"ah, yes ofc. Hanya ada 2 orang yang menempati apartmentnya, seorang laki-laki tua di lantai 6 dan ibu muda dengan anakanya yang baru beberapa hari pindah kesana. Kau butuh sekali? Pamanku yang bekerja disini teman dari pemilik apartment itu, pemiliknya tak pernah datang kemari. Hanya transaksi lewat email"

Ibu muda dengan anaknya

Kata-kata itu terus berlarian di otaknya.

"sir?"

"ah, yes can i talk with your uncle?"

"he will get your coffee later. You can sit down now, sir"

"ah right" setelah tangannya menyerahkan uang yang ditolak kembaliannya oleh Calum, dia segera berjalan kembali ke tempat duduk dekat jendela. Masih menamati bangunan yang ingin dia buka semua pintunya.

From: Mali

She refused all money i give after she met you. She only works as waitress what do you expect her house will be? Dont dare to meet her right now!

To: Mali

I wont give her chance to runaway from me now Mali, dont worry i wont scare her. I dont dare appear in front of her either

"this is your coffee, sir" seorang laki-laki setengah baya berdiri menghampirinya, meletakkan kopi panas di depan Calum "i heard you need apartment to stay?"

"ah right. Sit down please and just call me.... Thomas"

"i'm Maurice. The one who have that building is my friend. When you need it Thomas?"

"before that, can i know who live in that building?"

"ah sure, one man live in 6th floor name Amos. He only use his room for sleep. He's really busy man and a young mother and her kid. Gabrielle and her kid Laice, dont worry about them they are really lovely. Her mother always ask me to take care of her kid here and Laice always make this room lighten up, while Gabby often help to be waitress here. Even our muffin's recipe is from her"

Senyum terus terkembang di wajah Calum. Lega rasanya dia benar-benar disini. Matanya memandang bangunan yang mereka tempati. Gael always like that, dia benar-benar pandai membuat kue. Sebelum kenangan manis mereka menghambat otaknya berpikir sekarang, Calum memandang Maurice yang masih bercerita tentang ibu dan anak itu. siapa yang mampu tak jatuh cinta pada gadis seperti dia?

"so? You interested to move in, Thomas?"

"ah, can you show me around there?"

"sure sure. i'll get the keys of the room you can wait there"

Calum hanya mengangguk dan tersenyum memandang Maurice berjalan meninggalkannya. Gelas kopi yang masih utuh diambilnya dan berjalan menuju bangunan apartment yang ada di depan cafe itu. Oh shit! Bagaimana jika Gael di dalam? Bagaimana jika nanti gadis itu melihatnya dan memutuskan pergi lagi?!

"shall we get in?" kata Maurice menghampirinya

"w-wait. Is there any people inside? I really not ready to say proper halo"

"dont worry, mr Amos always busy till night and Gabrielle is in her working place, and ofc Laice is in daycare"

Bagus, sangat bagus. Tidak akan Gael tahu dia tinggal seatap dengannya lagi. Mereka berdua segera masuk bangunan. Ah tidak terlalu buruk pikir Calum. Bangunan di dalam lebih baik daripada dari luar. Tempat ini cukup bersih untuk seorang anak tumbuh. Hanya saja, tak ada lift yang bisa digunakannya untuk menghemat waktu, dia akan lebih sehat kalau begitu.

"each floor has one room?"

"ofcourse not. There are only 3 floors has room"

---

"are you crazy or what?!" segera saja suara Ashton terdengar satu langkah saat kakinya menginjak apartment Calum. Ashton melihat kardus-kardus yang tengah tertata di semua ruangan, dia sudah mulai mengepaknya. Calum yang berdiri disana masih menghias wajahnya dengan senyum gila yang seperti terpatri di wajahnya hari ini "are you serious to move?"

"ash, dont worry i wont sell this apartment. I only do for few days there"

"oh right few days. After everything settled up, days will be weeks, weeks will be months, and ofcours months will be years. Do you think your work will be all easier after you move? It's fucking 1 hour away from here. What about all the money i spend in this apartment? What about other boys?"

Tak berguna kata-kata Calum sekarang, Ashton tak akan mempercayainya. Dia hanya perlu membuktikan bahwa semua akan baik-baik. Tak akan ada yang berubah dari pekerjaannya di Los Angeles hanya karena rumahnya sekarang satu jam dari studio. Sekarang 'protect them from afar' terasa lebih nyata. Apartmentnya akan berada tepat satu tingkat di atas Gael. Semua akan baik-baik saja, gael ada di depannya bersama Laice mereka akan baik-baik saja.

"dont you listen what i just said, Calum Hood?"

"from now on if you wanna call me near my new apartment, i'm not Calum. I'm Thomas okay?"

"what-"

"hai Ashton, I'm Thomas" cengiran bocah Calum mulai ditampakkannya

"seriously dude. Now i know how messed up your life before this by look on how silly your smile just now"

"i am a zombie before this, dont you know. You told other too?"

"ofcourse i am. They have same comments with me"

"it's just an hour, Ash. Gael used to have worst momment when she only 19 years old. I'm nothing compare her"

---

"someone move to the apartment Maurice?" Gael masuk cafe menggandeng putri kecilnya Laice yang daritadi tak berhenti bernyanyi, entah apa senandungnya

"oh yes. A single guy name Thomas. You saw him?"

"oh no, i just said from here that the window is open. The curtain changed too. Young or an old one?"

"young and handsome, miss Elliene! You can try to get close to him" canda pemuda yang sedang bertugas di kasir, pemuda bernama Jed

"oh no Jed. I dont interest with young one" canda Gael "do you mind if you take care of Laice tomorrow?"

"yes ofcourse as long as Laice is okay" Maurice menundukkan badannya untuk berada sejajar dengan Laice yang menghentikan lagunya

"ofcourse i love uncle Maurice!" teriaknya sambil memberikan pelukan singkat pada laki-laki paruh baya itu "plus you smell delicious, uncle"

Gael tersenyum mengambil apron yang diletakkan di dekat meja kasir, setelah Laice lepas dari genggamannya seperti biasa dia mulai membuat adonan untuk membuat muffin. Muffin hangat untuk para pelanggan malam cafe tua itu. diliriknya kamar yang berada di atas kamarnya dengan jendela terbuka. Thomas memang bukan nama yang jarang dia dengar, banyak rekannya yang bernama Thomas tapi kali ini yang ada di pikiran Gael hanya nama tengah Calum yang sedikit mengusiknya.

"just because he appeared that time, doesnt mean he will appear now magically. It's far enough from him" bisik Gael lebih pada dirinya sendiri yang akhirnya memulai pekerjaannya sebagai pembuat muffin di cafe ini, untuk membayar perlakuan baik Maurice pada anaknya dan dirinya.

Seseorang yang berada di jendela yang tadi dilihat Gael menampakkan tampangnya. Melihat 2 gadis yang menjadi alasan dia kemari, senyum masih menempel setia di wajahnya. Setidaknya Gael tak melihatnya tadi. Keuntungan baginya kali ini.

---


SAVE (c.t.h)Where stories live. Discover now