Empat Belas || Pasangan

4.1K 191 9
                                    


Jam istirahat telah usai, satu persatu murid SMA Mars mulai meninggalkan kantin. Hanya menyisakan beberapa siswa yang masih ingin menikmati jajanannya, atau karena telat istirahat jadinya mereka telat ngantin juga. Rio baru saja akan kembali ke kelas sebelum suara Alvin menginterupsinya untuk tetap duduk. Cowok dengan jabatan sebagai kapten basket itu menyerahkan sebuah kartu undangan pada Rio.

"Apaan, nih?" tanya Rio setelah menerimanya.

"Baca aja," jawab Alvin sambil nyengir.

Setelah mengamati kartu undangan tersebut, barulah Rio tahu kalau Alvin mengundangnya ke acara ulang tahun cowok itu. Rio tersenyum separo, merasa Alvin adalah cowok paling lebay yang pernah dia temui. "Kalau mau ngundang ya tinggal bilang aja kali, nggak usah pake kartu ginian segala, warna pink lagi." Rio berkata kalem.

"Lo belum tahu gimana rempongnya dia sih, Yo! Tiap taun juga dia suka sebar kartu undangan gitu, cem orang mau kawinan." Gabriel menyeletuk.

"Kan biar elegan, nyet!" sungut Alvin nggak terima dibilang kayak orang yang mau kawinan. Lagipula apa salahnya sih ngundang pakai kartu undangan? Bukannya itu lebih bagus, ya? Lebih sopan gitu.

Rio terkikik melihat perdebatan kecil antara kedua sohibnya itu. Lalu dia bertanya, "gue harus dateng, nih?"

"Iya haruslah! Tapi lo harus bawa pasangan, wajib!"

"Kalau lo nggak mau dibilang jomblo ngenes atau cowok homo itu juga, hehe...." Alvin nyengir memperlihatkan deretan giginya.

"Lo ajak Ify aja, Yo!" usul Obiet tiba-tiba. Cowok dengan tampang manis itu sedari tadi baru mengeluarkan suaranya. Dan usulannya segera mendapat gelengan kepala dari Gabriel.

"Ify kan udah diboking sama Alvin, nyet!" kata Gabriel mengingatkan.

Kening Rio mengernyit dalam tanda nggak paham.

"Iya, jadi si Ify udah dipesan sama yang punya pesta buat nanti malem," lanjut Gabriel menerangkan.

Mendadak Rio merasa nggak terima, emang Ify barang apa pake dipesan-pesan segala? Kalau untuk datang ke pesta ulang tahun saja harus membawa pasangan, gimana kalau ke kondangan? Minimal harus punya istri kali yak.

"Kalau gue nggak dateng, gimana?" Bukannya Rio nggak mau dateng karena nggak ada pasangan. Cuma, dia itu kurang suka dengan yang namanya pesta.

"Lo nggak solider, njing!" Alvin berseru nggak terima. Bagaimana pun juga, di acara ulang tahunnya yang kedelapan belas ini, dia mau teman-teman seperjuangan di tim basketnya hadir.

"Kalau lo nggak ada pasangan, gue rela jadi pasangan lo, Yo," ujar Obiet sok genit ditambah kerlingan mata ala cabe-cabean.

"Najis!" komentar Gabriel sambil memandang Obiet horor.

"Gue usahain," kata Rio akhirnya. Nggak tega melihat tampang memelas Alvin yang sepertinya pengin banget Rio hadir di acaranya.

{.}

Rio nggak konsen belajar, meskipun matanya memerhatikan Pak Kusuma yang lagi menjelaskan rumus-rumus matematika di depan, tapi pikirannya nggak terfokus ke sana. Undangan pesta ulang tahunnya Alvin tadi membuat Rio cukup pusing, pasalnya dia nggak punya pasangan. Dan kalau saja Alvin bukan gebetannya Ify, sudah pasti cowok itu akan menggaet Ify sebagai pasangannya di pesta Alvin.

Yang bikin Rio penasaran itu, pesta seperti apa sih? Kenapa harus membawa pasangan? Rio jadi curiga kalau Alvin mengadakan pesta ala-ala orang dewasa. Tapi masa iya? Kelihatannya Alvin adalah anak baik-baik.

Saking asyiknya melamun Rio sampai nggak sadar kalau sedari tadi Pak Kusuma sudah memerhatikannya. Lelaki yang berusa setengah abad itu menggeleng-gelengkan kepala, dia berjalan mendekati meja Rio. Lalu, sepersekian detik berikutnya terdengar suara gebrakan meja yang sangat keras. Kaum cewek yang ada di kelas itu praktis menjerit kaget sementara para cowok mengelus dadanya saking kaget.

Suara itu juga berhasil membawa kembali kesadaran Rio. Cowok itu kembali pada kenyataan, dan kini di depannya sudah ada pak Kusuma yang menatapnya garang. Tatapan mata beliau seolah berkata, "Kena Kau!" Dan Rio memasang ekspresi ngerinya. Kalau Pak Kusuma udah kayak gitu, pasti nggak akan ada ampunan untuk Rio.

"Bukannya memeperhatikan malah ngelamun!" Sentak Pak Kusuma.

Rio meringis, dengan terbata dia berkata, "maaf, Pak."

"Maaf, maaf. Keluar kamu!"

"Tapi, pak saya kan---" Belum sempat Rio melanjutkan kalimatnya Pak Kusuma sudah mengegebrak meja lagi, menimbulkan suara yang nggak kalah keras dari yang tadi.

Rio mendesah pasrah, cowok itu bangkit kemudian berjalan keluar.

Bisa dikatakan ini suatu keberuntungan buat Rio. Di saat kepalanya lagi pusing, Pak Kusuma memperbolehkannya nggak mengikuti pelajaran. Rio bersyukur karena dikeluarkan dari kelas, dia bisa memfokuskan pikiran untuk satu tujuan; mencari pasangan buat ke pesta Alvin.

Lagipula, Rio pasti bisa mengejar materi yang tertinggal. Bahkan, materi yang tadi di pelajari di kelas pun sudah dia pahami betul. Beruntunglah dirinya dikarunia otaknya cemerlang. Tapi, di saat-saat seperti ini, otak secerdas einstein pun nggak ada gunanya. Efek nggak punya kenalan cewek di Bandung, Rio hampir putus asa dan ingin mempertimbangkan lagi niatnya untuk datang ke pesta Alvin.

Rio berjalan menyusuri koridor untuk mencari inspirasi. Mendadak matanya menangkap sosok Keke yang lagi berdiri di depan mading. Kalau ngegaet Keke buat jadi pasangan nanti malam, boleh juga kali? Keke cantik dan menarik. Para sohibnya pasti akan memujinya karena karena berhasil membawa puteri Bintang Iklan itu. Merasa belum tahu aja sih kalau cewek yang sedang jadi sorotan di SMA Mars adalah mantan pacarnya Rio. Kira-kira gimana reaksinya kalau meraka tahu?

Memikirkan semua itu, membuat Rio nggak sadar kalau dia makin dekat sama mading, juga tempat di mana Keke berpijak. Sebelum Rio benar-benar sampai di sana, Keke lebih dulu menyadari keberadaan Rio. Cewek itu melempar senyum manis madunya seperti biasa.

"Rio!" serunya antusias.

"Hai, Ke," balas Rio setelah dia berhasil memposisikan diri di sebelah Keke.

"Lo kok nggak masuk kelas?" tanya Keke heran. Yang dia tahu, Rio adalah siswa yang nggak suka menyia-nyiakan waktu belajar untuk keluyuran di jam pelajaran seperti sekarang.

"Gurunya nggak masuk," dusta Rio gengsi. Malu dong kalau harus bilang dia dikeluarin gara-gara melamun dikelas?

Keke ber'oh Rio menanggapi jawaban Rio. Kemudian cewek itu bertanya, "tau cowok yang namanya Alvin, nggak?"

Kening Rio praktis mengernyit tanda keheranannya. Untuk apa Keke nanyain Alvin? Tapi, Rio menjawab juga, "tau. Dia sekelas sama gue." Karena yang Rio tahu cowok bernama Alvin di sekolah ini hanya satu, dan kalaupun ada dua, pasti Alvin yang dimaksud Keke tetap Alvin yang dia kenal.

"Wah kebetulan, gue diundang ke pesta ulang tahunnya, tapi gue nggak tahu rumahnya di mana. Lo mau kan ke sananya bareng gue?" tawar Keke seolah tahu kalau Rio juga diundang.

Rio nggak tau ini keberuntungan atau justru kesialan. Kebetulan sekali Rio ini lagi mencari pasangan untuk ke pesta Alvin, dan Keke menawarkan diri. Rio bingung harus menjawab iya atau tidak. Pasalnya ini akan menjadi pertama kalinya mereka pergi bareng setelah keduanya tidak terikat hubungan lagi. Tapi Rio juga nggak mau dibilang jomblo ngenes gara-gara nggak ada pasangan. Apalagi dibilang homo, Rio masih lurus, masih normal.

Meskipun dalam hatinya dia mengharapan Ify yang akan menjadi pasangannya nanti malam, tapi dia nggak boleh egois. Dia nggak mau dibilang temen makan temen. Rio tahu kalau Alvin juga suka sama Ify. Tapi, tetap aja, sebagian dari diri Rio nggak rela kalau Ify sama Alvin.

Dan kini Rio telah memutuskan untuk menerima tawaran Keke, "Oke, nanti malam gue jemput jam 7." Kemudian cowok itu berjalan kembali tanpa repot-repot menunggu persetujuan Keke.

Sementara di tempatnya, Keke mengulum senyum bahagia.

{.}

Hai, gue updet cepet lagi gaisss :v bolehh dong komen-komen di lapak ini, ramein, biar nggak sepi mulu cem kuburan :((( Biar guenya semangat juga buat nulis :)

Reminds Me Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang