The Forgotten One

27K 961 10
                                    

(Revised Version)

Wynstelle Allard menggeser kantong belanjaan dalam dekapannya yang menghalangi pandangan. Sebentar lagi ia akan segera sampai di depan gedung apartemennya. Hanya tinggal beberapa meter lagi. Ia tidak perlu terburu-buru. Para tetangganya bisa menunggu. Lagi pula ia memang bukan tipikal orang yang selalu tepat waktu.Terlambat sedikit tidak akan menjadi masalah. Andrea Fontana pasti mau memakluminya. Begitu ia sampai di apartemen Andrea, yang sebenarnya hanya berada satu lantai di atas apartemennya, ia akan mengeluh habis-habisan pada pria Italia itu karena telah memintanya untuk berbelanja banyak barang. Laki-laki itu tahu sendiri, Wyns tidak punya mobil. Membawa barang belanjaan sebanyak ini, tanpa sedikitpun bantuan dari 'yang lain' tentu sangat sulit, mengingat ia harus berjalan kaki selama sepuluh menit dari swalayan di persimpangan jalan sampai ke gedung apartemen empat lantai itu.

Oh ya, yang dimaksud dengan 'yang lain' disini adalah ketiga tetangganya; Yuuki Nakajima, Miranda Steel dan Elliot Williams. Yuuki adalah seorang perawat, sementara Miranda dan Elliot adalah sepasang kekasih yang selalu sibuk, suka berdebat dan sedikit berisik. Mereka tinggal di lantai yang sama dengan Wyns, tepatnya di seberang apartemen Wyns. Nah, orang yang memintanya untuk berbelanja sepulang dari 'Prinstemps', kafe bertema Paris milik sepupunya yang ia menejeri, adalah Andrea Fontana. Seorang koki Italia; tinggi, berambut ikal kecokelatan dan mata kelabu yang mampu menggetarkan hati wanita manapun, yang tinggal di lantai tiga. Setelah dua bulan menetap di apartemen ini, Wyns mulai terbiasa dengan undangan makan malam tetangga-tetangganya yang terkadang sering direncanakan tiba-tiba. Sebenarnya ia menyukai suasana kekeluargaan seperti itu. Lagi pula, mereka orang-orang yang menyenangkan dan ia suka berada di antara mereka.

Wynstelle akui, ia memang sedang membutuhkan suasana yang hangat seperti itu untuk mengobati rasa tertekannya. Ia sengaja pindah jauh-jauh dari Brooklyn untuk menghindari Ibu dan Kakaknya, Audrey. Mereka berdua selalu kompak mencampuri setiap urusannya terutama soal pria.

"Kau tidak bisa melarikan diri seperti ini hanya karena perselingkuhanmu dengan pria brengsek itu terbongkar." Kata Ibunya saat terakhir kali mengomelinya sebelum ia pindah ke Savannah. Well, sebenarnya ia tidak bisa terima kalau ia disebut melarikan diri. Tapi kurang lebih memang seperti itulah situasinya saat ini.

Wyns yang sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam koper mendesah muram."Mom, aku tidak selingkuh. Dia yang selingkuh denganku." Koreksi Wyns tanpa minat.

Ibunya tampak kesal. "Apa bedanya? Yang kalian berdua lakukan itu jelas-jelas salah."

Wyns kehilangan kesabaran. Ia memutar tubuhnya, kemudian berjongkok di depan Ibunya dengan sebelah lutut menyentuh lantai. Membalas Ibunya dengan protes keras tidak akan berguna, tidak akan berhasil. Ia mencari metode lain. Metode halus yang gampang menarik empati wanita kesayangannya itu.

Wyns menangkup punggung tangan Ibunya yang hangat dengan kedua tangan. Ia berkata, "aku tahu, Mom. Jadi biarkan aku pergi ke Savannah untuk menenangkan diri, oke?" pinta Wynstelle. suaranya pelan, sengaja ditarik ulur agar terdengar melankolis.

Wyns tahu pasti apa yang dipikirkan Ibunya. Mata berkaca-kaca itu telah menceritakan segalanya. Kalau memang ada yang sedang disesali Wyns saat itu, maka kesedihan dan kekhawatiran Ibunya adalah salah satunya.

Beberapa tahun belakangan, ia memang telah menyia-nyiakan masa mudanya untuk menjalin hubungan gelap dengan Allan Jackson, teman kerjanya. Ia tahu dan sadar benar bahwa apa yang ia lakukan dengan Allan di belakang atasannya -yang merupakan tunangan Allan itu- adalah kesalahan besar. Ia hanya terlalu muda untuk menampik perasaan cintanya yang membara pada Allan. Begitu pula sebaliknya.

Lalu bencana itupun datang seperti badai. Hubungannya terbongkar, ia dikucilkan dan tentu saja, dipecat dari pekerjaannya. Ia butuh waktu berbulan-bulan untuk lepas dari depresi yang mencekiknya sampai kurus kering seperti penderita anoreksia. Ia tidak mengkhawatirkan hujatan orang-orang -ia sama sekali tidak peduli, sebenarnya. Ia hanya menyesali kebodohannya karena terlalu percaya pada janji-janji Allan untuk menikahinya dan melepaskan tunangannya.

Ange Déchu | Book 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang