Lima Belas || Why?

5.2K 228 49
                                    

Setelah sekolah bubar, Sivia dan kawan-kawan segera membawa kabur Ify. Sebelum ketahuan Rio, karena mereka yakin, cowok yang merangkap sebagai bodyguardnya Ify itu nggak akan membolehin Ify pergi bersama para sohibnya. Terbukti sejak kedatangan Rio di hidup Ify, cewek itu jadi jarang nongkrong bareng teman-temannya seperti dulu.

Ify nggak memberontak saat Shilla mencekal tangannya, sedikit menyeret Ify untuk menaiki mobil Sivia. Sesampainya di mobil, keempat sohibnya sudah duduk manis di sana. Mereka menatap Ify dengan cengiran kompak seperti biasa. Di jok depan ada Sivia dan di sampingnya ada Gabriel yang mengemudi mobil ini.

Sivia yang berada di depan harus melongok ke belakang untuk dapat melihat Ify. Cewek itu yang paling bersemangat di antara yang lainnya. Matanya berkilat-kilat menatap Ify, membuat Ify berkali-kali menahannya napasnya. Sambil pikirannya terus saja menerka-menerka apa  yang akan dilakukan mereka padanya.

"Kita mau ke mana, sih? Kok kalian nyulik gue? Kalau Rio nyariin gimana?" Ify mencerca. Cewek itu sudah terbiasa berangkat dan pulang sekolah bareng Rio. Dan ketika dia pergi--tepatnya diculik para sohibnya-- tanpa sepengetahun Rio, Ify mendadak nggak enak hati. Dia takut Rio cemas karena Ify nggak bilang dulu. Eh? Kok Ify PD banget ya punya pikiran kayak gitu?

"Kan udah gue bilang, nanti malam lo harus jadi cewek paling cantik. Dan kenapa lo kayak yang peduli amat sama Rio?" Shilla menatap Ify penuh selidik.

Muka Ify praktis memerah. Reflek saja, tiba-tiba Ify merasa pipinya memanas. Mendengar namanya saja sudah memberikan efek seperti ini. Duh, emangnya Ify kenapa sih?

"Apaan sih, Shil? Gue cuma takut tu cowok ngadu sama bokap kalau gue keluyuran." Ify mengelak.

"Kenapa nggak dihubungi lewat ponsel aja?" Febby mengusulkan.

Ify mendadak muram, kalau saja dia nyimpan kontaknya Rio pasti sekarang nggak akan ketar-ketir kayak gini. Ini semua kerena Ify yang terlalu gengsi untuk sekadar menanyakan kontak Rio. Menggigit bibir bawahnya, Ify berujar, "gue nggak punya kontaknya."

"Astaga, tinggal serumah tapi nggak punya kontak satu sama lain!?" Sivia mulai heboh. Cewek itu melirik Gabriel yang sedang fokus mengemudi. "Iel, kamu punya kontaknya Rio, kan?

Gabriel menoleh sekilas, kemudian menjawab, "ada. Telpon pake hapeku aja." Gabriel mengeluarkan ponselnya dari saku lalu menyerahkannya pada Sivia.

"Oke." Sivia kemudian melongok ke belakang lagi, cewek itu mengulurkan ponsel Gabriel ke Ify. "Nih, Fy, pake ponsel Iel aja."

Ify menerimanya. Layar ponsel tersebut sudah menunjukkan kontak Rio. Menekan tombol call, lalu terdengar nada sambung dari sebrang sana.

"Hallo, Yo. Ini gue Ify,"

"...."

"Iya, gue pake hapenya Iel."

"...."

"Iya Iel di sini juga, dia yang nyetir."

"...."

"Gue baik-baik aja kok, bilangin ke nyokap, gue ada urusan dulu." Kemudian sambungan pun terputus.

"Ekhemmm..., Kayaknya yang di sana khawatir banget, tuh." Shilla meledek membuat Ify salah tingkah. Kayaknya Shilla dengar pembicaraan Ify sama Rio tadi deh. Secara, cewek itu yang jaraknya paling deket sama Ify.

Ify sadar kalau saat ini wajahnya sudah kayak kepiting rebus, merah banget. Panas pula! Dan sebelum yang lainnya ikutan ngegodain, Ify buru-buru menyerahkan kembali ponsel Gabriel.

{.}

"Njirr, ini rambut gue diapain?" Ify mengamati dirinya sendiri di cermin. Dia sampai nggak bisa percaya kalau cewek dengan rambut dua warna itu adalah dirinya. Seumur-umur Ify nggak pernah pake pewarna rambut, ini kali pertamanya. Dan dia merasa pangling.

"Itu namanya ombre!" Sahut Shilla yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Ify. Penata rambut yang tadi mengurus Ify melemparkan pandangan pada Shilla yang langsung dihadiahi acungan jempol olehnya.

Ify mengembuskan napasnya keras-keras. Tadi, setelah mereka menyulik Ify, mereka membawa Ify ke salon. Katanya para sohibnya itu ingin merombak penampilan Ify untuk  malam ini. Ify sendiri nggak ngerti kenapa teman-temannya ngotot banget pengin ngelakuin ini cuma gara-gara dia mau datang ke pesta ulang tahunnya Alvin. 

"Sekarang tinggal pilih baju. Yuk Fy, cepetan, keburu sore ntar."

Lagi. Ify mengehela napas berat, tapi tetap menuruti Shilla.

{.}

"Lo pake ini." Sivia menyodorkan sebuah topeng pada Ify.

"Kenapa?" Cewek itu mengerutkan kening bingung.

"Semua yang datang ke pestanya Alvin harus pakai topeng." Shilla memberitahu. Cewek itu sendiri sudah memakai topengnya. Topeng berwarna biru tua yang di setiap sisinya di lapisi kerlap-kerlip berwarna perak.

Sementara Ify, cewek itu mengambil topeng berwarna merah yang disodorkan Sivia kemudian memakainya.

"Dengan penampilan lo yang begini, gue yakin orang-orang nggak bakal percaya kalau itu lo." Shilla mengerling jenaka.

Benar. Ify kali ini mengenakkan  dres selutut berwarna peach. Cocok banget buat Ify yang mungil, dan yang paling beda adalah rambutnya! Iya, rambut Ify dirombak habis-habisan, rambutnya dipotong dua sentimeter di bawah bahu, tanpa poni, bagian atasnya dibiarkan warna hitam sedangkan bawahnya berwarna marun. Hahaha, kebayang nggak?

Setelah mereka bertiga sampai di tempat tujuan alias rumahnya Alvin, Sivia segera menghambur pada Gabriel yang sudah menunggunya di dekat meja tamu. Shilla sendiri sudah tarik oleh Obiet untuk dijadikan pasangan cowok itu malam ini. Sementara Ify, dia bingung sendiri harus ngapain.

Gara-gara semua yang ada di sini pakai topeng, Ify jadi susah buat ngenalin mereka. Cewek itu berniat mencari Alvin untuk mengucapkan selamat, tapi sebelum itu terjadi seseorang menarik tangannya lebih dulu.

Ify mengikuti kemana arah cowok itu membawanya. Menelusuri rumah area pesta di rumah Alvin yang cukup luas itu. Kemudian cowok itu berhenti berjalan. Keduanya kini berada di lorong yang cukup sepi.

Cowok itu masih mencekal tangan Ify. Nggak ada orang sama sekali di lorong ini, cuma mereka berdua. Dan hal itu membuat Ify takut. Gimana kalau cowok ini punya niat jahat padanya? Tapi, dari postur tubuhnya kayaknya Ify nggak asing deh sama dia.

Cowok itu memutar badannya, berhadapan dengan Ify. Pandangannya lurus pada manik mata Ify. Dan seketika itu juga Ify merasakan jantungnya berdetak liar, sementara matanya nggak bisa berpaling dari pandangan cowok itu. Ify tahu siapa dia, tapi untuk apa cowok itu melakukan ini?

Keadaan yang tadinya hening berubah bising ketika terdengar bunyi nada dering yang cukup keras dari ponselnya Ify. Kebetulan ponsel itu berada di genggamannya, praktis Ify mengangkat panggilan itu. Tapi, sebelum dia berhasil menempelkan benda pipih itu di telinga, cowok tadi tiba-tiba saja merebut ponsel Ify.

Ify terperangah, dan reflek dia berseru, "Rio!"

{.}

Huft, apaan ini? Gue stuck, Man! Someone help me please :(((((

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reminds Me Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang