vi

28 4 1
                                    

Nathan sedari tadi menggerakkan matanya liar di tengah kerumunan kantin. Ia tidak menggubris elu-eluan para fans yang meneriaki namanya. Persetan dengan mereka semua. Pandangannya terkunci pada tubuh mungil yang dengan gampangnya melewati desakkan para murid yang haus akan makanan.

Nathan tersenyum tipis saat melihat ekspresi Rara yang mengomel pada seorang lelaki yang menyenggolnya keras. Kakinya melangkah santai, tidak perlu repot-repot berdesakan karena semua orang mundur memberikan space untuk Nathan. Nasib orang ganteng.

"Ra," tangan Nathan menyentuh bahu Rara yang terbalut seragam putih.

Mendengar suara familiar yang sangat ingin ia hindari, Rara malah berbelok ke kanan tidak jadi memesan batagor dan berusaha menghilangkan diri di tengah lautan manusia. Ia tidak ingin melihat Nathan.

Nathan melongo melihat Rara yang melengos pergi begitu saja. Apa salahnya?

Lain dengan Rara yang sedang berjalan cepat dengan mulut yang komat-kamit dan ingin mengeluarkan semua sumpah serapahnya tentang Nathan. Lelaki itu benar-benar tidak tau malu. Ia tidak tau perjuangan Rara untuk menjelaskan itu semua pada Alka. Alka malah tidak menjawab semua chat dan teleponnya. Bahkan lima menit setelah Rara menelepon Alka, Alka menonaktifkan handphonenya. Poor you, Rara.

Untung saja tadi pagi Alka meneleponnya seperti biasa dan tidak mengungkit masalah kemarin. Tapi...Rara merasa aneh juga.

"WANJER PANAS AMAT!" Pekik Rara saat merasakan cairan panas membasahi bajunya. Kepalanya mendongkak dan bibirnya sangat siap untuk mengutuk orang yang menabraknya.

"Kalau jalan liat-liat." Wajah itu begitu datar dan juga matanya yang memancarkan kedinginan tapi begitu dalam. Astaga, fokus Rara!

"Lo yang nabrak gue astaga!"

Lelaki itu membungkuk dan meletakkan mangkok basonya di lantai lalu berlalu dengan kedua tangan yang masuk ke saku.

"WOY TANGGUNG JAWAB KEK! SEENAKNYA AJA LO DIKATA LO ANAK PRESIDEN!"

Rara menatap punggung lelaki itu yang entah Rara tau kelas berapa. Persetan jika ia kaka kelas, sebodo amat. Dan juga persetan dengan segala murid di koridor yang menatapnya sinis.

"Kok ada orang kaya gitu sih!"

Seseorang menepuk bahunya dari belakang. De javu. Jangan bilang kalau Nathan.

"Woi! Nape lo?"

Astaga terima kasih, suara Tessa.

"Ditabrak mang baso tapi ga mau tanggung jawab," rengek Rara setelah ia berbalik.

"Mangkoknya gak apa-apa 'kan?"

"Yee tai lo!"

***

Rara memasukkan bukunya ke tas lalu meresletingnya. Tangannya mengangkat tas dan menggendongnya. Pulang mas.

Rara berjalan sendirian ke tempat parkir karena Tessa sudah pulang terlebih dahulu. Matanya bergerak liar mencari tempat mobilnya. Rara pelupa. Gotcha! Matanya mendapatkan mobil Honda Jazz putih di bawah pohon rindang yang bersebelahan dengan mobil sport hitam. Astaga mobil mahal.

Rara dengan semangat membuka pintu mobil dengan keras menimbulkan suara kencang. Tubuhnya menegang. Jangan bilang kalau pintu mobilnya merusak mobil mahal di sebelahnya. Jangan bilang!

"Lo ngerusak mobil gue." Suara dingin itu membuat Rara merasakan ada angin dingin di sekitarnya. Ada setan.

Dengan pelan Rara berbalik dan sukses membuat mulutnya membulat.

"Lo!"

Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya, ganteng. Merasa sikap Rara aneh yang berlagak seperti mengenalnya.

"Ganti rugi."

Astaga, ganti rugi uang dari mana. Makan aja masih pake abon. Minum aja masih air putih.

"Baju gue juga basah ya gara-gara lo!"

"Kapan gue basahin baju lo, ketemu aja baru."

Astaga. Bunuh Rara bunuh. Ini cowo bego atau emang lupa. Selain muka tembok, tidak bertanggung jawab, tidak sopan dia juga pelupa. Oh ya, dan bego.

"Gue gak mau tau, pokoknya ganti rugi."

"Pintu mobil gue juga rusak. Kita impas!" Rara ya Rara dengan kepala batunya yang tidak ingin kalah. "Lagian lo juga basahin seragam gue."

"Baju lo murah, mobil gue mahal."

Oke, sekarang Rara sangat ingin berkata kasar. Kelakuan lelaki ini seperti anak presiden, sesukanya dan suka memerintah. Kenapa Ya Tuhan kau pertemukan aku dengan lelaki ini?

"Besok gue transfer, end of conversation!"

Rara semakin kesal kala ekspresi lelaki itu menatapnya curiga.

"Astaga abi! Besok ukhti transfer!"

"Najis." Ia mendengus dengan wajah datarnya lalu menyuruh Rara untuk meminggirkan mobilnya. Dengan sebal Rara masuk ke dalam mobil dan memberikan jarak untuk mobil mahal itu. Lelaki itu bukannya membuka pintu mobil seperti biasa, ia malah membuka pintu kiri mobil dengan cara gullwing.

"Lah kok kiri? Kok pintunya bisa ke atas? Astaga gue udik banget!" Tidak Rara sadari Rara menggigit tali tas gendongnya. Iri pada lelaki itu karena mobil milik lelaki itu sangat keren sekali banget.

Suara deruman mobil yang memekakkan membuat Rara tersadar jika mobil itu akan segera pergi.

Raquedefa : Alka
Raquedefa : Di Indo bisa pake mobil yang setirnya di kiri gak?
Raquedefa : Mobil yang pintunya ke atas harganya berapa?

***
gabut. gak ada yang ngajak satnight. yha nasib single. Yok tebak-tebakan siapa cowo yang nabrak Rara dan yang mobilnya Rara rusakin?


regards,

a-nyctophilia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wait WhatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang