Epilog

285 17 5
                                    

Setelah Raka dan Vira benar-benar bersama, El meminta maaf pada Vira dan berterima kasih pada Raka yang sudah benar-benar menghabisinya waktu itu. Vira sempat mengomeli Raka karena hal itu, namun El menghentikan Vira dan membela Raka. El tahu bahwa Raka tak ingin gadisnya disakiti siapapun, siapapun termasuk dirinya.

Vira menyipitkan matanya dan memukul pelan pipi Raka kemudian mencubitnya kencang. "Awas lo ya mukul-mukulin anak orang lagi!" omelnya.

"Iya, bawel ih." Raka menarik tangan Vira agar menjauh dari pipinya. Setelahnya, ia mengusap pipinya.

"Udahlah, Vir. Gue juga udah lupa, ya nggak, Ka?" ujar El.

Raka menaikkan sebelah alisnya. "Sok asik lo."

"Raka!" tegur Vira.

Raka menghela napas pasrah. "Iya, El lupain aja ya. Asal lo jangan macem-macem lagi lah ke cewe lain, nggak baik. Jangan mentang-mentang lo cakep deh, gue yang lebih cakep biasa aja."

El tertawa dan memukul bahu Raka. "Tenang, gue bakal belajar dari pengalaman ini."

Raka mengangguk berkali-kali. "Bagus deh." Kemudian tangannya mulai merangkul Vira.

Vira melirik Raka kemudian menarik tangan Raka agar melepas rangkulannya.

Raka memutar kedua bola matanya malas dan berbisik pada Vira. "Ini biar dia gak macem-macem lagi," ujarnya.

"Gak perlu," jawab Vira.

Vira kembali melihat ke arah El. "El, sorry ya dan makasih buat semuanya. Gue sama Raka duluan ya," ujarnya sambil tersenyum kemudian menarik pakaa tangan Raka.

El mengangguk kemudian ia ditinggalkan oleh Vira dan Raka. Sejujurnya ia sadar bukan karena Raka namun karena ia sudah mendapat imbasnya.

Raka dan Vira berjalan beriringan entah menuju kemana. Mereka sedang di taman dan mungkin mereka akan mencari tempat duduk.

"Lo tuh, jangan suka nyindir-nyindir gitu, Ka. Ngeledek banget," ujar Vira.

"Dih biarin aja, dia yang gatau diri," balas Raka sambil membuang pandangannya.

Vira menghembuskan napas pelan dan mengangguk pasrah.

"Vir, nikah minggu depan lah yuk," ujar Raka tiba-tiba.

Vira yang tadinya menunduk langsung memandang Raka heran. Keningnya berkerut bingung, mulutnya terbuka setengah saking kagetnya.

Raka terkekeh dan menutup mulut Vira dengan tangannya. "Sok kaget lo, kan emang lo udah calon gue."

"Y-ya ta-tapi kan-"

"Boongan kok." Raka mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. "Maksud gue semi nikah dulu, pake cincin-cincinan nih yang gue buat dari ranting-ranting kering gitu," lanjutnya.

Vira menatap cincin itu haru. Raka tak pernah semanis ini.

"Yah, emang sih gak bakal tahan lama. Tapi, ini lucu lah buat permulaan ya gak?" Raka tertawa sambil melihat cincin itu.

Perlahan, Raka mengambil tangan Vira dan memakaikan cincin buatannya. Entah mengapa Vira justru menangis, ia mengusap air matanya.

"Dah, cantik kan tuh tangannya," ujar Raka sambil memperhatikan tangan Vira.

Vira langsung memeluk dan menangis di pundak Raka. "Gue beruntung banget Ka bisa kenal lo. Gue beruntung dari sekian banyak cowok yang gue temuin, gue di takdirin sama lo lagi dan lagi, apalagi setelah kejadian galau-galauan kita kemarin, gue beruntung pada akhirnya perasaan gue selama ini gak sia-sia."

Raka tersenyum dan membalas pelukan Vira. "Gue lebih beruntung, Vir."

---

Oke, absurd abis but yeayy kelar! Sudah ya pak @raizalkahfi. Hbd viraaa *sksd detected*

03Agst'16

The New(old) HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang