Lima || Care (?)

3.8K 191 2
                                    


♡♡♡♡

"Ini apa?" tanya Fendy--Ayahnya Ify--

Mata Ify hampir keluar saat melihat lembar jawaban ulangan matematika yang ditunjukkan oleh Fendy tadi. Dari mana ayahnya bisa menemukan kertas itu? Seingat Ify hasil ulangan matematika kemarin udah dia simpan di tempat yang aman. Karena, nilainya selalu merah. Ify tidak pernah mendapatkan nilai yang membanggakan untuk pelajaran yang satu itu. Namun, untuk pelajaran yang lain--yang tidak ada perhitungannya-- bisa dikatakan Ify lebih unggul. Yup, cewek itu tidak menyukai matematika!

Kalau sudah begini, Ify cuma bisa mendesah pasrah, "hasil ulangan, Yah," jawabnya lemes. Ify enggak mau liat air muka ayahnya. Soalnya Fendy paling disiplin kalau masalah nilai.

"Ini kamu gak pernah belajar apa gimana, sih?" tanya Fendy lagi.

"Ify udah belajar kok. Tapi, itu soalnya emang susah-susah, Yah!" Enggak bohong banget, kok. Malam harinya sebelum ulangan Ify sempat baca-baca buku cetak matematika. Tapi, yang namanya matematika kan harus dilatih, harus dicoba, enggak cukup dibaca doang. Kecuali kalau yang baca orang jenius.

"Itu pasti gara-gara kebanyakan nonton drama korea, Yah!" Celetuk Difa yang entah sejak kapan udah ada di sana. Lengkap dengan senyum tengil di wajahnya.

"Apaan sih, Dipa? Eh, ini pasti kerjaan, Lo, ya?" Ify jadi curiga kalau ayah dapat kertas hasil ulangan Ify dari Difa. Siapa lagi coba manusia yang suka jail? Ini Difa pasti nemu kertas itu di tas Ify.

"Enak aja lo, Kak main nuduh orang sembarangan!" Seru Difa enggak terima.

"Siapa lagi yang coba yang suka kepo sama nilai-nilai gue?" Tanya Ify sengit.

Difa emang suka kepo sama nilai-nilainya Ify. Dan kalau dia nemuin nilai Ify yang jelek, Difa akan memberikannya pada Fendy. Mentang-mentang Difa jago matematika!

"Yee, siapa juga yang kepo? Gue kayak gini karena gue perduli sama lo, Kak!" Ujar Difa berlagak menjadi adik yang baik. Namun, Ify tidak semudah itu percaya sama Difa. Dia kan tengil! Jadi, cewek itu enggak terpengaruh, masih saja memandang kesal adiknya dengan dada yang naik turun.

"Modus banget sih, Lo! Cari muka mulu sama Ayah." Ify bersedekap dan mengalihkan pandangan ke arah lain.

Fendy cuma geleng-geleng kepala liat kelakukan kedua anaknya itu. Jarang banget mereka akur, atau bahkah gak pernah akur. Tapi Fendy yakin kalau sebenarnya Ify dan Difa itu saling menyayangi. Cuma, mereka enggak bisa mengeskpresikan rasa sayang itu dengan baik.

"Ify, ayah gak mau ya kalau sampai nilai kamu jelek kayak gini lagi!" Ujar Fendy tegas.

Ify mendengus, kemudian menganggukkan kepala sok patuh.

"Yah, mendingan Kak Ify belajar sama Kak Rio aja. Dia kan pinter!" Seru Difa yang langsung mendapatkan delikkan tajam dari Ify. Cowok itu nyengir jail.

"Bener kata Difa, yaudah mulai sekarang Rio akan jadi guru privat kamu!"

Baru saja Ify mau protes Fendy segera menatap Ify tegas. Lalu berkata, "tidak ada tapi-tapian!"

Ify mengembuskan napasnya kasar. Kesialan itu datang lagi! Dia melirik Difa yang sedang tersenyum puas. Nyebelin banget! Rasanya tangan
Ify gatel banget pengin nyekik leher Difa.

♡♡♡♡

Sore ini adalah pertama kalinya Rio bakalan jadi guru pribadi Ify. Cowok itu lagi duduk di karpet ruang tengah, menunggu Ify yang masih belum muncul. Sambil menunggu cowok itu membuka buku cetak matematika yang sudah di sediakan. Sedikit menundukkan kepalanya sampai gak sadar kalau Ify sudah berada di depannya. Ify menyipitkan matanya memperhatikan Rio yang lagaknya kayak udah jadi guru profesional aja, pake kacamata plus bajunya rapi banget. Padahalkan cuma belajar di rumah doang?

Ify berdeham berusaha menarik perhatian Rio dari buku tebalnya itu.

Cowok itu mendongak kemudian menatap balik Ify. Sore ini Ify terlihat manis dengan baju overallnya. Rambutnya diiket asal sehingga menyisakan beberapa anak rambut di tengkuknya. Rio jadi gemes. Tapi dia gak mau Ify tahu itu. "Jadi, lo mau mulai dari mana belajarnya?" Tanyanya.

Ify duduk di depan Rio, "mana gue tau, kan elo gurunya!" jawabnya ketus.

"Kan yang mau belajar, lo," cibir Rio. Dia membuka halaman bagian trigonometri yang kemarin menjadi soal ulangan. Cowok itu menuliskan rumusnya pada buku tersebut,  lengkap dengan contoh soalnya, kemudian memberikannya pada Ify, "Coba lo perhatiin dulu," katanya.

Ify mengambil buku itu, liatnya aja udah bikin kepala Ify pusing. Perutnya mual, huft!

Rio menyadari reaksi Ify, cowok itu lantas mengambil kembali buku tersebut. "Sini gue jelasin dulu," katanya. Lalu, Rio mulai menjabarkan materi trigonometri itu.

Bukannya merhatiin apa yang Rio jelaskan, Ify malah sibuk memperhatikan wajah Rio. Si Rio ini bukan cuma ganteng, giginya gingsul sebelah, dan bikin dia kelihatan manis kalau senyum. Eh senyum?  Iya Rio lagi senyum sama Ify! Bikin Ify meleleh dan perutnya mulas. Tapi, sepersekian detik berikutnya senyum itu berubah jadi asem, gak manis lagi!

"Kok lo malah merhatiin gue, sih?" tanya Rio sedikit kesal. Udah cape-cape jelasin Ifynya malah enggak fokus! Kan nyebelin banget.

Abis muka lo enak buat diperhatiin! Jerit Ify dalam hati, enggak sampai menyuarakannya. Entar bisa-bisa cowok itu kegeeran lagi! "Siapa juga yang perhatiin, lo? Geer banget sih!"
Rio mendecak, "Udah ketauan masih ngeles lagi. Ternyata gue lebih menarik daripada matematika, " katanya kalem.

Ify tersentak. Dia bilang apa? Cewek itu memasang tampang sebal, "Ishh, lo percaya diri banget sih!"

Rio hanya mengangkat alisnya kemudian berkata, "belajarnya sampai di sini aja ya, kalau di lanjut takutnya entar lo makin terpesona sama gue," katanya tenang.

Gak ada ekspresi yang berarti di wajah itu. Dan hal  yang membuat Ify semakin sebal sama dia: tingkat kepercayaan diri yang tinggi juga wajah sok kalemnya yang menyebalkan.

♡♡♡♡

Ify melirik jam dinding yang terpatri di ruang tengah. Pukul setengah delapan! Pantesan aja Ify lapar, dia belum makan malam. Ayah sama Bundanya lagi kondangan. Difa lagi ngapelin si Angel, pacarnya. Jadi, cuma ada Ify dan Rio di rumah ini. Cowok itu juga enggak keluar kamar sejak tadi sore.

Ify beranjak dari posisi pewenya yang lagi nonton drama korea. Dia berjalan ke dapur, ingin mencari makanan.

"Ngapain lo?" tanya Ify heran saat mendapati Rio lagi di dapur juga. Cowok itu kayaknya lagi menggoreng sesuatu.

"Masak," jawabnya pendek.

Ify berjalan ke arah Rio ingin melihat apa yang dibuat olehnya. Hanya sebuah telur ceplok! Yang begitu dibilang masak? Ify kira cowok itu beneran masak. Kalau cuma buat telur ceplok mah Ify juga bisa kali.

"Lo mau juga?" tawar Rio

Ify menatap cowok itu takjub. Sejak kapan dia jadi baik kayak gini? Mau bilang iya tapi gengsi, yang dilakukannya hanya menggelengkan kepala.

Tapi tiba-tiba terdengar suara kruk yang berasal dari perut Ify. Cewek itu nyengir sambil merutuki kebodohannya dalam hati. Ini perut malu-maluin aja sih!

"Ck, kalau laper bilang aja kali. Lo tunggu di meja makan gih, ntar gue buatin."

Ify menurut kemudian menyeret kakinya ke ruang makan, lokasinya sebelahan sama dapur.

Hanya menunggu lima menit, Rio menghampirinya sambil membawa dua piring telur ceplok. "Makan dulu, Fy. Gue tau lo belum makan dari siang," kata Rio sambil memberikan nasi pada piring Ify.

Ify melongo tak percaya. Rio berubah jadi baik. Mukanya juga lebih adem sekarang, enggak dingin kayak biasanya. Dan tindakkannya itu bikin Ify berasumsi kalau cowok itu care padanya. Namun, dia segera membuang jauh-jauh pikiran itu. Riokan emang ditugasin buat jagain Ify, kenapa juga Ify harus ngerasa kalau Rio emang beneran care sama Ify?

♡♡♡♡

See you next chapter!

Reminds Me Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang