{6}

1.7K 269 29
                                    

Irene dan Mino sudah berjalan cukup jauh. Mino yang sedang bingung dan juga canggung hanya bisa berjalan dalam diam. Dia terus mengikuti kemana Irene melangkah karena gadis itu memintanya untuk mempercayainya.

Irene sendiri juga tidak tahu kemana kakinya melangkah. Dia hanya merasa terlalu canggung untuk memulai sebuah obrolan. Dia juga berjalan dalam diam dan membiarkan kakinya melangkah kemana dia suka. Hingga sampailah mereka pada sebuah taman. Mereka harus melalui sebuah tangga terlebih dahulu untuk sampai pada taman itu. Tapi ketika mereka mulai menaiki anak tangga dan hampir mencapai taman itu, mereka tidak melihat ada seorang pun disana. Taman itu sunyi sekali. Mirip hutan belantara. Hanya bedanya, pohon disana tidak begitu lebat. Irene yang memang sedari awal benci kesunyian dan tempat gelap, hanya bisa menelan ludahnya berkali-kali. Tangannya bertautan satu sama lain. Walaupun ketakutan melandanya hingga dia merasa akan gila, tapi otaknya masih berfungsi dengan baik. Tidak mungkin jika tiba-tiba saja dia harus menggandeng Mino. Selain dia hanyalah teman yang baru saja di temuinya, juga ini adalah kesalahannya yang membawa mereka sehingga sampai disini. Bagaimana tidak lucunya ketika dia harus takut pada tempat yang di datanginya sendiri.

Mino diam-diam melirik gadis yang berjalan di sampingnya. Insiden di apartemen Irene saat itu sedikit banyak mengajarkan Mino tentang diri Irene. Irene tidak suka gelap dan tempat yang sepi. Dan jika Irene dibiarkan ketakutan, kejadian malam itu akan terulang kembali.

Mino melingkarkan lengannya pada pinggang Irene. Dia menarik Irene lebih dekat dengan dirinya. Irene hanya bisa bengong melihat perlakuan Mino padanya. Walaupun sebenarnya dalam hati Irene merasa lega sekali karena ketakutannya perlahan-lahan berkurang.

"Kenapa kau takut gelap?"

Pertanyaan Mino yang tiba-tiba itu membuyarkan keterkejutan Irene.

"Apa?"

"Kenapa kau takut gelap?" Mino mengulanginya sekali lagi.

Irene menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Mino. Pandangannya fokus ke jalanan di depannya.

"Ada seseorang yang meninggalkan ku disaat gelap. Bahkan disaat aku belum tahu namanya dia sudah meninggalkanku"

"Cinta pertamamu?"

"Aku tidak bisa menyebutnya begitu. Tapi dia adalah orang yang bisa membuat hatiku terasa hangat"

Tak terasa mereka sudah mengelilingi taman yang sepi itu. Dan mereka kini sudah menuju anak tangga tempat mereka masuk tadi.

"Apa yang telah dilakukannya padamu ?"

Irene menatap Mino. Kemudian beralih ke jalanan di depannya.

"Dia menenangkanku saat aku menangis karena akan pindah ke Amerika dan berpisah dengan Seung Hoon. Tapi saat tiba-tiba saja listrik padam dia meninggalkanku dan berbicara sepatah kata saat berlari menjauhiku"

"Apa yang di katakannya?"

Mata Mino mulai menyipit, dadanya berdesir cepat. Ada apa ini, batin Mino.

"Jangan menangis dan cepatlah pulang ke rumah atau kau akan sakit keesokan harinya. Sejak saat itu aku menangis tidak berhenti saat aku berada dalam kegelapan. Karena aku pikir...aku pikir.."

Irene menghembuskan nafas yang tidak di sadarinya ditahan sejak tadi.

"....orang yang aku cintai akan meninggalkanku saat gelap datang"

"Tapi bukankah apa yang kau pikirkan itu salah besar?"

Irene menoleh cepat ke arah Mino.

"Seung Hoon tidak meninggalkanmu saat gelap. Dia bahkan datang untuk menemuimu....."

Mino berhenti sesaat sebelum menyelesaikan kalimatnya.

"Aku juga...aku juga bukan tipe orang yang bisa meninggalkan seseorang yang aku cintai dalam kegelapan"

DEG!

Dada Irene berdesir cepat. Entah kenapa tiba-tiba wajahnya mulai terasa panas.


***

"Mino-yya.. Song Mino"

Hari masih pagi, tapi Tae Hyun terus saja mengetuk pintu Mino sampai sang pemilik pintu membukakan pintunya.

"Kau ini kenapa ? tumben sekali pintumu kau kunci?"

Tae Hyun langsung melontarkan pertanyaan yang membuat Mino merasa kesal. Itu hak Mino bukan ingin mengunci pintunya atau tidak.

"Sudahlah jangan mempermasalahkan pintuku, katakan kau mau apa mengangguku di jam segini ?"

Tae Hyun langsung mengacungkan tabloid yang tengah dipegangnya ke hadapan Mino.

"Apa ini ?"

Mino yang penasaran tak urung mengambil tabloid yang Tae Hyun sodorkan padanya. Setelah membaca judul di halaman depan yang memampang wajahnya besar-besar, Mino seketika membelalakan matanya lebar-lebar. Bagaimana berita yang hanya diketahui oleh beberapa orang - tidak tepatnya hanya satu orang - itu sekarang tersebar luas.

Di tabloid itu terpampang besar-besar foto Mino sedang bersama seorang wanita. Mino tahu persis siapa wanita itu karena dia seharian kemarin terus bersamanya. Ya...dia adalah Irene, seorang sahabat teman satu apartemennya yang sekaligus diakui Mino sebagai kekasihnya. Kekasih dalam tanda kutip.

"Apa maksudnya Mino-yya ?"

Tae Hyun memberikan tatapan seolah-olah berkata 'berikan aku penjelasan Song Mino'.

Mino yang ditatap seperti itu oleh Tae Hyun hanya bisa menghela napas berat. Tidak ada alasan lagi Mino untuk menghidari pertanyaan Tae Hyun. Mino pun berjalan memasuki kamarnya kembali dengan diikuti Tae Hyun.

"Seung Hoon sudah tahu tentang ini ?" Mino bertanya pada Tae Hyun.

"Tidak"

Mendengar jawaban super singkat Tae Hun, Mino tahu bahwa dia tidak harus mengulur waktunya untuk menceritakan semuanya.

"Tabloid ini benar.." Mino menoleh ke arah Tae Hyun. Tae Hyun masih menatap Mino tanpa berkedip, seolah menuntut penjelasan lebih.

"Aku berkencan dengan Irene"

Satu kata ini cukup untuk membuat Tae Hyun menyuarakan pikirannya.

"Bagaimana bisa ? kalian baru saja kenal. Aku mengenal kau sejak bertahun-tahun lamanya Song Mino. Jangan buat dia sebagai pelarian"

"Aku serius dengannya Tae Hyun. Jangan membuatku merasa seperti aku sedang mempermainkannya"

Mino mulai meledak amarahnya mendengar kata-kata Tae Hyun baru saja. Walaupun itu tidak sepenuhnya salah.

"Kau tidak yakin dengan perbuatanmu sendiri Mino-yya. Jangan sampai Seung Hoon tahu tentang ini. Bersikaplah memang seolah kau tulus dengan Irene. Dan satu lagi, jangan berusaha lagi berbohong di depanku, karena aku akan tahu kapan kau sedang berbohong atau tidak. Asal kau tahu, aku terlalu mengenalmu"

Tae Hyun menepuk pundak Mino pelan sebelum meninggalkan kamar Mino. Saat Tae Hyun sudah akan menutup pintu, tiba-tiba dia membukanya kembali.

"Kau bisa menceritakan padaku apa yang terjadi, aku selalu siap saat kau butuh tempat untuk melepaskan topengmu Song Mino"

Setelah berkata seperti itu, Tae Hyun menutup pintu dan meninggalkan Mino yang sedang bergelut dengan dunianya sendiri.






TBC

LIESWhere stories live. Discover now