Bab 30

196K 7.9K 126
                                    

"ceraikan aku kalau begitu!"

Deg.

Deg.

Deg.


Deg.

Deg.

Aku terjaga dari tidurku dengan tubuh penuh keringat dingin. Aku mengusap wajahku dan menormalkan detak jantungku.

Mimpi itu...

Mimpi saat mama meneriakkan kata cerai itu selalu menghantuiku. Aku menoleh kesamping dan aku heran Rangga tidak ada disini.

Aku menoleh kekamar mandi dan kosong.

Pandanganku beralih pada jam dimeja.

6.30

Saat aku mau tidur lagi aku tersadar. 6.30 itu sudah siang. Dan aku buru-buru bangun dan

Srettt...Brakkk!

"Aduhhhh..... Lututku..." aku meringis dan kulihat selimutku robek karena aku jatuh tadi.

"sayang...." suara Rangga histeris begitu muncul dari balik pintu kamar.
"ga apa-apa...ga apa-apa..." aku bangkit berdiri dan kembali kejadian tadi terulang dan lebih parah lagi jidatku kejedok lantai.

Aku menggigit bibirku rapat-rapat supaya tidak berteriak dan menangis sejadi-jadinya dihadapan Rangga.

Gengsi!

Yupz!

Tapi.... Persetan dengan gengsiku yang jatuh ataupun kalau Rangga ketawa ga peduli dan

Huaaaaaaaa......

Nangis kenceng!

Panik!

Ya, Rangga panik sampai entah apa yang dibawanya tadi dilempar begitu saja dan bantuin aku.

Bantuin dengan menggendongku dan mendudukkanku dipangkuannya sedang dia sendiri duduk dikasur.

"ssshhhhh....udahhh...." dia memelukku dan menggosok punggungku supaya tenang.

Childish?!

Terserahlah. Yang pasti kepalaku, pantatku dan lututku sakit. Kalian boleh bilang aku childish tapi rasakan aja gimana sakitnya jatuh berturut-turut.

"hei..." dia menghapus air mataku yang meleleh.

"lo ketawa aja kalau mau ketawa..." suaraku terbata-bata dengan suara serak khas seseorang habis nangis kenceng.

Cup.

Aku melotot.

"hukuman! Lo gue melulu...susah ya bilang aku kamu?" protesnya.

"nggg...."

"jangan nangis lagi..." ucapnya sambil merapikan anak rambutku yang berantakan.

Brondong [Tersedia di Toko Buku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang