{8}

1.6K 244 9
                                    

"Oh Song Mino, ini benar-benar sebuah kejahatan"

Lee Seung Hoon mulai merancau di pagi yang buta ini. Bagaimana dia tidak akan marah, jika tahu-tahu sahabat yang sangat disayanginya itu kencan dengan teman satu apartemennya sendiri. Seung Hoon tahu dia seharusnya ikut berbahagia, tapi tidak dengan reporter pembawa berita itu yang mengatakan berita bahagia itu padanya.

Tae Hyun yang melihat Seung Hoon sedari tadi seperti itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Bukan salah Seung Hoon juga seperti itu. Mino seharusnya juga memeberitahu Seung Hoon terlebih dahulu sebelum dia mengggelar konferensi pers.

"Sudahlah Hoon-ah, makan sarapanmu. Aku harus pergi sekarang juga"

Tae Hyun berjalan menuju pintu depan. Dia membungkuk di depan rak sepatu, dan tengah mencari-cari sepatu yang biasa dikenakannya.

"Kau mau kemana ?" Seung Hoon berjalan menuju pintu depan sambil masih tidak melepaskan remote tv dari tangannya.

"Aku harus menghadiri acara pembukaan pameran seni yang diadakan temanku. Dan mungkin seharian ini aku tidak akan ada di rumah." Tae Hyun sudah siap dengan sepatunya.

"Ya sudah hati-hati kalau begitu." Seung Hoon melambaikan tangannya ke arah Tae Hyun yang tengah menutup pintu apartemen.

"Tae Hyun sudah pergi ?"

Mino baru saja keluar kamarnya dan sekarang tengah menjumput sepasang roti yang langsung dimasukkan ke mulutnya.
Sedangkan Seung Hoon yang ditanya diam saja. Dia masih kesal dengan apa yang telah Mino lakukan padanya.

Mino kemudian menoleh ke arah Seung Hoon karena dia tidak juga mendapat respon darinya. Seung Hoon memalingkan mukanya dari Mino dan menatap televisi yang tengah menayangkan berita konferensi pers Mino semalam. Mino seketika tersadar bahwa dia belum memberitahu Seung Hoon tentang apa yang terjadi.

"Hoon-ah maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk tidak memberitahumu. Kupikir kau sudah tahu berita itu sejak berita itu pertama kali beredar di media online"

Mino makin merasa bersalah ketika tahu bahwa Seung Hoon tidak kunjung merespon ucapannya. Dia segera mendekat ke arah Seung Hoon yang kini tengah duduk di depan televisi.

"Hoon-ah maafkan aku. Jangan diam seperti ini"

"......."

"Seung Hoon-ah...."

"Aishh .. kau ini benar-benar. Kenapa kau bisa membiarkan pembaca berita itu yang memberitahuku ? kenapa tidak kau sendiri atau Irene..."

Seung Hoon terdiam. Dia ingat sekarang. Ya dia ingat kalau Irene juga tidak pernah mengatakan apapun perihal hubungannya dengan Mino. Dan tiba-tiba sekarang....

"Irene juga tidak pernah memberitahukan apapun mengenai dirimu padaku. Apakah kau dan Irene serius berkencan ? atau itu hanya kamuflase ?"

Mino menahan nafasnya. Seung Hoon benar-benar tidak bisa diremehkan. Dia selalu saja bisa menangkap hal-hal terkecil sekalipun.

"Hei kau ini bicara apa Lee Seung Hoon ? tentu saja aku serius dengannya"

"Tapi kau baru bertemu dengan Irene beberapa hari. Bagaimana mungkin kau tiba-tiba bisa menyukainya"

Mino diam sebentar. Mungkin inilah saatnya dia menjajal kemampuannya beraktingnya.

"Yah mungkin ini masih tahap awal, tapi aku serius dengannya Seung Hoon. Irene...eehm...Irene gadis yang menyenangkan"

Seung Hoon mengernyit melihat ekspresi Mino. Wajahnya perlahan memerah. Dan entah Mino sadari atau tidak seulas senyum tersungging di bibirnya.

"Baiklah..baiklah, ku harap kau tidak sedang bermain-main dengannya Song Mino"

Seung Hoon akhirnya mengalah. Dia tahu kebahagiaan Irene adalah kebahagiaannya. Dan kebahagiaan Mino juga kebahagiaannya. Dan yang harus Seung Hoon lakukan saat ini adalah menanyai sang kekasih dari teman satu apartemennya ini.

***

Seung Hoon sedang melihat-lihat menu di depannya ketika ada seseorang yang duduk di hadapannya. Ya, dia adalah Irene. Seung Hoon sudah membuat janji dengan Irene setelah dia berbicara dengan Mino hari itu.

"Kau sudah lama ?"

"Tidak. Aku baru saja mau memesan." Seung Hoon melambaikan tangannya pada pelayan.

"Americano sama pancake apel satu. Kau mau apa Irene ?" Seung Hoon mengalihkan pandangannya dari buku menu di hadapannya.

"Aku caramel latte sama sandwich tuna satu"

Setelah pelayan meninggalkan meja mereka, Irene mulai angkat bicara.

"Ada apa ? kau tiba-tiba saja mau bertemu"

Seung Hoon menghela nafas panjang. Dia menatap Irene dengan intens.

"Kau masih terus mau berpura-pura di depanku Irene ? setelah semua berita yang keluar, kau masih tidak akan membuka mulut?"

Irene kaget mendengar perkataan Seung Hoon. Tapi tiba-tiba saja wajah kagetnya berubah menjadi sebuah senyuman.

"Bukannya aku tidak mau menceritakannya padamu Hoon-ah, aku hanya tidak ingin kau salah paham"

Seung Hoon mengernyitkan alisnya. "Apa maksudmu ?"

"Kau pasti tidak akan percaya ketika aku berkata bahwa aku jatuh cinta pada pandangan pertama"

"Jelas saja, kau bahkan tidak ada tanda-tanda seperti itu saat pertama kali bertemu dengan Mino"

Irene tersenyum. Seperti sudah menduga apa yang akan dikatakan oleh Seung Hoon.

"Maka dari itu aku merahasiakannya darimu Hoon-ah, kau pasti tidak akan percaya"

Seung Hoon terdiam. Dia menunggu Irene melanjutkan ceritanya.

"Apalagi saat malam itu kau dan Mino ke apartemenku, aku sungguh sangat bersyukur. Entah kenapa aku merasa tenang sekali saat Mino tiba-tiba memelukku. Kau tahu, aku seperti menemukan tempatku untuk berlindung"

Seung Hoon kaget sekali dengan alasan yang diberikan Irene. Memang selama ini tidak ada yang bisa menghentikan tangisan Irene jika dia sedang dilanda traumanya. Tapi herannya Mino bisa melakukannya. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain, tapi Mino bisa.

"Aku tahu kau mengkhawatirkanku. Dengan profesi Mino yang seperti itu, aku tahu aku akan menghadapi banyak masalah. Tapi asal Mino bersamaku aku tahu aku bisa melakukannya"

Seung Hoon masih terdiam. Irene kemudian melanjutkan.

"Yang perlu kau lakukan hanya mendukung aku dan Mino"

Seung Hoon menatap Irene lekat-lekat. Dia tidak menemukan ada kebohongan di mata Irene. Seung Hoon akhirnya menyerah. Dia tahu kedua teman dekatnya benar-benar tulus satu sama lain. Dan seperti kata Irene, dia hanya perlu mendukung hubungan mereka.

"Lagi-lagi aku terhanyut dalam kata-kata kalian"

Alis Irene menyatu. Dia bingung dengan apa yang dibicarakan Seung Hoon. Melihat Irene yang kebingungan, Seung Hoon melanjutkan kata-katanya.

"Kalian mirip. Kata-kata kalian dan cara kalian menyakinkan lawan bicara sangat mirip. Bahkan aku tidak bisa untuk mengatakan 'tidak' pada apa yang kalian bicarakan. Dan yah...aku akan mendukungmu Irene. Aku percaya padamu"

Irene tersenyum mendengar ucapan Seung Hoon. Padahal dia mati-matian berusaha untuk tidak gugup. Dari awal Seung Hoon mengajak untuk bertemu, Irene tahu bahwa Seung Hoon akan meminta penjelasan darinya. Dia berpikir semalaman mencari cara untuk meyakinkan Seung Hoon dan ternyata berhasil. Yah, sebenarnya alasan Irene juga tidak sepenuhnya salah. Dia memang benar-benar bersyukur saat Mino datang ke apartemennya hari itu.

TBC

LIESWhere stories live. Discover now