¤ Chapter-10 ¤

141K 6.3K 12
                                    

*
Happy Reading..... :)

*****

'Ini gue.... Raka..!!'

Hah..??? Jadi yg menelfonku itu adalah raka? Aku memandang kak ali takut2. Kali aja dia marah kalo aku telfonan sama laki2. Tapi.... buat apa juga sih dia marah kan diakan gk cinta sama aku. Aku tersadar saat suara raka di serang telfon terdengar di telingaku.

"Eh... iya rak.. ada apa ya telfon gue? Trus lo dapet nomer gue dari mana?" Tanyaku.

'Lo gk perlu tau gue dapat dari mana nomer lo. Enggak gue pengen aja telfon lo. Apa gue ganggu lo telfon malem2 gini?' 'Iya... gk tau orang lagi kesel apa.!!'

"Enggak kok gk ganggu... tapi mengusik." Ujarku dengan memelankan kata terakhirku.

'Apa?' Tanyanya.

"Ah.. enggak gk papa." Ujarku. Lama diam dengan telfon ini. Aku menjadi jengah.

"Em... rak gue tutup telfonnya ya? Gue ngantuk." Ujarku. Sambil menguap.

'Eh.... bentar gue mau tanya sesuatu sama lo.' Ujarnya.

"Iya mau tanya apa?" Ucapku malas.

'Emm... orang yg angkat telfon gue tadi siapa?' Tanyanya.

"Ya gue lah. Siapa lagi." Ujarku.

'Bukan.. tadi... kok kaya suaranya laki2 ya.' Aku tersikap saat mendengar ucapannya. Laki2? Oh iya tadikan kak ali sempat mengangkat felfon ini.

"Eh... ah..itu... anu...apa.. yah...???? Dia itu... itulohhh.... kakak... iya kakak gue... hehehe....." ujarku terbata. Untung aja aku cepat berfikirnya.

'Ohh...'

"Emangnya kenapa lo tanya gitu. Dia ngomong apa sam lo?" Tanyaku.

'Enggak gk ngomong apa2 kok.' Ujarnya. Aku mangut mangut mendengarnya.

"Eh yaudah gue tutup dulu telfonnya ya. Bye." Belum mendengar jawaban darinya aku langsung mematikan sambungan telfonnya. Aku menghembuskan nafas kesal. Siapa lagi yg ngasihin telfon aku? Bikin kesel aja. Aku kembali berjalan ke ranjang dan segera tidur. Aku tidak melihat kak ali di dalam kamar mungkin dia keluar.

****

Aku menerjabkan mataku untuk mengumpulkan nyawa. Ku lihat jam di atas nakas pukul 06.30AM. Kuliahku masih nanti pukul 9. Aku menolehkan wajahku ke sampingku. Kak ali masih tidur. Aku menghembuskan nafas kasar lalu bangkit dari tempat tidur berjalan menuju kamar mandi dan mandi.

Satu jam kemudian aku keluar dari kamar dan aku langsung turun menuju dapur. Saat sampai di sana aku melihat dua pelayan sedang memasak. Itu bi inah dan satunya aku tidak tau siapa dia. Aku tidak bisa mengingat nama pelayan satu persatu karena mereka begitu banyak. Rumah kak ali memang sangat besar seperti mansion. Banyak pelayan di dlmnya bukan pelayan saja tapi juga orang2 berbaju hitam dan bertubuh kekar. Tapi mereka tidak berkeliling di dlm rumah tapi di luar rumah. Aku menghampiri bi inah.

"Bi.." ujarku. Bi inah menoleh begitu juga pelayan itu. Mereka terkejut melihatku. Membalikkan badannya mereka menunduk padaku. Sebenarnya aku tidak suka di perlakukan seperti itu. Tpi bagaimana lagi.

"Maaf nona kami tau jika ada nona di dapur tadi." Ujar bi inah. Aku tersenyum manis kepadanya.

"Gk papa bi. Bibi jangan seperti itu sama aku. Bibi lagi masak apa?" Tanyaku. Tapi aku memandang pelayan yg ada di samping bibi heran. Dia seperti masih muda dan bersekolah.

"Dia putri bibi non namanya rina. Dia biasa membantu saya sebelum berangkat sekolah. Saya sedang membuat sup dan ayam goreng untuk sarapan hari ini. Tapi sudah ada makanan yg lainnya yg sudah jadi tinggal sup sama ayamnya saja." Jelas bi inah padaku seakan tau apa yg aku pikirkan dan menjawab pertanyaanku tadi. Aku memandang bi inah dan menganggukkan kepalaku mengerti.

"Ada yg bisa prilly bantu? Mungkin motongin sayuran atau apa gitu." Tanyaku. Aku sedang ingin memasak hari ini.

"Tidak usah nona prilly. Anda bisa menunggunya di ruang makan. Saya sudah dibantu oleh rina."  Ujar bi inah. Aku mengerucutkan bibirku.

"Yah... bibi aku pengen masak. Prilly bisa goreng ayam kok. Belum di gorengkan? Lagian rina emangnya gk sekolah hari ini?" Tanyaku dan bi inah menggeleng. Aku tersenyum cerah.

"Hari ini rina sekolah. Sebentar lagi rina mau ganti baju dulu." Jawab rina.

"Kalo gitu sekarang rina ganti baju terus berangkat oke? Biar prilly yg bantuin bibi masak." Ujarku. Rina mengangguk dan meninggalkan aku dan bi inah.

"Tidak usah nona sa-"

"Plish... bi... prilly ingin masak. Prilly yg goreng ayamnya bibi yg buat supnya. Gimana?" Bi inah menhela nafas pasrah dan dia menganggukkan kepalanya. Aku berseru girang dan langsung memasak ayamya.

.

.

.

Aku menghidangkan ayam yg ku goreng di meja makan bersama dengan makanan lainnya. Aku melihat jam di tanganku sudah pukul delapan. Aku harus ganti baju dan pergi kuliah. Akupun beranjak naik ke lantai atas dan masuk ke dlm kamar. Ku lihat kak ali masih tidur. Aku menggelengkan kepalaku. Kenapa dia masih tidur dan belum bangun. Aku menghampiri kak ali yg masih tidur itu.

"Kak ali.... bangun..... kak ali gk kuliah ini udah jam 8 loh..." ujarku sambil mengguncang tubuh kak ali.

"Hmm.... jangan ganggu deh... masih nanti kuliahnya jam sepuluh." Ujarnya datar. Aku berhenti mengguncangnya.

"Oh... masih nanti... tapi kak ali gk mau makan ayam goreng? Kak ali kan suka sama ayam goreng. Keburu habia lho... ayamnya." Ujarku. Tapi dia masih dengan posisi tidurnya. Aku menghela nafas kesal. Ternyata orang ini gk akan kepengaruh kalo dibilangin tentang makanan.

"Yaudah deh kalo kak ali gk mau bangun. Aku gk maksa. Dari pada bangunin kak ali gk bangun2 mending aku siap2 buat berangkat ke kampus." Ujarku dan aku segera ganti baju menuju kamar mandi.

Setelah aku keluar dari kamar mandi aku masih melihat kak ali yg masih betah dengan tidurnya. Aku memutar bola mataku kesal. Kak ali ternyata kayak kebo ya. Tidur mulu. Tiba2 aku melihat ponselku berkedip di atas meja rias. Sepertinya ada telfon.

"Hallo....??? Raka ada apa nelfon pagi2?" Tanyaku saat aku sudah mengangkat telfonnya. Ya ternyata yg menelfon adalah raka.

'Hallo prill... lo mau berangkat y?'

"Iya tapi gue masih mau makan dulu. Kenapa emang?" Tanyaku heran. Buat apa dia tanya gitu sama aku.

'Lo mau gk kalo berangkat bareng. Gue jemput lo gitu.' Aku mengerutkan dahiku.

"Jemput? Lo mau jemput gue? Emangnya lo tau rumah gue di mana?"

'Emmh... enggak sih. Tapi lo bisa kasih tau gue jemput lo di mana.' Boleh juga tawaran raka. Lumayankan aku gk akan ngeluarin uang buat bayar ongkos. Bisa ngirit.

"Emm... gimana yah... yaudah deh bol- eh...." aku kaget saat tiba2 ponselku di ambil seseeorang dari belakang. Aku menoleh ke belakangku. Ternyata kak ali lah pelaku dari pengambilan ponselku tadi. Kapan dia bangun? Perasaan tadi dia tidur. Dia menatapku tajam.

"Prilly berangkat sama gue lo gk perlu jemput."

Klik.

Kak ali mematikan telfon itu secara sepihak. Aku merengut memandang kak ali. Kenapa dia seenaknya saja sih mengambil ponselku.

"Kak ali kenapa ngomong sama raka sih? Nanti kalo dia curiga gimana?" Ujarku kesal.

"Bagus dong." Ujarnya santai sambil berlalu menuju kamar mandi.

"Dasar.  ihh.... huuuuh...." ujarku dengan mengeratkan gigiku dan membuat gerakan seperti akan memukulnya dari belakang. Dia membalikkan badannya dan memandangku.

"Pokonya kamu harus berangkat sama aku. Kamu tunggu aku di ruang makan." Ujarnya dan berlalu ke dlm kamar mandi. Dengan kesal aku membuka pintu kamar dan menutupnya sedikit keras. Lalu akupun berjalan ke ruang makan.

_________________________________________________________

Bersambung.....

#1 My Cold Senior Is My Husband ( Diterbitkan )Where stories live. Discover now