[2] - A Plan

2.6K 308 26
                                    

Salah satu ruangan di kampus yang terlihat tidak digunakan hari ini menjadi tempat Prilly dan tangan kanan ibunya membicarakan hal serius. Sebuah monitor menampilkan beberapa keterangan dan membuat Prilly bersikap kurang peduli, tapi tangan kanan ibunya selalu memberitahu misi yang harus di selesaikan oleh Prilly.

"Ali Syarief," ucap Risa; tangan kanan ibu Prilly.

Mendengar nama itu Prilly langsung memperhatikan tampilan di depannya. "Dia jenius dan selalu mendapatkan peringkat satu di kampus ini," jelasnya lagi.

"Gue tau," jawab Prilly sedikit ketus tapi tetap memperhatikan. Risa menghembuskan napasnya kasar.

"Tidak peduli apa yang ingin kamu lakukan. Kamu tidak akan bisa mengalahkan dia untuk mendapat peringkat pertama sesuai dengan keinginan ibumu." Risa tersenyum ke arah Prilly sebentar, "kamu harus menggunakan cara lain untuk menang. Cobalah buat beberapa gangguan pada nilainya." Prilly hanya mampu menganggukan kepalanya.

Risa berjalan mendekati Prilly. "Kau sudah punya rencana nona?" tanyanya. Prilly hanya diam, "tenang aku akan pikirkan caranya, aku akan bekerja keras untuk ini."

"Tentu saja! Itu gunanya anda di bayar," balas Prilly angkuh lalu berdiri dari duduknya dan mulai melangkah keluar.

"Tapi...," tahan Risa membuat Prilly membalikan tubuhnya. "Jangan terlalu dekat dengan Roseane Valerine. Dia tidak memiliki apa-apa, nilainya juga tidak bagus. Dia tidak cerdas." Risa memberi penjelasan sambil tersenyum.

"Setidaknya dia bisa aku manfaatkan saat membutuhkan sesuatu." Setelah berkata seperti itu Prilly berjalan meninggalkan ruangan.

~Different~

Prilly merasa pikirannya sedang kalut. Bagaimana bisa dia mengalahkan Ali; si peringkat satu yang sangat jenius itu? Dia harus melakukan apa? Rencana apa yang akan di buat oleh Risa. Jika bisa ingin rasanya Prilly tak usah di lahirkan saja di dunia ini.

Prilly menghembuskan napasnya kasar hingga asap rokok yang keluar dari mulut maupun hidungnya terlihat mengepul di udara. Dia menyandarkan tubuhnya pada tembok.

Gadis itu sekarang sedang ada di belakang bangunan kampus, tempat ini yang selalu di kunjunginya jika pikirannya benar-benar kalut. Dia selalu melampiaskannya dengan satu hal, yaitu merokok.

Tidak. Prilly bukan termasuk bad girl hanya saja keadaan yang membuatnya jadi seperti ini. Lagipula dia juga tak akan melakukan hal seperti itu jika semuanya terasa baik-baik saja.

"Kenapa ibu selalu bikin gue ngerasa tertekan? Gue tahu maksudnya baik tapi apa gak ada cara lain," lirih Prilly sambil menginjak rokoknya kasar lalu mulai berjalan meninggalkan tempat itu.

Baru selangkah dia berjalan tapi ada seseorang yang memanggilnya.

"Ini punya lo?" ucap lelaki yang memanggil Prilly tadi dengan nada tanyanya. Lelaki itu mengangkat satu bungkus rokok yang tadi sempat di buang Prilly.

"Bukan," elak Prilly.

Ali; lelaki yang tadi memanggil Prilly kini menatap gadis yang berjarak beberapa meter di depannya itu dengan tatapan mengintimidasi.

"Tapi gue lihat lo buang ini." Prilly membuang napasnya kasar.

"Kalo punya gue kenapa?" balasnya ketus.

"Lo gak bisa kaya gini. Kalau sampai ada dosen yang tahu lo bakal dapat point ataupun hukuman," jelas Ali.

"Siapa yang bakal berani lakuin itu ke gue? Lo gak lupa kan ibu gue siapa?"

Ali menggeleng pelan. Gadis di depannya ini sangat keras kepala. Apa hanya karena kekuasaan ibunya dia bisa bersikap seenaknya kepada setiap orang.

"Mending lo jangan urusin gue deh. Urusin aja hidup lo sendiri."

Prilly berlari meninggalkan Ali yang masih diam berdiri di tempatnya. Tanpa Prilly ketahui lelaki itu kini sedang tersenyum sambil melihat punggungnya yang mulai menghilang di belokan lorong kampus.

~Different~

Seperti biasa, rutinitas Prilly setiap hari adalah belajar. Tak ada bosannya dia berjuang untuk membuat ibunya bangga dan tersenyum bahagia. Bagaimanapun sikap dan sifat ibunya Prilly tetap menyayangi sosok wanita yang telah memperjuangkannya untuk melihat dunia ini.

"Prill, ikut gue ke taman yuk," ajak Rose dengan nada pelan karena takut kalau gadis yang sedang sibuk mengisi beberapa latihan soal itu memarahinya.

"Lo gak liat apa gue lagi sibuk. Pergi sendiri aja, gue gak ada waktu buat main-main kaya gitu," balasnya menoleh ke arah Rose sekilas lalu kembali fokus pada soal-soal yang di kerjakannya.

"Lo butuh refreshing kali Prill."

"Yang nentuin butuh atau enggaknya refreshing itu gue sendiri bukan lo!"

"Ck. Selalu keras kepala," kata Rose.

"Jangan banyak omong kalo gak mau gue ngelakuin hal-hal yang gak pernah terpikir di otak lo."

Rose memutuskan keluar sendiri saja daripada mendengar kata yang tak mengenakan untuk di dengar telinganya.

Di tengah-tengah belajarnya Prilly diam sesaat; seperti memikirkan sesuatu. Gadis itu tersenyum sekilas dengan pandangan yang lurus ke depan.

Apakah dia sudah punya rencana untuk bisa menghancurkan Ali?

Entahlah.

~Different~

"Ini soal latihan ujiannya," ucap Prilly sambil mengangsurkan beberapa buku pada seorang lelaki.

"Oke."

"Lakuin semuanya dengan baik!" kata Prilly terkesan memerintah lelaki itu.

Salah satu lelaki kurang mampu ini di manfaatkan Prilly untuk mengerjakan suatu hal lalu di bayar dengan soal latihan ujian dari beberapa bimbingan belajar yang di ikuti secara privat olehnya.

Prilly dan lelaki itu sama-sama berjalan berbeda arah dan meninggalkan tempat tadi.

Sekarang, Prilly hanya tinggal menunggu hasilnya. Setidaknya apa yang ada di otaknya harus bisa terealisasikan meskipun hanya sedikit. Gadis itu mengukir senyuman penuh arti sambil terus berjalan menyusuri koridor-koridor di kampus.

Prilly harus lebih giat belajar dan berjuang lebih keras lagi untuk mencapai apa yang di inginkan oleh ibunya. Dia sangat ingin membuat ibunya bahagia, itu saja tidak lebih.

"Gue udah punya sebuah rencana," ucap Prilly singkat melapor pada orang di seberang telepon sana lalu mematikan sambungan telepon itu.

~Different~

Holaaa temu gue lagi👋😂 slow update banget deh pokonya-.-

Ini terlalu buru-buru gak sih penulisannya? Apa gimana? I need advice :v

Krisar tulis di kolom komen yaaaa ehe
Votmment juseyo~

••3 Agustus 2016••

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang