menjadi partner 'tak wajar' nya.

Tidak!! Jangan Jasmine. Jose tanpa sadar menggeleng, membuat Pak Affandy bertanya dalam hati, apa yang membuat Jose seperti ingin menepis sesuatu dari pikirannya.

"Ada sesuatu, Mister?"

Jose menggeleng sembari melihat ke pergelangan tangannya untuk memastikan jam.

TERPERANGKAP SISI GELAPWhere stories live. Discover now